Baru Datang, Tammy Abraham Langsung Sesumbar Akhiri Puasa Gelar AS Roma
INDOSPORT.COM - Striker Tammy Abraham memasang target tinggi dalam petualangan barunya bersama AS Roma. Walau Il Lupi dalam dua dekade terakhir bukanlah tim yang akrab dengan trofi, dia tetap ingin mengukir prestasi.
Dengan Roma yang merekrutnya dari Chelsea seharga 34 juta pound (sekitar Rp670 miliar), dia merasa punya banyak kecocokan visi dan misi.
Belum lagi pelatih Jose Mourinho yang memiliki karier manajerial sukses juga menarik minat Tammy Abraham untuk bermain di Serie A Italia.
Sejauh ini, Abraham baru dimainkan di dua pertandingan resmi sebagai starter. Ia dipilih sebagai striker utama AS Roma di atas Eldor Shomurodov dan membalas kepercayaan tersebut dengan torehan dua assist.
"Saya sudah bertukar pikiran engan Jose Mourinho dan Thiago Pinto (eksekutif AS Roma) sebelum datang kemari. Mereka mengatakan bahwa Roma punya ambisi besar. Saya sendiri adalah orang yang ambisius," papar Abraham pada Sky Sports.
"Saya pindah ke AS Roma bukan sekedar ingin mencetak gol, tapi juga memenangi titel. Mourinho adalah manajer yang berpengalaman. Senang bisa punya pelatih sekalibernya di tim ini," cetusnya.
"Sejak lama saya tahu bahwa Serie A Italia lebih mengandalkan taktik ketimbang Liga Inggris. Semua klub, baik besar maupun kecil, sama-sama senang menguasai bola dan susah untuk ditembus pertahanannya," tambah pemain berusia 23 tahun tersebut.
1. Tak Punya Tradisi Juara
Jika memang ingin meraih trofi bersama AS Roma, maka Tammy Abraham punya rintangan super berat. Pasalnya tidak banyak anggota skuat mereka yang punya pengalaman juara.
Berstatus sebagai wakil ibu kota dan punya sejarah panjang, Roma sayangnya lebih tertinggal ketimbang Juventus, AC Milan, dan Inter Milan dalam hal gelar. Il Giallorossi dewasa ini lebih sering diberi predikat kuda hitam saja.
Trofi terbaru di Olimpico Roma sudah berdiam sejak 2008 silam saat Coppa Italia sukses dijuarai. Sementara gelar liga justru lebih lama lagi yaitu pada 2000-2001, era di mana Francesco Totti, Gabriel Batistuta, dan Vincenzo Montella masih berkuasa.
Setelahnya sang serigala dipaksa berpuasa. Mereka bahkan smapai harus rela melihat Lazio, rival satu kota, meraih lebih banyak sukses dengan memenangi empat Coppa Italia plus tiga Supercoppa Italiana.