x

Sudah Saatnya Tuchel 'Tendang' Lukaku dari Line Up Chelsea

Minggu, 16 Januari 2022 10:14 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Romelu Lukaku terlihat lesu di laga Manchester City vs Chelsea, Sabtu (15/01/22). (REUTERS/Peter Powell)

INDOSPORT.COM – Musim 2021-2022 telah separuh jalan dan Romelu Lukaku nampak belum nyetel di Chelsea. Sudah saatnya bagi Thomas Tuchel mengambil keputusan untuk menendangnya.

Romelu Lukaku kembali menjadi biang kerok kegagalan Chelsea meraih kemenangan di Liga Inggris. Teranyar, pemain berkebangsaan Belgia ini menjadi kambing hitam saat The Blues tumbang dari Manchester City.

Chelsea harus menerima kekalahan dalam lawatannya ke markas Man City, Sabtu (15/01/22). Dalam lawatannya ini, The Blues takluk lewat gol semata wayang Kevin De Bruyne.

Baca Juga
Baca Juga

Di laga ini, Chelsea bermain seperti kehilangan gairah dan kembali gagal memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang yang didapatkan untuk mencetak gol.

Salah satu peluang yang didapatkan adalah peluang Romelu Lukaku yang tinggal berhadapan dengan kiper Man City, Ederson. Penyerang berusia 28 tahun ini gagal menuntaskan kesempatan itu menjadi gol untuk Chelsea.

Selain membuang-buang peluang, Lukaku juga menjadi duri dalam daging permainan Chelsea kala kontra Man City, di mana ia kalah dalam duel udara sebanyak tujuh kali dalam tujuh duel.

Baca Juga
Baca Juga

Belum lagi Lukaku benar-benar tak aktif membantu permainan Chelsea dengan hanya menyentuh bola sebanyak 20 kali dalam 90 menit dan hanya melepaskan 12 operan saja dengan akurasi hanya 58 persen.

Buruknya performa Lukaku ini membuat namanya jadi bulan-bulanan. Banyak yang meminta Thomas Tuchel untuk segera menepikannya dari Line Up Chelsea.

Selain karena penampilan itu di laga kontra Manchester City itu, ada beberapa faktor mengapa menepikan Romelu Lukaku adalah jawaban untuk memperbaiki buruknya permainan Chelsea di bawah arahan Thomas Tuchel. Apa saja itu?


1. Lukaku Sang Pemalas yang Tak Berjodoh dengan Chelsea

Romelu Lukaku menyia-nyiakan peluang emas yang dimiliki Chelsea di laga kontra Manchester City, Sabtu (15/01/22). (REUTERS/Peter Powell)

Sebelum kehadiran Lukaku, lini depan Chelsea memang tumpul, namun terbilang Fluid atau cair saat memainkan bola dan melancarkan serangan.

Sedangkan setelah hadirnya Lukaku yang menjadi Focal Point, Chelsea seperti kehilangan fleksibilitas dalam menerapkan Counter-Pressing yang membawa mereka menjadi kampiun Liga Champions 2020/21.

Singkatnya, lini depan Chelsea kehilangan agresifitas tak hanya dalam serangan namun juga bertahan. Berkurangnya agresifitas ini terlihat dari minimnya Pressing atau tekanan yang dilancarkan.

Dilansir dari laman FBRef, dari seluruh pemain lini depan Chelsea, hanya Lukaku yang punya nilai Pressing terendah, yakni dengan 88 kali tekanan dalam 14 laga yang ia mainkan di Liga Inggris 2021/22.

Bandingkan dengan Kai Havertz yang kerap di pasang di pos yang sama. Dalam 15 laga Liga Inggris, pemain berusia 22 tahun ini melancarkan 155 tekanan ke lawan.

Dengan kata lain, Lukaku bertipe pemain pemalas di sistem yang diterapkan Tuchel. Hal ini bisa dikatakan wajar karena dirinya merupakan penyerang tradisional.

Sayangnya, tipe penyerang tradisional seperti Lukaku tak cocok dengan sepak bola modern yang diterapkan Chelsea, dan bahkan Man City.

Ada dua cara untuk mengatasi kekurangan tersebut, yakni Tuchel harus mengubah sistemnya atau Lukaku yang harus mulai beradaptasi dengan gaya permainan Chelsea saat ini.

Selain karena kesalahan Lukaku yang pemalas, Chelsea juga tak punya kreator andal untuk Focal Point-nya sehingga apa yang dimiliki eks Inter Milan itu tak bisa dimaksimalkan.

Minimnya kreatifitas Chelsea terlihat dari Goal-Creating Actions (GCA) atau tindakan seperti operan, dribel, dan pelanggaran yang berbuah gol untuk rekan setim.

Di Liga Inggris musim ini, hanya Mason Mount yang punya GCA tertinggi, yakni 8 kali yang disusul oleh para bek dan gelandang Chelsea, seperti Cesar Azpilicueta (8 kali), Antonio Rudiger (6 kali), dan Jorginho (6 kali).

Jumlah tersebut terbilang sedikit bagi tim sekelas Chelsea. Sehingga jelas kehadiran kreator dibutuhkan untuk memaksimalkan sosok Lukaku.

Dari seluruh bukti ini, dapat disimpulkan bahwa Lukaku dan Chelsea sejatinya terlalu dipaksakan. Kesalahan besar ada pada tim Scouting dan petinggi The Blues yang memboyongnya ke Stamford Bridge.

Bisa dikatakan bahwa Chelsea terlalu buru-buru untuk menghadirkan penyerang pada sosok Lukaku, padahal The Blues lebih membutuhkan pemain bertipe kreator seperti Eden Hazard dalam sistem Tuchel yang bisa bermain sebagai False Nine.

ChelseaManchester CityRomelu LukakuThomas TuchelIn Depth SportsLiga InggrisSepak Bola

Berita Terkini