Ketika Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci Layak Jadi Dosen di Universitas Havard
INDOSPORT.COM - Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci disebut-sebut layak menjadi dosen di Universitas Havard untuk mengajar bagaimana caranya bertahan setelah penampilannya memukau di Euro 2020.
Timnas Italia sukses merajai Eropa usai memenangkan turnamen Euro 2020 mengalahkan Inggris di final lewat adu penalti, di Stadion Wembley pada Senin (12/07/21) kemarin.
Inggris unggul lebih dahulu melalui gol cepat Luke Shaw pada menit ke-2, memanfaatkan umpan silang terukur dari Kieran Tripper.
Skor 1-0 mampu dipertahankan Inggris hingga turun minum. Namun gol tersebut rupanya tidak cukup meruntuhkan mental anak asuh Roberto Mancini.
Gli Azzurri akhirnya bangkit di babak kedua, dan mereka berhasil menyamakan kedudukan jadi 1-1 setelah Leonardo Bonucci menggetarkan jala gawang Jordan Pickford menit ke-67.
Setelah skor imbang, kedua tim bermain lebih hati-hati. Hingga peluit panjang tanda babak kedua usai, hasil 1-1 tak berubah.
Pertandinganpun harus dilanjutkan hingga perpanjangan waktu 2X15 menit. Dalam prosesnya, lagi-lagi tidak ada gol tercipta.
Hingga laga harus dituntaskan melalui adu penalti. Italia keluar sebagai pemenang, karena mereka tiga dari lima algojo mereka berhasil mencetak gol. Sedangkan Inggris, hanya dua yang berhasil masuk dari lima algojo.
Italia pun berhak membawa pulang trofi Euro 2020. Ini adalah gelar Euro kedua mereka setelah sebelumnya pernah memenangkan pada tahun 1968.
1. Dua Tembok Italia Layak Jadi Dosen
Keberhasilan Italia meraih gelar Euro 2020 tidak lepas dari performa dua bek tangguh mereka, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
Meski usianya sudah tidak lagi muda, namun Roberto Mancini masih percaya membawa mereka untuk diandalkan di lini belakang.
Keputusan tersebut bisa dibilang sebagai perjudian, mengingat sejumlah negara peserta di Euro 2020 banyak yang mengandalkan pemain muda nan lincah terutama di sektor depan.
Akan tetapi seiring berjalannnya turnamen, keduanya mampu membayar kepercayaan tersebut dengan performa apik dalam mengawal gawang Gianluigi Donnarumma. Mereka pun mendapat pujian dari Jose Mourinho.
"Mereka tahu apa yang dia lakukan. Ini adalah pemain belakang yang top dan orang yang sangat pintar," kata Mourino dilansir dari Football Italia.
Pembuktiannya ada di partai final, bagaimana keduanya melakukan pertahanan dalam menjaga gempuran para pemain muda Inggris.
Salah satu momen yang paling dibicarakan adalah, cara Giorgio Chiellini menghentikan Bukayo Saka di partai final.
Pemain berusia 36 tahun itu menarik kaus Saka, padahal posisinya sudah tertinggal selangkah. Jika tidak dihentikan dengan cara seperti itu, maka pemain Arsenal itu bisa membahayakan gawang Italia.
"Apa yang Chiellini lakukan kepada Saka menunjukkan segalanya. Dia membuat satu-satunya kesalahan di pertandingan, dia tertinggal di garis tepi."
"Ketika Saka akan berlari, 'Kamu tidak akan ke mana-mana, kamu tetap di dekat saya, kaus ini jadi milikku dan kamu tidak bisa pergi'," tambah Mourinho.
Lebih lanjut pelatih AS Roma ini bahkan tidak sungkan melemparkan pujian dengan mengatakan Chiellini dan Bonucci bisa menjadi dosen di Universitas Havard mengajarkan cara bertahan yang baik dan benar.
"Saya pernah menghadapi Juventus ketika masih bersama Manchester United beberapa musim lalu."
"Dan setelah pertandingan di Old Trafford, saya berkata, 'Kedua orang ini harus ke Universitas Olahraga dan memberi pelajaran tentang bagaimana cara menjadi bek tengah'," tuturnya.
Menurut Mourinho, faktor usia tak menghalangi Chiellini dan Bonucci bersaing di level teratas sepak bola dunia.
"Mungkin dalam beberapa tahun lagi, mereka masih bisa melakukannya," katanya.
"Mungkin Chiellini tidak bisa bermain setiap tiga hari, terkadang dia butuh istirahat, terkadang ada cedera kecil yang terjadi di awal musim, tetapi mereka berdua bisa bersiap di level tertinggi," ujar pelatih asal Portugal tersebut.
Giorgio Chiellini akan berusia 37 pada Agustus mendatang, dan Leonardo Bonucci akan merayakan ulang tahun ke-35 pada Mei tahun depan.