Pep Guardiola Tak Bakal Juara Liga Champions Lagi, Kenapa?
INDOSPORT.COM – Kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh Pep Guardiola di Liga Champions membuat publik semakin yakin jika maestro taktik asal Catalan itu tak bakal lagi bisa merajai kompetisi paling elit seantero Eropa itu.
Musim 2010/11 atau satu dekade silam adalah saat di mana terakhir kalinya Guardiola merasakan kilap dan dinginnya logam dari trofi berwarna silver yang menjadi simbol status siapa yang terbaik di dalam barisan elite klub-klub di seluruh penjuru Eropa, yang paling elite dari yang ter-elite.
Sejak saat itu, Guardiola seakan mengakrabi kegagalan di Liga Champions. Kesuksesan domestik yang tetap ia peroleh selepas meninggalkan Barcelona tahun 2012 silam tak mengikutinya di kancah interkontinental.
Terbaru adalah kekalahan yang diderita oleh Manchester City di laga final Liga Champions 2020/21 kontra Chelsea di Stadio Dragao, Minggu (30/05/21) dini hari WIB.
Skor 1-0 sudah cukup untuk membuat Manchester City bertekuk lutut atas Chelsea yang pada malam itu tampil penuh determinasi dan hasrat untuk mempersembahkan trofi Liga Champions kedua sepanjang sejarah klub.
Bekal skuad mewah nan mahal kembali gagal membuat Guardiola berjaya di pentas Eropa. Sekali lagi deretan pemain yang bahkan nominalnya melebihi APBD beberapa daerah di Indonesia ini gagal membuat pelatih berkepala plontos itu kembali menikmati kilap dan dinginnya silver trofi Liga Champions.
Banyak pihak mengeluarkan analisa yang mencoba membeberkan fakta di balik kekalahan Guardiola. Overthinking dan kesembronoan mengubah ‘skuad standar menang’ Manchester City demi mengejutkan Chelsea menjadi dua alasan utama yang paling banyak dihasilkan dari analisa-analisa tersebut.
Tetap apakah itu benar? Apa benar kegagalan Guardiola untuk kembali berjaya di Eropa disebabkan karena overthinking dan kesalahannya dalam meramu taktik?
1. Konspirasi Kegagalan Guardiola: Dikutuk Dukun Afrika, Tak Lagi Bakal Berjaya di Eropa!
Ada satu teori yang terlewat ketika menjelaskan kegagalan demi kegagalan Guardiola di Liga Champions sejak terakhir kali dirinya juara musim 2010/11 silam.
Teori yang muncul ini adalah produk gothak-gathuk yang kebenarannya patut dipertanyakan tetapi bisa juga diyakini sebagai sebuah alasan di balik deretan hasil jelek yang Guardiola cetak di Eropa.
Agen Yaya Toure, Dimitry Seluk, menyatakan jika kegagalan Guardiola di Liga Champions diakibatkan oleh kutukan para dukun Afrika yang muntab karena tak terima melihat legenda Pantai Gading itu duduk di bangku cadangan kala ditekuk Porto di tahun terakhirnya membela Manchester City tahun 2018 silam.
“Saya yakin jika banyak dukun Afrika tidak akan membiarkan Guardiola menjuarai Liga Champions di masa mendatang. Ini akan menjadi kutukan Afrika untuk Guardiola. Hanya waktu yang bisa membuktikan benar atau tidaknya ucapan saya saat ini,” ujar Dimitry Seluk pada Sport24 setelah Yaya Toure meninggalkan Manchester City tahun 2018.
Apakah benar black magic Afrika adalah penyebab utama kegagalan dan nasib pahit Guardiola selama ini?
Jika ya, maka menjadi sebuah kesia-siaan untuknya menghabiskan waktu dengan begadang dan meramu taktik demi laga sengit di final jika ujung-ujungnya Dewi Fortuna yang mungkin saja tadinya menaungi klubnya terusir oleh nasib buruk yang khususon datang jauh-jauh dari Afrika untuk memenuhi takdir: membuat Guardiola gagal jadi juara di Liga Champions.