Euro 2020 Milik Atalanta, Ngerinya Pasukan Menyerang Gasperini
INDOSPORT.COM - Gelaran Euro 2020 seakan menjadi milik klub Atalanta setelah lima pemainnya sukses menyumbang gol dan mengantarkan rekor.
Gelaran Euro 2020 sukses mempertontonkan panggung pertunjukan sepak bola terbaik Eropa. Deretan gol-gol cantik dan pertandingan-pertandingan dramatis mengiringi sejak fase grup hingga 16 besar.
Dari sekian momen tersebut, rupanya klub Atalanta juga ikut terseret. Tim papan atas Liga Italia itu rupanya memberikan kontribusi besar atas aksi-aksi di lapangan Euro 2020.
Atalanta tercatat menjadi klub keempat dalam sejarah Euro yang menyumbang lima pemainnya di daftar pencetak gol dalam satu edisi Euro ini. Atalanta menyusul klub Real Madrid (2012), Barcelona (2000), dan Anderlecht (1984).
Catatan Atalanta berpotensi bertambah karena masih ada beberapa pemain La Dea yang bermain di babak perempatfinal. Atalanta sekaligus menjadi penyumbang terbanyak pencetak gol dari Serie A Italia.
Para pemain Atalanta yang tampil tajam di kompetisi ini adalah Mario Pasalic (Kroasia), Matteo Pessina (Italia), Aleksey Miranchuk (Ukraina), Robin Gosens (Jerman), dan Joakim Maehle (Denmark).
Dengan sisa sembilan laga di Euro 2020, setidaknya saat ini Atalanta masih memiliki empat pemain yang bisa menambah pundi-pundi rekor gol mereka. Keempatnya adalah Ruslan Malinovskyi (Ukraina), Remo Freuler (Swiss), Rafael Toloi dan Matteo Pessina di Timnas Italia.
Jika ada satu saja yang mencetak gol, maka Atalanta sah menjadi tim pertama yang mampu menyumbang enam gol dalam satu gelaran Euro. Atalanta otomatis menjadi klub nomor satu dalam sejarah menyisihkan Real Madrid, Barcelona, dan Anderclecht.
Keberhasilan para pemain Atalanta ini memang tak terlepas dari kualitas permainan mereka di level klub. Seperti diketahui, Atalanta menjadi tim paling subur di Serie A dalam dua tahun terakhir dengan masing-masing mencetak 100 gol lebih per musimnya.
Atalanta bahkan menyaingi Barcelona dan Manchester City dalam ofensivitas. Salah satu sosok yang bertanggung jawab tentu saja adalah sang pelatih, Gian Piero Gasperini.
1. Ngerinya Pasukan Menyerang Milik Gasperini
Julukan tim ganas pantas disematkan kepada Atalanta. La Dea menjadi tim yang paling sering meraih kemenangan besar di antara klub-klub lain di Serie A Italia.
Capaian ini membuat mereka menjadi yang paling mengerikan di Serie A Italia sejak rekor AC Milan tahun 1959. Di masa itu AC Milan menjadi tim yang paling banyak menang dengan menceploskan lima atau lebih gol dalam satu pertandingan.
Statistik menunjukkan Atalanta sudah lima kali sukses mencetak lima gol atau lebih dalam satu pertandingan musim ini. Udinese jadi korban pertama mereka pada pekan ke-9 saat dihabisi dengan skor 7-1.
Tangan dingin Gian Piero Gasperini di Atalanta sudah tak diragukan lagi, sejak datang pada tahun 2016, ia sukses mengangkat derajat Atalanta.
Di musim pertamanya saja eks allenatore Inter Milan ini membawa La Dea ke posisi keempat klasemen akhir. Sayang, saat itu Italia cuma dapat tiga jatah Liga Champions.
Atalanta akhirnya baru benar-benar meraih tiket ke Liga Champions pada musim 2018-2019 lalu. Capaian ini membuat Gasperini semakin betah dan tak tergoyahkan.
Gasperini memang bukan pelatih kacangan. Walau lebih sering melatih tim-tim gurem, ia memiliki segugang pengalaman yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.
Gasperini adalah pelatih yang gemar dengan pakem formasi 3-4-3 dan beragam variasinya. Dengan formasi ini Gasperini menerapkan sepak bola bertahan sekaligus menyerang.
Jika melihat Atalanta bermain, maka akan terlihat bagaimana pressing-pressing ketat yang dimainkan anak asuhnya. Ya, Gasperini memang tak ingin memberikan kesempatan pada lawan untuk berkembang.
Strategi pressing dan marking ketat ini ditunjang dengan fleksibilitas. Biasanya tiga pemain Atalanta ditugaskan Gasperini untuk terus menekan bek lawan ketika sedang menguasai bola atau pun hendak melakukan operan. Dua orang pemain yang menjalankan peran ini antara lain adalah Robin Gosens dan Rafael Toloi.
Di tim Gasperini tak terlihat perbedaan antara bertahan dan menyerang. Dengan pressing ketat ketika bertahan, Atalanta bisa langsung menyulapnya menjadi tekanan yang agresif ke pertahanan lawan.
Kasarnya, untuk bertahan, mereka harus bermain agresif layaknya menyerang. Hal ini yang sering membuat pemain-pemain lawan kerepotan ketika Atalanta memegang bola.
Para pemain Atalanta selalu siap untuk menyerang kapan pun itu. Maka tak heran mereka menjadi tim paling produktif di musim lalu dan musim ini.
Kehebatan Gasperini dalam menerapkan taktiknya ini berkontribusi besar terhadap hasil gemilang Atalanta baik itu di Serie A Italia, Liga Champions, dan bahkan wakil-wakil mereka di Euro 2020.