Ketika Guardiola dan Tuchel Beradu Taktik di Atas Meja Makan Restoran
INDOSPORT.COM – Thomas Tuchel berhasil mengalahkan Pep Guardiola untuk ketiga kalinya tahun ini usai membawa Chelsea menumbangkan Manchester City di final Liga Champions 2020-2021.
Chelsea berhasil menjuarai Liga Champions 2020-2021 usai mengalahkan Manchester City dengan skor tipis 1-0 lewat gol tunggal Kai Havertz pada menit ke-42.
Kemenangan itu membawa Chelsea merengkuh gelar keduanya di ajang ini sekaligus mengalahkan Manchester City secara tiga kali dalam tempo kurang dari dua bulan.
Kredit tentu diberikan kepada Tuchel yang berhasil membawa Chelsea juara sekaligus mengalahkan Man City, yang notabene tim terbaik dunia saat ini, sebanyak tiga kali.
Sejatinya, duel Chelsea melawan Manchester City di final Liga Champions 2020-2021 disinyalir sebagai duel Thomas Tuchel vs Pep Guardiola. Namun, juru taktik asal Jerman ini menepis ucapan tersebut.
“Ini lebih penting daripada itu, saya tak akan menyebut pertandingan nanti antara saya lawan Guardiola, karena ini bukanlah laga tenis. Kami tiba dengan tim ini dan Pep juga melakukan hal serupa, sebaik mungkin," ucap Tuchel.
Anggapan bahwa final Liga Champions Chelsea vs Manchester City sebagai laga Tuchel vs Guardiola sendiri lahir dari latar belakang keduanya.
Diketahui, keduanya pernah akrab sejak Guardiola menukangi Bayern Munchen dan Tuchel saat itu menganggur. Berangkat dari pertemuan keduanya di atas lapangan, keduanya kerap memuji satu sama lain.
Bahkan, karena kesan pertama di lapangan itu, Thomas Tuchel dan Pep Guardiola beradu taktik di atas meja makan sebuah restoran. Bagaimana kisahnya?
1. Saat Meja Makan Restoran Jadi Tempat 'Adu Taktik'
Kisah unik terkuak di sepak bola Jerman saat Tuchel dan Guardiola menghabiskan makan malam bersama. Kisah itu menjadi perbincangan mengingat keduanya adalah juru taktik hebat.
Kisah itu sendiri terjadi pada 2015 di mana Guardiola masih menukangi Bayern Munchen dan Tuchel tengah menganggur pasca menukangi Mainz 05. Kisah ‘adu taktik’ di atas meja makan ini sendiri diceritakan oleh Michael Reschke.
Reschke sendiri adalah mantan Direktur Sepak Bola Bayern Munchen. Suatu hari, Reschke memiliki janji untuk makan malam dengan Tuchel.
Lalu, Reschke menanyakan Guardiola dan mengajaknya bergabung secara mendadak. Tanpa disangka, eks pelatih Barcelona tersebut memilih ikut dan membatalkan janji yang ia miliki malam itu.
Saat Guardiola bertemu dan berbincang dengan Tuchel, Reschke yang menjadi saksi mata kala itu melihat bahwa obrolan keduanya bak guru dengan murid.
Namun, lambat laun obrolan itu berubah menjadi pertarungan taktik bak Grandmaster Catur tengah berduel di atas papan catur.
“Rasanya seperti menonton dua Grandmaster Catur, Fischer vs Spassky, atau Cicero vs Socrates sedang mendiskusikan sepak bola,” tutur Reshcke dikutip dari The Athletic.
Baik Tuchel dan Guardiola pun lantas berdiskusi sesuai dengan keahlian keduanya sehingga keduanya bak pelatih yang sederajat.
Saking asyiknya mengobrol soal taktik, keduanya menggunakan meja makan dan peralatan di atasnya sebagai merica, garam, gelas, botol untuk memperagakan formasi.
Bahkan karena ‘adu taktik’ itu, Pramusaji tak ada yang berani mengganggu keduanya yang larut mengobrol hingga empat jam dan restoran itu hendak tutup.
“Meski saya yang mengundang Guardiola, saya hanya menjadi penonton. Keduanya berdikusi menggunakan campuran bahasa Inggris dan Jerman dan tak memakai istilah sama sekali. Sulit mengikuti obrolan keduanya,” tambah Reschke.
Karena obrolan tersebut, Guardiola percaya dengan sosok Tuchel. bahkan, Guardiola merekomendasikan Tuchel sebagai suksesornya kepada petinggi Munchen.
Tuchel sempat dihubungi Munchen beserta para petingginya. Sayang, Tuchel batal menjadi suksesor Guardiola karean waktu yang tak tepat.