Belajar dari Jorginho, 'Kambing Hitam' Bermental Baja di Chelsea
INDOSPORT.COM - Jorginho mungkin saat ini sedang berbahagia menyambut kariernya yang mulai membaik di klub Liga Inggris, Chelsea.
Seperti diketahui, Jorginho dahulu sangat sering dijadikan sasaran empuk kritik pedas publik ketika permainannya berada di bawah ekspektasi, atau bahkan saat melakuan blunder serta hal fatal di lapangan.
Bukan hanya sebagai pemain yang dikritik semata, ia juga diperlakukan seperti public enemy yang membuat sebal banyak orang.
Didatangkan saat era kepelatihan Maurizio Sarri, Jorginho mengalami musim debut yang terbilang tidak mulus di Chelsea.
Apalagi, ia didatangkan dengan nilai transfer yang cukup mahal dan mendarat tidak lama setelah Chelsea mengumumkan kesepakatan merekrut Maurizio Sarri.
Masa-masa awalnya berseragam The Blues pun dihantui status ‘anak emas’ dan tokoh sentral dalam gaya Sarri-ball, yang memang jadi ciri khas sang pelatih kala itu.
Ditambah lagi, ia harus berkutat dengan omongan orang-orang yang menyebut dirinya masuk line up The Blues karena hubungannya dengan Sarri, yang mana membuatnya benar-benar muak.
“Awal karier saya di Chelsea membuat saya merindukan Napoli. Anda ingat kan apa yang pernah mereka (publik) katakan?” kata Jorginho seperti pernah diwartakan Goal Internasional awal September lalu.
“Saya terlalu lamban, saya terlalu lemah, saya anaknya Sarri. Semua itu membuat saya marah,” kenangnya lagi.
Namun untungnya masa-masa suram itu tidak membuat Jorginho menyerah begitu saja dan mengambil jalan pintas seperti pindah ke klub lain.
Ia bertahan dan berusaha meraih respect dari orang-orang, sama seperti saat di Verona dulu. Di sana, Jorginho juga mengalami periode-periode sulit penuh rasa stres dan frustrasi karena merasa tidak diinginkan.
Menurut pemain kelahiran 20 Desember 1991 itu, terseok-seok saat berada di klub baru bukanlah hal aneh. Ia yakin kebanyakan pesepak bola juga merasakan hal yang sama dengannya.
1. Perjuangan Jorginho di Chelsea
Meski begitu, pengakuan Jorginho tersebut tidak lantas menghapus fakta bahwa ia kerap dihujat oleh banyak orang saat awal-awal berseragam Chelsea.
Untungya Jorginho memiliki pola pikir dan prinsip bahwa suatu hari mereka yang mengejeknya pasti akan menyesal dan malu sendiri. Ia kemudian membuktikannya dengan menggondol gelar Liga Europa dan Liga Champions.
Menjadikan kritik dan ejekan sebagai penyemangat, Jorginho pun mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sempat berbicara buruk tentangnya.
Jorginho memang sudah melalui banyak hal selama membela The Blues. Eksistensinya saat era Frank Lampard pun sempat timbul tenggelam seiring banyaknya pemain muda yang mulai tampil ke permukaan.
Akan tetapi, bak sosok bermental baja, ia tidak mudah goyah meski hanya bisa menikmati permainan rekan-rekannya dari pinggir lapangan.
Kesabarannya pun membuahkan hasil. Kini di era kepelatihan Thomas Tuchel segalanya terasa membaik, bahkan Jorginho mulai merasakan rasa cinta dari suporter Chelsea yang sebelumnya tidak banyak ia dapatkan.
Setelah menyabet gelar UEFA Men’s Player of the Year, kini ia didukung banyak pihak, termasuk Giorgio Chiellini, untuk memenangkan Ballon d’Or.
Jelang pertemuan mereka di laga Liga Champions Juventus vs Chelsea, Chielline melontarkan pujian untuk rekan setimnya di Timnas Italia tersebut.
“Saya berharap dia bisa menang (Ballon d’Or), dia adalah teman baik saya,” ucap Chiellini saat sesi konferensi pers sebelum laga.
Jika Jorginho berhasil menggondol gelar Ballon d’Or, Chiellini bakal merasakan kebahagiaan yang sama besarnya dengan sang kawan, seolah-olah kemenangan dan keberhasilan tersebut juga jadi miliknya.