Termasuk 2 Legenda, 5 Bintang yang Mengaku Menyesal Meninggalkan Manchester United

INDOSPORT.COM – Berikut 5 bintang yang mengaku menyesal sudah meninggalkan raksasa Liga Inggris, Manchester United. Dua di antaranya merupakan sosok legenda klub.

Manchester United merupakan sebuah klub besar tak hanya di Liga Inggris, tapi juga di Eropa. Status itu dibuktikan oleh gelimang trofi yang sudah mereka menangkan, termasuk 20 gelar Liga Inggris dan 3 Liga Champions.

Manchester United sendiri memiliki sejumlah generasi pemain hebat, mulai dari era Busby Babes, Eric Cantona, Class of 92, Roy Keane, Wayne Rooney, hingga Cristiano Ronaldo.

Meski demikian, tentunya para bintang tersebut tidak bisa selamanya membela MU. Ada yang bisa gantung sepatu bersama Setan Merah, ada pula yang pindah ke klub lain dengan berbagai alasan.

Meninggalkan United pun terkadang bukan keputusan yang mudah untuk dijalani. Tidak jarang, mereka merasa menyesal sudah meninggalkan Old Trafford.

Berikut ini 5 pemain yang mengaku menyesal sudah meninggalkan Manchester United, seperti dilansir Sportskeeda:

5. Gabriel Heinze

Sebelum kedatangan Patrice Evra, spot bek kiri di skuat MU merupakan milik Gabriel Heinze. Bintang Argentina itu menjadi andalan di musim 2004/2005 dengan 39 penampilan.

Namun kedatangan Evra musim berikutnya membuat menit bermain Gabriel Heinze menurun, hingga akhirnya ia digeser menjadi bek tengah tapi performanya merosot drastis. Ia pun akhirnya dilepas ke Real Madrid setelah sebelumnya minta dijual ke Liverpool.

“Saya menghabiskan 3 tahun di Manchester. Saya punya banyak momen hebat di sana dan menyesal sudah pergi. Saat dipikir lagi, saya sekarang menyesal karena itu berarti meninggalkan klub yang hebat dan para suporter,” ungkap Heinze.

4. Juan Sebastian Veron

Tampil apik di Lazio, Juan Sebastian Veron justru jeblok di MU sehingga kerap disebut salah satu pembelian terburuk. Ia pun akhirnya dijual di Chelsea setelah dua musim, tapi performanya tak membaik. Meski punya pengalaman buruk di MU, Veron mengaku menyesal sudah hengkang.

“Saya merasa tinggal di London lebih sulit daripada di Manchester. Saya berharap bisa bertahan di United lebih lama, karena saya yakin saya bisa melakukan berbagai hal secara berbeda. Jika saya tetap tinggal di Manchester, saya rasa saya bisa punya kontiunitas lebih baik di lapangan.”

1. Termasuk 2 Sosok Legendaris

3. Henrik Larsson

Henrik Larsson diboyong sebagai pemain pinjaman jangka pendek dari Helsinborg pada Januari 2007. Pada akhirnya, ia hanya berkarier 2 bulan di Old Trafford dan tampil 13 kali. United ingin memperpanjangnya, tapi sang penyerang memilih pulang karena sudah berjanji kepada keluarga.

Kepergian Henrik Larsson disesali oleh Sir Alex Ferguson. Namun, sang penyerang sendiri rupanya juga menyesalinya.

“Satu-satunya penyesalan dalam karier saya adalah bahwa saya tidak bertahan di sisa musim itu. Jika saya melakukannya, saya rasa saya akan mendapatkan penawaran yang lebih baik. Tapi saya sudah berjanji akan pulang.”

2. David Beckham

Menjadi bagian Class of 92, David Beckham meraih kesuksesan besar di Manchester United dengan memenangi 6 gelar Liga Inggris dan 1 Liga Champions. Namun, perselisihan dengan Ferguson membuatnya hengkang ke Real Madrid usai 9 musim berseragam merah. Keputusan itu pun disesalinya.

“Pada usia 41 tahun, saya pikir saya sudah lebih dewasa dan bijaksana daripada ketika 21 tahun. Ada beberapa keputusan saya di masa lalu yang merupakan kesalahan.”

“Saya akan sangat bahagia jika menghabiskan karier saya di Manchester United dan tidak pindah ke mana-mana, tapi memang bukan begitu takdirnya.”

1. Peter Schmeichel

Peter Schmeichel layak disebut salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki MU. Namun, usai membela Setan Merah selama 8 musim dan menghadirkan sejumlah gelar, ia hengkang ke Sporting Lisbon usai membawa Manchester United memenangi treble winners di 1998/1999.

Hampir 20 tahun kemudian, Peter Schmeichel mengaku menyesal mengambil keputusan itu. “Saya bisa saja bermain lebih lama lagi di Manchester United jika saya mengerem ego saya dan berbicara dengan manajer soal itu. Tapi saya terlalu besar kepala.”

“Ketika sudah berusia pertengahan 50-an, saya berpikir ke belakang dalam keadaan sudah punya pemahaman yang lebih baik. Saya sadar keputusan itu dibuat oleh seorang pria muda, dan saya akui saya seharusnya bertahan.”