Real Madrid dan Zidane Gigit Jari, Sergio Ramos Ungkap Nasibnya dengan Kalimat Ini
INDOSPORT.COM - Kedigdayaan Real Madrid sebagai penguasa LaLiga Spanyol dan juara terbanyak Liga Champions, kian dekat alami keruntuhan. Pasalnya, skuat Zinedine Zidane berpotensi kehilangan Sergio Ramos.
Semenjak didatangkan dari Sevilla pada 2005 lalu, penampilan sang kapten begitu krusial bagi kubu putih. Bagaimana tidak? 22 gelar juara mampu dipersembahkannya ke Santiago Bernabeu, empat diantaranya bahkan Liga Champions.
Statistiknya sendiri tergolong 'abnormal' untuk sekaliber pemain bertahan ketika mampu cetak 104 gol dalam 720 pertandingan senior bareng Los Nervionenses dan Los Blancos sejak 2004 lalu. Meski sudah berusia 35 tahun, performanya nampak tak ada matinya.
Salah satu bukti kegemilangan Sergio Ramos terlihat ketika mampu bekerjasama dengan alumni Los Galacticos jilid dua. Saat ia jadi Jenderal Lini Belakang, Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Gareth Bale lakukan serangan di garis depan.
Adapun ketika Ronaldo minggat ke Juventus pada 2018 lalu dan Zidane yang 'matikan' karier Bale, bek Spanyol ini menjadi pemegang kunci eksekutor penalti wajib Real Madrid. Hasilnya? Ia mampu sumbangkan LaLiga Spanyol dan Supercopa de Espana musim lalu.
Bisa dibilang simbol dari bek ini begitu terlihat karena perannya selalu buat Los Merengues menang tepat saat turun di lapangan. Sayangnya, kepastian nasib sang pemain bertahan ini justru menggantung gara-gara kebijakan klub.
Ya, moto Florentino Perez selaku presiden Real Madrid yang enggan pertahankan pemain tua membuat Ramos harus siap ditendang. Merasa berhak untuk jadi legenda di Bernabeu, ia pun mendeklarasikan masa depannya tanpa takut untuk hengkang.
1. Ramos Tak Segan-segan Keluar dari Real Madrid Jika Tuntutannya Tak Dipenuhi
"Saya punya hak untuk memutuskan segala macam keputusan yang saya inginkan," terang pemain veteran Madrid itu terkait masa depannya seperti dikutip Football Espana dari Deportes Cuatro.
"Saya akan menunjukkan performa di tingkat tertinggi. Jika tidak, maka saya akan tinggal di rumah. Jika tidak, saya akan jadi orang tak berharga. Saya merasa sangat baik dengan umur ini tanpa adanya suatu kecelakaan," imbuhnya.
Nasibnya yang simpang siur ini sendiri senada dengan Ronaldo ketika sudah menginjak usia kepala tiga. Pasalnya, pihak klub dianggap tak ramah mempertahankan pemain senior ketika kesepakatan kontrak tak sesuai ekspektasi.
Bayangkan saja, Ramos sendiri hanya ditawari dua opsi mulai dari bertahan dengan kontrak dua tahun tapi gaji dipotong atau kontrak setahun saja dengan gaji penuh. Merasa layak dapat kenaikan, ia menuntut haknya bertahan lebih lama tanpa ada potongan.
Real Madrid pun berdalih keputusan menawarkan kontrak pendek ke Sergio Ramos tersebut semata-mata gara-gara pandemi Corona. Keberaniannya untuk pergi pun patut buat Zidane khawatir, baik di LaLiga Spanyol atau Liga Champions musim depan.