Deretan Dosa Stefano Pioli untuk AC Milan di Putaran Kedua Liga Italia
INDOSPORT.COM - Performa AC Milan turun drastis di putaran kedua Liga Italia tahun 2021 ini. Pelatih Stefano Pioli pun menjadi pihak yang dianggap paling bertanggung jawab.
Berdasarkan laporan dari Calciomercato dan sejumlah media di Italia, posisi Stefano Pioli berada di ujung tanduk. Palu pemecatan sedang membayangi dirinya saat ini di AC Milan.
Hal itu bisa terjadi performa dan pencapaian AC Milan terjun bebas di Serie A Italia di tahun ini. Padahal AC Milan sebelumnya sempat memiliki rata-rata poin per pertandingan hingga 2,26.
Tapi sejak memasuki tahun 2021, AC Milan terjun bebas dengan hanya mampu mengumpulkan 1,6 poin per pertandingannya. Bahkan, AC Milan kalah di 5 laga kandang sejak Januari 2021.
Dalam dua pekan terakhir (32 dan 33), I Rossoneri tak lagi mengantongi poin. Ibrahimovic dkk dipermalukan Sassuolo 1-2 di San Siro dan dicukur Lazio 3-0.
Mereka kini baru mengumpulkan 66 poin dari 33 laga. Jika menghitung tahun 2021 saja, AC Milan mengumpulkan 14 poin lebih sedikit dari Inter Milan dan 7 poin lebih sedikit dari Juventus.
Maka tak heran jika AC Milan yang tadinya adalah juara musim dingin Serie A Italia, kini malah terlempar ke posisi kelima klasemen sementara di bawah Juventus dan Napoli. Peluang mereka lolos ke Liga Champions pun kini malah terancam.
Hasil yang sangat memalukan itu memunculkan spekulasi kalau Stefano Pioli akan segera ditindak tegas oleh AC Milan. Berbagai macam evaluasi pasti akan segera diberlakukan oleh AC Milan pada akhir musim.
Apalagi kalau di akhir musim, AC Milan gagal ke Liga Champions, hampir pasti, Pioli akan segera dipecat. Sebab, target besar AC Milan sejak awal musim adalah hanya bisa bermain di Liga Champions musim depan.
Kabar pemecatan Stefano Pioli memang wajar adanya. Sebab, Pioli adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam penurunan performa AC Milan.
Betul bahwa badai cedera merusak skenario AC Milan musim ini, namun banyak pula momen di mana Stefano Pioli turut andil dalam kegagalan AC Milan meraih kemenangan. Lalu, dosa-dosa apa yang sudah Stefano Pioli lakukan
1. Dosa-dosa Stefano Pioli
Perjudian Lini Depan
Jangan salah paham dulu, musim ini AC Milan memiliki penyerang-penyerang dengan kualitas bagus. Sebut saja Ante Rebic, Rafael Leao, dan Zlatan Ibrahimovic.
Namun, proporsi yang dimiliki Milan rupanya jauh dari kata ideal. Seperti diketahui, AC Milan cuma memiliki satu penyerang tunggal saja yang bisa diandalkan dan cocok untuk level Milan.
Sosok itu adalah Zlatan Ibrahimovic. Di luar itu, tidak ada pelapis striker tengah yang mendekati performa Ibra.
Milan sudah berusaha untuk mendatangkan Mario Mandzukic pada bursa transfer musim dingin lalu. Namun, eks striker Juventus itu tampil buruk. Ia tak mencetak satu gol pun dan malah harus menepi karena cedera.
Stefano Pioli semestinya bisa membaca situasi ini. Dirinya terlalu percaya diri dengan sumber daya yang ada. Seperti diketahui, pada putaran pertama Milan bahkan berani memasukkan pemain debutan Lorenzo Colombo ke dalam skuad utama Milan.
Andai saja hal ini disadari sejak awal musim, AC Milan setidaknya bisa memiliki striker pelapis dengan pengalaman dan kemampuan yang bagus. Perjudian Stefano Pioli dengan mengandalkan striker belia, Lorenzo Colombo, sebelum kompetisi dimulai ternyata keliru.
Penyerang lainnya seperti Anta Rebic dan Rafael Leao tidak bisa memainkan peran striker tengah dengan kualitas mendekati bra.
Strategi Ngawur
Bukan sekali-dua kali Stefano Pioli tertangkap basah melakukan blunder taktik. Di 2021 ini Stefano Pioli cukup sering membuat keputusan keliru dalam taktiknya.
Sebagai contoh, Stefano Pioli pernah menempatkan Alexis Saelemaekers sebagai fullback kanan dan Rade Krunic sebagai penyerang sayap kiri dalam satu pertandingan melawan Sampdoria.
Padahal, di tim AC Milan masih ada pemain yang lebih layak menempati posisi tersebut. Di pos kanan misalnya, andai Davide Calabria berhalangan, masih ada Pierre Kalulu dan Diogo Dalot yang siap mengawal.
Jika kepet Diogo Dalot absen, setidaknya Pierre Kalulu masih lebih masuk akal mengisi pos bek sayap kanan yang menjadi spesialisasinya. Terbukti, pada laga di mana Saelemaekers turun sebagai bek sayap, AC Milan cuma bisa main seri lawan Sampdoria.
Di laga yang sama, Stefano Pioli lebih memilih Rade Krunic di pos penyerang sayap kiri ketimbang Jens Petter-Hauge. Ironisnya, Hauge yang masuk di babak kedua justru mencetak gol penyelamat Milan dari kekalahan.
Hal serupa kembali terjadi di laga melawan Sassuolo beberapa pekan lalu. Baru unggul 1-0 di sebelum menit 75'. Stefano Pioli memutuskan untuk bermain bertahan.
Hal itu diwujudkan ketika ia memasukkan Rade Krunic dan Soualiho Meite menggantikan Ante Rebic dan Calhanoglu. Apa yang terjadi? tak lama setelah pergantian itu Milan kebobolan yang mana berawal terjadi setelah Soualiho Meite gagal memotong bola.
Memasuki menit akhir pertandingan, AC Milan tertekan dan kembali kebobolan untuk akhirnya mengakui keunggulan Sassuolo dengan skor 1-2. Perjudian pergantian pemain dari Stefano Pioli berujung petaka bagi Milan.
Inkonsisten
Pada tahun 2020 AC Milan begitu perkasa dengan tidak terkalahkan selepas meledaknya pandemi COVID-19 bulan Maret. Namun memasuki tahun 2021, performa AC Milan menurun drastis.
Badai cedera menjadi penyebab utama kegagalan tersebut. Namun, cedera bukan satu-satunya yang membuat AC Milan terpuruk sejauh ini.
Faktanya, penampilan AC Milan di kandang dan tandang sangatlah berbeda. Musim ini AC Milan mencatatkan salah satu rekor terbaik mereka di partai tandang.
Namun lain halnya dengan pertandingan kandang. Meski dengan strategi dan pemain yang sama, AC Milan bisa meraih hasil yang bertolak belakang ketika mereka memainkan laga tandang.
Sorotan pun diberikan kepada Stefano Pioli. Pioli dianggap gagal mempertahankan konsistensi penampilan AC Milan.
Jika memang cedera menjadi faktor utamanya, seharusnya kegagalan meraih kemenangan tidak hanya dirasakan saat bermain kandang.
Sebagian pihak pun menuding jika taktik yang dipakai Stefano Pioli sudah terbaca musuh. Pada 2020 lalu, formasi 4-2-3-1 ala Stefano Pioli begitu efektif untuk mengalahkan lawan.
Namun, semenjak Milan kalah dari Inter dalam laga derby kedua musim ini, I Rossoneri sering kerepotan dalam meladeni permainan lawan mereka di Liga Italia.