Naturalisasi Sandy Walsh dan Jordi Amat, Menpora: Saya Tak Mau Sembarangan!
INDOSPORT.COM - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali akan memanggil ketua umum PSSI untuk membahas proses naturalisasi calon pemain Timnas Indonesia, Sandy Walsh dan Jordi Amat. Berkas dua pemain itu sudah diserahkan Kemenpora untuk mendapat rekomendasi.
Menpora mengatakan harus hati-hati sebelum memutuskan menyetujui naturalisasi Sandy dan Jordi. Zainudin Amali akan menanyakan secara detail terkait kebutuhan Timnas Indonesia.
"Saya akan undang ketum PSSI, Sekjen, Direktur Teknik dan Shin Tae-yong setelah selesai pelatnas (Piala AFF U-23). Saya sekarang hati-hati betul soal naturalisasi, saya tak mau sembarangan," kata Menpora.
"Saya harus tanya apa manfaatnya untuk sepak bola Indonesia dalam jangka panjang, kenapa dipilih pemainnya. Saya akan rewel, detail usia penting jangan sampai kontribusi tidak ada buat timnas," katanya.
"Yang minta (naturalisasi) kebetulan pelatih Timnas kalau dulu klub. Makanya saya mau undang PSSI untuk jelaskan baru saya oke, seperti di basket jelas kebutuhannya," lanjut Menpora.
Sandy Walsh dan Jordi Amat adalah dua di antara empat nama yang diajukan Shin Tae-yong untuk dinaturalisasi. Keduanya punya darah Indonesia dari orang tua dan kakek buyut.
Selain dua nama di atas, dua pemain lain adalah Mees Hilgers dan Ragnar Oratmangoen. Dua nama terakhir ini masih dalam proses melengkapi dokumen untuk diajukan ke Kemenpora.
PSSI menargetkan empat pemain tersebut bisa tampil di Kualifikasi Piala Asia yang dimainkan Juni 2022 nanti. Timnas Indonesia membutuhkan tenaga para pemain Eropa itu agar lolos ke putaran utama pada 2023.
1. PSSI Harus Berhati-hati
Proses naturalisasi pemain tidak secepat kilat, meski pemain di atas punya darah Indonesia. PSSI terlebih dahulu mengajukan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk dibahas di Komisi X DPR RI demi mendapatkan persetujuan sebelum dilantik oleh Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham).
PSSI harus berhati-hati dalam menaturalisasi pemain. Meski pemain incaran mengklaim punya garis keturunan, mereka harus bisa membuktikan lewat dokumen resmi, termasuk catatan tak pernah membela negara lain di ajang resmi.
Jika tidak, hal itu bisa melanggar statuta FIFA dan pemain itu tak dapat membela Timnas Indonesia seperti kasus Marc Klok hingga Ezra Walian.