Alasan Kenapa Euro 2020 Tak Ada Perebutan Juara ke-3
INDOSPORT.COM - Dua negara memastikan diri lolos ke final Euro 2020 yakni Timnas Italia vs Timnas Inggris yang akan digelar di Stadion Wembley pada Senin (12/07/21) dinihari WIB.
Italia lolos berkat kemenangan adu penalti melawan Spanyol di babak semifinal, dengan skor akhir 4-2. Kedua tim sempat bermain imbang 1-1 hingga waktu normal 90 menit dan perpanjangan waktu.
Tidak hanya di semifinal, performa Italia juga sangat baik sejak babak penyisihan grup. Tergabung di grup A bersama Wales, Swiss dan Turki, Italia tak terkalahkan dalam tiga laga.
Sembilan poin yang mereka koleksi membawanya ke 16 besar, dan dipertemukan oleh Austria. Sempat mendapat perlawanan yang sengit, tapi mereka mampu memenangkan laga dengan skor akhir 2-1.
Italia pun berhak melaju ke partai perempatfinal bertemu tim kuat lain Belgia. Gli Azzurri harus berjuang susah payah untuk bisa menekuk lutut Belgia dengan skor akhir 2-1.
Sementara Inggris, lolos ke final setelah berjuang hingga perpanjangan waktu lawan Denmark. Mereka menang 2-1.
Performa impresif Inggris tidak hanya di semifinal, namun secara keseluruhan di ajang Euro 2020 ini mereka tampil sangat menjanjikan sejak babak penyisihan grup.
Tergabung di grup D bersama Kroasia, Republik Ceko, dan Skotlandia, Inggris tak terkalahkan dengan mengemas 2 kemenangan dan 1 kali imbang.
Tujuh poin cukup membawa mereka lolos ke 16 besar Euro 2020 dengan status juara grup D. Di fase gugur, mereka berhadapan dengan Jerman.
Tak disangka, Inggris tanpa kesulitan mampu menekuk Der Panzer dengan skor 2-0. Kemudian kemenangan demi kemenangan berlanjut di perempatfinal melawan Ukraina dengan skor 4-0 dan Denmark 2-1 di semifinal.
Lantas yang bikin heran mengapa turnamen Euro 2020 tidak mempertandingkan dua tim semifinalis yang gagal antara Denmark dan Spanyol untuk memperebutkan peringkat ketiga?
Padahal, hal tersebut cukup lumrah dan sering digelar oleh turnamen-turnamen besar seperti Piala Dunia dan Copa America. Ternyata ini alasannya:
1. Alasan UEFA Tak Ada Perebutan Juara ke-3
Perebutan peringkat ke-3 di Euro sejatinya pernah dilakukan oleh UEFA sejak turnamen ini pertama kali berlangsung pada tahun 1960.
Pertandingan tersebut awalnya cukup banyak disaksikan oleh penonton sebagai laga hiburan. Namun seiring berjalannya waktu, publik mulai bosan dan tak lagi minat untuk menyaksikan perebutan juara ketiga.
Hal tersebut membuat UEFA akhirnya memutuskan untuk menghapusnya mulai Euro 1984 atau saat turnamen memasuki edisi ke-7.
Tercatat 3 negara pernah menjadi juara EURO menggunakan sistem 2 grup, yakni: Perancis (1984), Belanda (1988), dan Denmark (1992).
Sebagai ganti penghapusan gelar hiburan, UEFA merubah format kompetisi dengan melakukan penambahan peserta. Dari empat menjadi delapan tim.
Mulai Euro 1984, peserta delapan tim dibagi menjadi dua grup. Saat itu formatnya menggunakan klasemen, dua tim teratas akan saling berhadapan di final.
Sayang format tersebut tidak berlangsung lama karena hanya bertama dalam tiga edisi selanjutnya saja.
Pada Euro 1996, UEFA lagi-lagi mengubah format dengan penambahan jumlah peserta yang semakin banyak yakni 16 tim dibagi ke dalam empat grup, dengan format penyisihan grup dan babak gugur (perempatfinal, semifinal).
Sistem empat grup dalam ajang Euro terus digunakan hingga edisi 2012. Sedangkan mulai edisi 2016, UEFA kembali menambah kuota putaran final Euro menjadi 24 tim.
Format baru putaran final Euro menggunakan babak penyisihan dengan 6 grup. Tiap grup tetap diisi oleh empat kontestan.
Namun tiket lolos ke fase gugur tidak hanya dimiliki juara grup dan runner-up, namun juga empat tim peringkat tiga terbaik. Sistem ini juga masih dipertahankan hingga Euro 2020 (2021) ini.
Meski sistem kompetisi Euro terus mengalami perubahan, namun UEFA tetap tidak mengubah keputusannya untuk mengembalikan perebutan juara ketiga di ajang Euro hingga saat ini.