Sudah Insaf, Barcelona Tak Lagi Mau 'Asal-asalan' Bakar Duit untuk Pemain Bintang
INDOSPORT.COM – Barcelona perlahan mulai berbenah dan mulai insyaf dari kebiasaan buang-buang duit asal-asalan untuk pemain bintang.
Sebelumnya, Barcelona yang berada di ujung tanduk akibat krisis finansial, masih bisa bertahan dan bersaing di pentas teratas.
Barcelona mengalami krisis finansial besar-besaran terjadi di era Josep Maria Bartomeu, yang memaksa perombakan besar-besaran di tubuh Blaugrana.
Sebagai informasi, Barcelona mulai merombak susunan di tubuh manajemennya seiring terpilihnya Joan Laporta sebagai Presiden klub.
Kembalinya Joan Laporta membuat Barcelona menanggalkan kebiasaan buruknya yang kerap membuang-buang uang untuk belanja pemain.
Hal ini setidaknya terihat dari banyaknya pemain yang datang dalam satu musim terakhir, di mana Barcelona hanya mengeluarkan uang besar untuk Ferran Torres dan pemain pinjaman.
Sisanya, Barcelona mengandalkan para pemain muda dan beberapa pemain gratisan yang kontraknya akan berakhir.
Mengandalkan proses negosiasi yang apik dan nama besar Barcelona, para pemain gratisan ini sepakat untuk bergabung.
Tak hanya sampai di situ, proses mendatangkan Ferran Torres yang menggunakan biaya transfer juga tak menguras kantong Barcelona secara utuh.
Pasalnya, Ferran Torres datang dengan biaya yang dicicil sebanyak empat kali oleh Barcelona kepada Manchester City.
Cara ini sendiri kian membuktikan bahwa Barcelona benar-benar mulai insaf dalam belanja pemain secara 'asal-asalan' dengan mahar besar.
1. Kebiasaan Bakar Uang di Era Bartomeu
Kebiasaan bakar uang yang dilakukan Barcelona terlihat di era Josep Maria Bartomeu, sejak dirinya memimpin klub pada 2014 silam usai mundurnya Sandro Rosell.
Pada 18 Juli 2015, Bartomeu terpilih sebagai presiden tetap klub, di mana ia memiliki salah satu kebijakan yakni belanja pemain dengan nama besar.
Dalam menjaga namanya agar tetap terpilih sebagai Presiden Barcelona, Bartomeu membuat gebrakan dengan mendatangkan Luis Suarez.
Luis Suarez merupakan salah satu penyerang terbaik di masa itu. Ia didatangkan dari Liverpool dengan mahar besar, yakni sekitar Rp1,48 triliun.
Kedatangannya saat itu berbuah manis. Suarez bersama Lionel Messi dan Neymar mampu tampil padu di atas lapangan.
Karenanya, Bartomeu pun bisa terpilih sebagai presiden tetap pada 18 Juli 2015 dan diyakini bisa menjadi pahlawan Barcelona yang mengalami kemunduran di era Sandro Rosell.
Hanya saja, terpilihnya Bartomeu menjadi titik mundurnya Barcelona, hingga hampir jatuh ke lubang kebangkrutan di masa akhir jabatannya.
Kesalahan Bartomeu tentu saja dalam transfer pemain. Bermula dari perginya Neymar pada 2017 yang ditebus Paris Saint-Germain hingga memecahkan rekor dunia.
Transfer ini sendiri lantas melahirkan inflasi besar-besaran yang berujung pada pembelian pemain dengan harga tak masuk akal.
Untuk mencari pengganti Neymar, Bartomeu memutuskan Barcelona merekrut Ousmane Dembele pada 2017 dengan mahar total 145 juta euro.
Hal ini berlanjut dengan sederet pemain lainnya yang punya nilai mahal, seperti Philippe Coutinho (160 juta euro pada 2018) dan Antoine Griezmann (120 juta euro pada 2019).
Transfer yang dilakukan Barcelona di bawah Bartomeu ini sendiri terkesan asal-asalan tanpa melihat kebutuhan tim. Dengan kata lain, transfer ini hanya menjadi pemuas nafsu semata.
Jika ditotal selama periodenya menjabat, Bartomeu mendatangkan 34 pemain dengan total harga 1,084 miliar euro atau Rp17,2 triliun.
Ironisnya, dari 34 pemain itu, hanya beberapa saja yang berhasil seperti Ivan Rakitic, Frenkie de Jong dan Marc-Andre ter Stegen saja.
2. Dibarengi Gaji Gila-gilaan
Kesalahan Bartomeu tak hanya perihal transfer dengan harga selangit saja, melainkan juga soal pemberian gaji kepada para pemainnya.
Pemberian gaji ini sendiri terbilang gila-gilaan sehingga Barcelona harus kehilangan Lionel Messi pada musim panas 2021 lalu.
Sebagai informasi, selama di era Bartomeu, Barcelona mengalami peningkatan gaji setiap tahunnya. Tak tanggung-tanggung, peningkatan itu mencapai angka triliunan.
Meningkatnya gaji itu terlihat pada 2018 silam, di mana dalam laporan Swiss Rumble, gaji di Barcelona meningkat 43 persen, dari 340 juta euro menjadi 487 juta euro.
Bahkan menurut pengakuan mantan CEO Barcelona, Ferran Reverter, sejak 2016 hingga 2021 Blaugrana mengalami peningkatan gaji sebesar 61 persen!
Meningkatnya beban gaji ini dikarenakan Bartomeu mengiming-imingi para pemain bintang yang tengah diburu dengan gaji fantastis, seperti Griezmann pada 2019 silam yang dibayar 345 ribu poundsterling (Rp6,5 miliar) per pekan.
Tak cuma ke pemain yang diburu, Bartomeu juga memberikan peningkatan gaji ke pemain yang akhirnya tidak berguna untuk klub.
Sebagai contoh adalah Samuel Umtiti, yang pada akhirnya susah ditendang Barcelona karena besarnya gaji yang ia miliki.
Swiss Rumble sendiri menyatakan pada 2018 lalu, bahwasanya peningkatan gaji sebesar 43 persen dalam jangka setahun lambat laun akan menjadi bom waktu bagi Barcelona.
Nyatanya, hal itu menjadi kenyataan yang kemudian menjerumuskan Bartomeu dan membuat Barcelona dalam kubangan kebangkrutan.
3. Mulai Insyaf
Berkaca pada pengalaman Bartomeu tersebut dan karena kondisi finansial yang buruk, Barcelona pun mulai insaf alias taubat dan mulai berhenti jor-joran membeli pemain bintang.
Hadirnya Joan Laporta dianggap sebagai satu masa transisi agar Barcelona kembali ke kebiasaannya, yakni mengorbitkan para pemain La Masia dan mendatangkan pemain dengan harga wajar.
Sejauh ini Barcelona berada dalam jalur yang tepat, setidaknya jika melihat banyaknya pemain muda La Masia yang muncul di tim utama seperti Gavi.
Tak cukup sampai di situ, aktivitas transfer Barcelona mulai bergeser dengan mendatangkan para pemain gratisan dan para pemain pinjaman.
Kebetulan saat ini makin banyak pemain gratisan yang punya nama besar dan sepak terjang mumpuni yang bisa digaet Barcelona.
Lantas bagaimana dengan gaji? Joan Laporta pun paham akan kondisi Barcelona saat ini dan tak lagi memberi angin surga dalam bentuk gaji besar ke para pemain barunya.
Bahkan, bermodalkan negosiasi yang apik dan nama besar Barcelona, pemain dengan bayaran mahal sekelas Pierre-Emerick Aubameyang rela memangkas gajinya hingga 60 persen lebih agar bisa bermain untuk Blaugrana.