William Gallas, Kapten Arsenal yang Menjelma Jadi Anak Kecil Tukang Ngambek
INDOSPORT.COM – Sempat menyandang status sebagai kapten Arsenal, bek asal Prancis William Gallas justru lebih diingat berkat aksinya yang mirip anak kecil yang ngambek.
Laga melawan tuan rumah Birmingham di Liga Inggris pada 2008 menjadi momen yang sulit dilupakan oleh Arsenal akibat dua peristiwa.
Peristiwa pertama adalah cedera horor yang dialami oleh Eduardo da Silva, imbas dari tekel mengerikan yang dilepaskan Martin Taylor ketika laga baru berjalan 3 menit.
Taylor sendiri kemudian diusir wasit, namun Arsenal tertinggal lebih dulu lewat gol James McFadden sebelum brace Theo Walcott membawa The Gunners berbalik unggul.
Namun, petaka kembali menimpa Arsenal di menit akhir laga. Blunder Gael Glichy membuatnya terpaksa menjatuhkan Stuart Parnaby yang berujung hukuman penalti yang dieksekusi sempurna oleh McFadden.
Hukuman penalti inilah yang kemudian menghasilkan peristiwa kedua yang sulit dilupakan oleh penggemar Arsenal.
William Gallas, yang menjabat kapten tim, meluapkan kekesalannya dengan menendang papan iklan di tepi lapangan.
Namun, aksi Gallas tak berhenti di situ. Seusai laga, ia tak mau kembali ke ruang ganti dan memilih duduk di tengah lapangan seperti anak kecil yang ngambek alias merajuk.
Tingkah konyol Gallas itu pun mendapat kecaman dari Jens Lehmann. “Bukannya berdiri di tepi kotak penalti untuk berjaga-jaga jika penalti itu gagal, Gallas malah mengabaikan timnya dan meninggalkan lapangan untuk memendang papan iklan,” kata Lehmann seperti dilansir Daily Mail.
“Setelah laga, ia tak mau meninggalkan lapangan. Dia duduk di tengah lapangan seperti anak kecil yang ngambek.”
“Di ruang ganti, ia bertengkar dengan Gilberto Silva yang menuduhnya mencari perhatian. Pertengkaran itu berlanjut hingga akhir musim.”
Gallas sendiri kemudian melontarkan pembelaannya. “Saya sangat bersemangat, dan kadang semangat itu menjadi terlalu berlebihan. Kadang hal itu membantu saya dan kadang sebaliknya.”
1. Kontroversial Sejak Awal Hingga Akhir
Di luar kisah ngambeknya itu, karier William Gallas di Arsenal memang diwarnai sejumlah kontroversi, bahkan sejak kedatangannya.
Gallas mengawali kariernya di Liga Inggris bersama Chelsea pada 2001. Sempat jadi andalan di lini belakang The Blues, ia menyeberang ke Arsenal pada musim panas 2006 sebagai bagian dari kepindahan Ashley Cole ke arah sebaliknya.
Belakangan, kubu Chelsea mengklaim Gallas mengancam akan membuat gol bunuh diri jika tidak diizinkan pindah ke kubu The Gunners.
Gallas kemudian diberi nomor punggung 10 yang kosong usai kepergian Dennis Bergkamp. Wenger ketika itu beralasan memberikan nomor itu kepada pemain depan akan menimbulkan beban sehingga memberikannya kepada pemain belakang.
Di sisi lain, pemberian nomor keramat itu diharapkan bisa memicu Gallas untuk menjadi tulang punggung pertahanan.
Setahun setelah kedatangannya, sang bek tengah ditunjuk menjadi kapten tim. Namun, keputusan ini rupanya tidak direspons positif oleh rekan-rekannya.
“Kami mengetahui pengangkatannya sebagai kapten dari surat kabar, dan kami semua geleng-geleng saat mengetahuinya,” kata Jens Lehmann.
“Musim sebelumnya, dia kerap datang terlambat saat latihan atau meninggalkan latihan tanpa izin. Dengan menunjuknya sebagai kapten, mungkin Arsene Wenger ingin meningkatkan rasa tanggung jawab Gallas.”
Seusai laga melawan Birmingham, Arsenal kehilangan momentum menjadi juara Liga Inggris. Berada di puncak klasemen dengan keunggulan 5 poin saat bertemu Birmingham, performa Arsenal menurun usai laga yang diwarnai tingkah ngambek Gallas itu hingga akhirnya hanya finis di posisi 3.
Musim berikutnya, ia masih dipercaya menjadi kapten. Namun, peran itu akhirnya berakhir usai ia melontarkan kritik pedas kepada rekan-rekan setimnya yang membuat ia diparkir di laga melawan Manchester City dan ban kapten dilucuti dari lengannya untuk kemudian diserahkan ke Cesc Fabregas.
Gallas sendiri bertahan di Arsenal hingga 4 musim. Namun, kepergiannya juga diwarnai kontroversi. Ia mengajukan permintaan kontrak baru dengan nominal tinggi yang sulit dipenuhi klub.
Gagal mencapai kesepakatan, ia pun meninggalkan Arsenal dan melukai hati penggemar The Gunners dengan bergabung ke rival abadi mereka, Tottenham Hotspur.