Mengenal Piala Intertoto, Turnamen Eropa yang Dibuat untuk Pejudi
INDOSPORT.COM â Mengenal Piala Intertoto, salah satu kompetisi terlupakan UEFA yang di awal kelahirannya dibuat untuk mengakomodir para pejudi.
Dalam perkembangannya, benua Eropa memiliki hingga lima kompetisi antar klub yakni Liga Champions, Piala Winners, Piala UEFA, Piala Super UEFA, dan Piala Intertoto.
Kini, kompetisi Eropa hanya tersisa empat. Itu pun seiring hadirnya UEFA Conference League yang disebut-sebut menjadi cerminan Piala Intertoto.
Sejatinya, UEFA Conference League dan Piala Intertoto memiliki perbedaan jauh walau pada dasarnya sama karena hanya diikuti tim-tim kelas tiga.
Perbedaannya mungkin terletak pada gengsinya. Sebab, Piala Intertoto dianggap kurang bergengsi dibandingkan UEFA Conference League yang sebagian masih diikuti tim-tim papan atas.
Sekilas berbicara Piala Intertoto, mungkin sebagian pecinta sepak bola mulai lupa akan pernah hadirnya kompetisi ini. Pasalnya, ajang ini telah dibubarkan sejak 2008 silam.
Meski demikian, Piala Intertoto menjadi salah satu turnamen tertua di Eropa karena dimulai sejak 1961 silam atau bertahan selama empat dekade lebih.
Lantas, bagaimana kisah perjalanan Piala Intertoto di sepak bola Eropa dan mengapa ajang ini dianggap tak bergengsi sepanjang perjalanannya?
1. Piala Intertoto yang Aneh
Sebagai Preambule, Piala Intertoto digelar sejak 1961 namun baru diambil alih UEFA sejak 1995. Dengan kata lain, ajang ini sejak lahir tak berada di bawah otoritas UEFA.
Piala Intertoto sendiri digagas oleh Wakil Presiden FIFA kala itu, Ernst Thommen yang mengelola perusahaan bandar judi sepak bola.
Thommen menciptakan ajang ini agar ada pertandingan yang bisa dipakai untuk berjudi selama musim panas atau pramusim. UEFA yang ga mau terlibat pun membiarkan ide tersebut.
Maka dipilihlah nama Intertoto yang kata Toto-nya merupakan kata serapan dari bahasa Jerman yang berarti Judi.
Di awal berdiri, ajang ini diikuti oleh tim-tim dari Swiss, Jerman Barat, Jerman Timur, Austria, Cekoslowakia, Polandia, dan Swedia.
Format yang dimiliki mirip Liga Champions kala itu, barulah pada 1995 UEFA mengambil alih Piala Intertoto dan menjadi kompetisi resminya.
Piala Intertoto dianggap tak menarik oleh sebagian klub karena beberapa faktor. Salah satunya adalah waktu penyelenggaraannya.
Piala Intertoto dimainkan dari Juni hingga Agustus atau waktu di mana tim-tim melakukan tur pramusim. Selain itu, lawan yang dihadapi adalah lawan-lawan yang tak dikenal namanya atau jauh dari nama besar klub Eropa.
Namun, karena pemenangnya mendapat jatah bermain di Piala UEFA, maka tim-tim yang berpartisipasi menganggap turnamen ini sebagai pramusim dengan hadiah bisa lolos ke kompetisi yang lebih elit.
Selain soal waktu, penghargaan yang diberikan Piala Intertoto jauh dari kesan istimewa. Penghargaan berupa trofi itu pertama kali hanya seukuran deodoran atau segenggam tangan ukurannya.
Lalu, trofi diganti dengan plakat yang membuat kesan turnamen ini tak nampak istimewa dari penyelenggaraanya dan hadiahnya.
Belum lagi soal juaranya. Sejak 1961 hingga 1967, ada juara sejati di dalamnya. Namun setelahnya, gelar juara diberikan kepada 7 hingga 12 tim.
Saat diakuisisi UEFA, juaranya malah ada 2 hingga 3 tim. Lalu di masa akhir Intertoto, juaranya ada 11 di mana nantinya terpilih 1 tim juara sejati.
UEFA pun menggunakan jargon ‘No Final, No Winner, No Trophy’ yang membuat Piala Intertoto kian ga menjual. Sehingga jarang ada tim yang mau berpartisipasi. Sekalipun ada, nama timnya tergolong aneh-aneh atau tak pernah terdengar sebelumnya.
Pada Desember 2007, Michel Platini selaku Presiden UEFA mengambil keputusan untuk menghapus Piala Intertoto dan menggantinya dengan kualifikasi Liga Europa sehingga babak kualifikasi menjadi empat tahapan.