Manchester City Dikalahkan Chelsea, Taktik Guardiola Dipertanyakan
INDOSPORT.COM – Kekalahan yang dialami Manchester City di final Liga Champions 2020-2021 kontra Chelsea, Minggu (30/1/21) dini hari WIB, menyisakan pertanyaan besar untuk Pep Guardiola.
Banyak pihak mempertanyakan kebijakan taktik dan rotasi yang dilakukan Guardiola. Dalam laga sepenting final Liga Champions, apalagi menghadapi tim yang pernah mengalahkan mereka sebanyak dua kali, dia memilih untuk tidak memainkan pemain yang secara natural bisa berperan sebagai gelandang bertahan.
Alih-alih memasukkan Fernandinho atau Rodrigo dalam daftar starting XI Manchester City, Guardiola memilih untuk memainkan tiga gelandang yang ketiganya secara natural bukan merupakan gelandang bertahan seperti dua nama yang pertama disebut itu.
Bernardo Silva, Ilkay Gundogan, dan Phil Foden merupakan tiga pemain yang dipasang oleh Guardiola di lini tengah Manchester City. Sementara maestro lini tengah mereka Kevin De Bruyne, diplot sebagai false nine dan diapit oleh Riyad Mahrez serta Raheem Sterling di kedua sayap.
Keputusan Guardiola itu kemudian menimbulkan pertanyaan. Sebegitu parahkah rasa tidak percaya yang dimiliki olehnya, bahkan pada skuad ‘standar menang’ yang biasa menghiasi starting XI Manchester City.
Banyak pihak tentu juga terkejut. Rotasi yang dilakukan oleh Guardiola terbilang ajaib. Hanya dia dan Tuhan yang tahu siapa yang akan turun saat Manchester City bermain.
Laporan dari Independent menyebutkan jika Guardiola memilih untuk menumpuk gelandang di lini tengah guna mencegah usaha counter attack dari tim lawan, untuk kasus ini adalah Chelsea.
Namun skema taktik tersebut bukan merupakan skema terbaik Manchester City. Mereka bahkan harus ‘terbunuh’ oleh Lyon di Liga Champions musim lalu. Situasi yang juga membuat mereka harus bertekuk lutut atas Chelsea di ajang yang sama musim ini.
1. Manchester City Menggali Kuburannya Sendiri
Tanpa adanya gelandang bertahan, Manchester City sama saja telah menggali kuburannya sendiri. Mereka membuat lubang menganga di lini tengah, lubang yang bisa dimanfaatkan oleh Chelsea lewat momentum serangan balik yang mampu diselesaikan dengan baik oleh Kai Havertz.
Selain itu, peran dobel yang harus diemban oleh para pemain Manchester City menjadi alasan lain mengapa mereka bisa tunduk atas perlawanan Chelsea.
Multi-role yang diterapkan oleh Guardiola nyatanya gagal di laga final kali ini. Para pemain kesulitan mengejawantahkan apa keinginan Guardiola.
Kegagalan yang harus dibayar oleh Guardiola. Ia gagal mengantarkan trofi Liga Champions perdana untuk Manchester City sekaligus gagal mengunci gelar treble winner (kontinental/domestik) yang terdiri dari trofi Liga Champions, Piala FA/Carabao Cup, dan Liga Inggris.