Striker Lokal Belum Unjuk Gigi, Kolonialisme Eropa di Liga 1 Berlanjut Lagi
INDOSPORT.COM - Ketergantungan klub-klub Liga 1 pada servis penyerang-penyerang asing rasanya kian menjadi dewasa ini.
Belakangan tren gelar top skor sedang sering didapatkan oleh bomber-bomber dari benua Eropa menggeser dominasi Amerika Selatan.
Dalam empat musim terakhir, peraih trofi sepatu emas Liga 1 selalu berasal dari benua biru. Tidak percaya? Simak saja ulasannya.
Monopoli Eropa dimulai dari 2017 kala Sylvano Comvalius dari Belanda sukses membukukan 25 gol untuk Bali United.
Comvalius tampil spektakuler dengan 37 gol yang jauh mengungguli duo Brasil yakni Marclei Santos (24) dan Beto Goncalves (22).
Para penyerang asli Indonesia harus puas menempati posisi keempat dan kelima dengan adanya Samsul Arif (17) dan Lerby Eliandry (16).
Di musim berikutnya giliran Aleksandar Rakic yang berjaya dengan 21 gol untuk PS Tira. Mesin gol berpaspor Serbia itu memenangi adu tajam dengan David da Silva (20), dan Marko Simic (18).
Pada Liga 1 2018 dominasi pemain asing begitu terasa sampai-sampai Samsul Arif yang mencetak 14 gol hanya berada di urutan sembilan.
Simic kemudian bisa menjadi yang tertajam di Liga 1 2019 dengan 28 gol dalam kostum Persija Jakarta dan lagi-lagi membuat striker Indonesia tertinggal jauh.
Paling dekat ada Titus Bonai yang saat itu masih membela Persipura Jayapura namun koleksi 13 golnya hanya menempatkannya di urutan sepuluh.
1. Ada Spaso, tapi...
Yang terbaru di Liga 1 musim 2021/2022, mengingat musim 2020 ditiadakan akibat pandemi global, Ilija Spasojevic yang memuncaki daftar top skor dengan 23 gol.
Pria yang akrab disapa Spaso itu mengungguli Ciro Alves, Carlos Fortes (20), Youssef Ezzejjari (18), dan Taisei Marukawa (17) yang bersamanya mengisi slot lima pemain tertajam.
Tak cuma itu, Spaso juga mengantarkan klubnya yakni Bali United menjadi juara. Ini adalah kali pertama di era Liga 1 ada top skor yang juga sekaligus mengangkat trofi kampiun.
Banyak yang akan protes jika eks Bhayangkara FC itu saat ini memegang paspor Indonesia namun tidak boleh dilupkan jika ia sebenarnya lahir dan besar sebagai orang Montenegro.
Sejak 2017 Spaso sudah menjadi WNI dan bahkan membela tim nasional Indonesia namun tetap saja statusnya adalah bintang naturalisasi.
Memang sangat tidak memungkinkan rasanya untuk meminta klub-klub Liga 1 untuk berhenti tunduk pada 'penjajahan' striker Eropa namun demi kebaikan timnas Indonesia, mau tidak mau harus dilakukan juga.
Invasi berujung kolonialisasi bintang-bintang benuia biru membuat Merah-Putih kesulitan punya pemain depan berkualitas di ajang internasional.
Pada Piala AFF 2020 lalu, timnas Indonesia memiliki empat striker dalam diri Ezra Walian, Hanis Saghara, Dedik Setiawan, Kushedya Yudo namun tidak satupun yang musim ini di Liga 1 bisa mengemas lebih dari tiga gol.
Memang Spaso masih bisa dipanggil namun usianya sudah 34 tahun dan kemungkinan besar kualitas bakal menurun seiiring berjalannya waktu plus ia bukan pemain favorit Shin Tae-yong selaku pelatih timnas.
Maka dari itu, semua elemen sepak bola Indonesia harus memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar striker lokal dipandang sebagai komoditas seksi di mata klub-klub Liga 1.
2. Aji Santoso Banggakan Pelatih Lokal di Liga 1
Walau Persebaya Surabaya gagal menjadi kampiun Liga 1 musim 2021/2022 namun setidaknya mereka masih bisa berbangga.
Nakhoda mereka, Aji Santoso, sukses menggondol predikat pelatih terbaik usai mengantarkan anak-anak asuhnya finis di lima besar klasemen akhir.
Aji adalah sebuah anomali. Dewasa ini seakan klub Liga 1 merasa sulit menjadi juara apabila tidak menggunakan jasa juru taktik asing.
Tengok saja empat klub yang berada di atas Persebaya. Semuanya memperkerjakan pelatih dari luar negeri baik itu Eropa maupun Amerika Latin. Bali United, sang juara, dipegang oleh Stefano 'Teco' Cugurra (Brasil),
Persib Bandung bersama Robert Rene Alberts (Belanda), Bhayangkara FC dikemudikan Paul Munster (Irlandia Utara), dan Arema FC punya Eduardo Almeida (Portugal).
Baca selengkapnya: Liga 1: Aji Santoso, Fenomena Local Pride di Tengah Gempuran Pelatih Asing