Wacana Ada Penonton di Liga 1, Rahmad Darmawan Tak Mau Kompetisi Dikorbankan
INDOSPORT.COM - Pelatih sekaligus manajer tim Madura United, Rahmad Darmawan, mengemukakan pendapat seiring masih adanya wacana kompetisi Liga 1 bisa dihadiri oleh penonton pada musim 2021/2022 mendatang.
Bagi figur yang akrab disapa RD itu, wacana itu tidak sembarangan untuk terwujud. Pasalnya, perlu melalui kajian dengan mempertimbangkan segala aspek.
Pada satu sisi, status Liga 1 musim ini bakal bergulir masih di tengah masa pandemi virus corona Covid-19. Jadi, aspek kesehatan menjadi syarat utama dalam upaya mewujudkan wacana tersebut.
"Soal (kehadiran) penonton, butuh kajian komprehensif. Karena harus benar-benar menyeluruh, tidak hanya menguji penonton untuk datang (ke stadion)," tutur Rahmad Darmawan pada Rabu (09/06/21) lalu.
Di lain sisi, RD juga mengerti atas keinginan klub yang ingin segera menghadirkan penonton. Selain faktor teknis, hal ini juga bisa berpengaruh pada minat sponsor yang berujung pada sehatnya kondisi finansial klub.
"Kami harus hormati, masyarakat yang notabene ingin semuanya aman," eks juru taktik Persipura, Persija, Pelita Jaya, hingga Arema itu menambahkan.
1. Jangan Korbankan Kompetisi
Maka dari itu, Rahmad Darmawan berharap wacana menghadirkan penonton bisa melalui pertimbangan yang sangat matang, kendati wacana itu nantinya dirumuskan dengan regulasi yang ketat sekali pun.
"Bersyukur, kompetisi (musim) ini jalan dulu. Sekarang, yang penting (semua klub) bermain dulu," tandas RD.
Bahkan, RD sudah membayangkan beragam kemungkinan jika wacana itu benar terealisasi. Salah satunya, kompetisi Liga 1 bisa saja langsung dihentikan kalau muncul klaster baru penularan Covid.
"Jangan sampai nanti menghambat pelaksanaan kompetisi," sambung pelatih kelahiran Metro, Lampung tersebut.
Sebagaimana diketahui, Madura United sudah menyetujui format series yang diterapkan di Liga 1. Bahkan, mereka pun tak mempermasalahkan perihal aturan setiap tim yang tidak boleh berlaga di markas sendiri demi menjaga asas fair play dalam sentralisasi jadwal.