Heboh, Kapten Italia Akui Pakai 'Guna-Guna' untuk Matikan Bukayo Saka
INDOSPORT.COM - Hal-hal berbau klenik sepertinya tidak akan lekang oleh waktu. Sejumlah pesepak bola yang sehari-hari bersinggungan dengan teknologi garis gawang dan video assistant referee (VAR) pun masih mempercayainya, tak terkecuali kapten Italia, Giorgio Chiellini.
Dia diketahui baru saja mengantarkan negaranya menjuarai Euro 2020. Ia mengaku sempat 'mengutuk' Bukayo Saka saat sang wonderkid Inggris hendak mengeksekusi penalti penentu di final, Senin (12/7/21) dini hari WIB.
Chiellini tertangkap kamera mengucapkan kata "Kirikocho" sesaat sebelum Saka menendang. Kata tersebut kabarnya akan mendatangkan sial bagi siapa saja yang menjadi sasarannya, terutama dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Hasilnya sama-sama kita tahu, yakni bola sepakan Bukayo Saka ditepis secara gemilang oleh Gianluigi Donnarumma dan Inggris pun menangis.
Karena hanya terbaca lewat gerak bibir, ada yang beranggapan bahwa bek berusia 36 tahun tersebut bukan menyebut "Kiricocho", melainkan sorakan untuk menyemangati Donnarumma. Giorgio Chiellini disebut berteriak "dai Gigio" atau "ayo Gigio (sapaan Donnarumma)".
Namun, ESPN Argentina kemudian mendapatkan klarifikasi dari Chielini sendiri, yang mengaku memang merapal mantra Kiricocho kepada Saka. Belum diketahui apakah dia serius atau sekadar bercanda mengikuti alur rumor tersebut.
1. Apa Itu Kiricocho?
Bagi yang masih asing dengan "Kiricocho", kutukan tersebut sebenarnya diambil dari nama seorang fans sepak bola Argentina. Ia merupakan penggemar berat Estudiantes di masa kejayaan klub periode 1960-1980.
Saking fanatiknya, Kirococho bahkan rela menonton sesi latihan Estudiantes. Sayang, kedatangannya justru dianggap mendatangkan kesialan lantaran banyak pemain banyak dilaporkan cedera setiap kali dia berada di sana.
Carlos Bilardo yang saat itu melatih Estudiantes tidak serta merta mengusir Kiricocho. Bukan karena tidak percaya takhayul, justru karena ia 'mengimani' kekuatan magis sang fans.
Bilardo lantas memerintahkan agar "Kiricocho" mendatangi tempat latihan klub-klub lawan. Ia bahkan bersedia saat dipekerjakan sebagai panitia penyambut klub lawan di markas Estudiantes.
Secara ajaib, nasib baik kemudian terus menaungi kesebelasan asal La Plata tersebut. Puncaknya tentu saja ketika menjuarai Liga Argentina 1982.
Estudiantes hanya menelan satu kekalahan di musim tersebut, yakni saat melawan Boca Juniors. Uniknya lagi, saat itu Kiricocho sedang absen dari tugas, sehingga legenda "Si Pembawa Sial" semakin terkenal.
Di negara-negara berakar bahasa latin, termasuk Spanyol dan Italia, nama Kiricocho kemudian dijadikan sumpah serapah untuk mengutuk lawan di sepak bola.
Tidak ada yang tahu di mana keberadaan Kiricocho saat ini. Rumor beredar, dia masih menyertai Bilardo bahkan saat pelatih legendaris Argentina itu menukangi Sevilla di LaLiga Spanyol edisi 1992, namun belakangan dibantah.
"Kiricocho adalah anak dari La Plata yang selalu mengiringi langkah kami. Sejak Estudiantes juara, kami menjadikannya maskot tim," papar Carlos Bilardo seperti dilansir Goal.
"Sungguh orang yang baik, tapi saya tidak pernah lagi melihatnya. Saat kembali ke Estudiantes (2003-2004), tidak ada kabar soal keberadaannya," tambah arsitek juara Argentina di Piala Dunia 1986 itu.