3 Kesalahan Thomas Tuchel yang Buat Chelsea Tumbang dari Leicester City
INDOSPORT.COM – Kekalahan Chelsea dari Leicester City di final Piala FA 2020/21 memberi luka mendalam bagi The Blues. Tentu kekalahan ini sendiri tak lepas dari kesalahan Thomas Tuchel selaku juru taktik.
Kekalahan dari Leicester memberi luka sebab untuk kali kedua dalam dua musim terakhir Chelsea harus puas menjadi Runner Up di Piala FA.
Dalam laga ini, The Blues tumbang dengan skor tipis 0-1 dari The Foxes lewat gol tunggal Youri Tielemans pada menit ke-63.
Sejatinya, Chelsea mampu mendominasi laga ini sejak menit pertama. Bahkan, The Blues terus memberi ancaman kepada Leicester sepanjang laga.
Hal ini terlihat dari banyaknya tembakan yang dilepaskan Chelsea di laga ini dengan 13 tembakan di mana tiga di antaranya mengarah ke gawang. Sedangkan Leicester City hanya melepaskan satu tembakan ke gawang dari enam percobaan.
Satu tembakan ke gawang Leicester tersebut berbuah gol di menit ke-63 lewat tendangan roker Youri Tielemans. Gol ini sendiri sejatinya kontroversial mengingat adanya Hand Ball yang dilakukan Ayoze Perez sehingga terciptanya gol.
Chelsea yang tertinggal pun sempat menaikkan tempo serangan dan sempat menyamakan kedudukan di menit ke-90 lewat gol bunuh diri Wes Morgan.
Namun, Michael Oliver dan VAR menganulir gol tersebut karena Ben Chilwell dianggap Offside terlebih dahulu. Keputusan ini pun tak ayal membuat Leicester dipastikan juara.
Sulit bagi pendukung Chelsea untuk menerima kekalahan dari Leicester City. Beberapa nama pun menjadi kambing hitam. Namun, kesalahan terbesar ada pada sosok Thomas Tuchel. Berikut tiga kesalahan juru taktik asal Jerman tersebut.
1. Kesalahan Tuchel di Laga Chelsea vs Leicester City
Beberapa perubahan dilakukan Thomas Tuchel dalam kekalahan yang diderita Chelsea di final Piala FA 2020/21. Perubahan ini merupakan hal yang aneh mengingat gengsi yang dipertaruhkan oleh The Blues.
Kesalahan fatal Tuchel terlihat dari tiga poin di bawah ini.
1. Memainkan Kepa Arrizabalaga
Sebelum menghadapi final Piala FA, Tuchel dengan tegas menyebut dirinya akan memainkan Kepa di bawah mistar gawang Chelsea.
Keputusan ini ia ambil mengingat Kepa adalah kiper utama Chelsea di ajang Piala FA. Alasan tersebut tak salah, namun keputusan itu berakibat bencana.
Sebelum melawan Leicester, Kepa menjadi starter kala melawan Arsenal. Di laga itu, ia membuat kesalahan dengan keluar posisi dan kurang berkomunikasi dengan rekannya sehingga ia keluar posisi dan berbuah gol konyol untuk The Gunners.
Jelas dengan kesalahan elementer tersebut, seharusnya Tuchel memainkan Edouard Mendy yang dirasa lebih kompeten mengawal gawang Chelsea di laga penting.
Gol Leicester pun didapat dari tendangan jarak jauh yang menjadi kelemahan Kepa mengingat posturnya yang terbilang pendek untuk ukuran kiper Eropa.
Tentu semua sepakat. Bila Mendy dimainkan di final Piala FA,sepakan roket Tielemans bisa dihalau dengan baik mengingat jangkauan dan postur yang dimilikinya.
2. Mencadangkan Christian Pulisic dan Kai Havertz
Keanehan terlihat saat Tuchel menurunkan Hakim Ziyech, Mason Mount, dan Timo Werner. Memang ketiganya moncer di semifinal Piala FA melawan Manchester City. Namun, ketiganya melempem di partai puncak.
Alasan utama melempemnya ketiga pemain ini tentu karena taktik Leicester yang lebih bermain ke dalam sehingga tak meninggalkan banyak ruang.
Werner bertipe penyerang yang memanfaatkan celah yang ada. Dan Leicester tak memberikan keuntungan itu. Pun dengan Hakim Ziyech yang kurang eksplosif dan hanya mengandalkan umpan.
Jika Tuchel jeli, seharusnya Christian Pulisic dan Kai Havertz dimainkan sejak menit pertama mengingat keduanya tengah dalam performa menanjak.
Pulisic dikenal akan eksplosifitasnya serta kemampuannya menarik lawan dan Havertz terbilang cerdik mengatasi Marking lawan ketimbang Werner dan lihai dalam mengontrol bola.
Bila keduanya dimainkan sejak awal, mungkin Chelsea bisa mendapat keuntungan dengan mencetak gol terlebih dahulu.
3. Memainkan Reece James Lebih ke Dalam demi Cesar Azpilicueta
Reece James diketahui lebih kerap bermain di posisi Wing Back kanan. Namun, di final Piala FA Tuchel memainkannya lebih ke dalam di formasi tiga bek bersama Thiago Silva dan Antonio Rudiger.
Maksud Tuchel memainkan Reece James lebih ke dalam tentu untuk mengatasi Jamie Vardy yang terkenal cepat. Keputusan itu tak salah karena Reece James terbilang jitu dalam memainkan peran tersebut.
Keputusan Tuchel ini kemungkinan dilandasi dengan ketakutannya jika Cesar Azpilicueta mengisi pos tiga bek dan bukan Reece James untuk menghadapi Vardy yang cepat.
Namun, ketakutan dan keputusan ini mengorbankan satu hal penting yakni serangan Chelsea dari sisi kanan.
Hampir serangan Chelsea dari sisi kanan tak memiliki daya ledak yang cukup. Sehingga Mason Mount bekerja ekstra keras mengingat Azpilicueta tak memberi banyak bantuan layaknya Reece James di posisi itu.
Selain itu, Azpilicueta tak andal dalam melepaskan umpan silang layaknya Reece James. Perjudian Tuchel ini pun jelas berbuah petaka sejak laga belum dimulai.
Diyakini, jika Andreas Christensen tak cedera, Reece James tentu pantas dimainkan di posisi Wing Back kanan jika melihat penampilannya melawan Leicester City saat final Liga Champions 2020/1. Namun, apakah Tuchel mau mencadangkan kapten tim di laga penting?
Hal ini menjadi pertanyaan penting baginya jelang final Liga Champions melawan Man City nantinya.