3 Alasan Erik ten Hag Bakal Gagal Total di Manchester United, Salah Satunya karena Ulah Fans!
INDOSPORT.COM – Berikut tiga alasan mengapa Erik ten Hag berpotensi gagal total dalam tugas barunya sebagai pelatih Manchester United.
Melalui akun Instagram-nya, Manchester United secara resmi mengumumkan manajer baru mereka, yakni eks juru taktik Ajax Amsterdam, Erik ten Hag, pada Kamis (21/04/22).
Klub berjuluk Setan Merah tersebut mengunggah sebuah poster dengan gambar Erik ten Hag dengan latar belakang Stadion Old Trafford.
“Erik ten Hag: manajer baru tim pertama Manchester United,” demikian bunyi pernyataan resmi Man United.
Manchester United resmi mengontrak Erik ten Hag dengan durasi selama tiga tahun alias sampai Juni 2025. Selain itu, klub juga memberikan opsi perpanjangan satu tahun.
Melansir dari laman klub, direktur sepak bola Man United John Murtough menjelaskan alasan klubnya memilih Erik ten Hag sebagai suksesor Ralf Rangnick yang hanya dikontrak selama enam bulan saja.
Menurut Murtough, Ten Hag sudah membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih paling sukses di Eropa ketika menangangi klub asal Belanda, Ajax Amsterdam selama empat tahun terakhir.
Selain itu, Ten Hag juga diyakini bakal membimbing pasukan Setan Merah ke dalam permainan sepak bola yang menyerang, dan berkomitmen memberikan kesempatan para pemain muda.
Meski banyak nada optimis dalam penunjukkan Ten Hag sebagai pelatih baru Man United, potensi pelatih berusia 52 tahun itu untuk gagal pun terbuka lebar.
Dengan melihat fakta di lapangan, faktor apa saja yang membuat Ten Hag bisa gagal total di Manchester United?
1. 1. Belum Pernah Tangani âTim Selebritisâ
Sepanjang karier kepelatihannya, Erik ten Hag belum pernah sekalipun menukangi tim yang pernuh ‘selebritis’ atau pemain bernama besar.
Sejak mengawali kariernya sebagai pelatih kepala di Go Ahead Eagles sampai di Ajax Amsterdam, tak ada pemain berlabel bintang papan atas Eropa yang Ten Hag tukangi.
Di Man United, Ten Hag akan menghadapi pemain-pemain bertipe ‘selebritis’, yang mementingkan ego dan tak bisa membagi fokus antara kehidupan sebagai pemain dan sebagai publik figur.
Fenomena ego pemain di kubu Man United telah berlangsung lama sejak Sir Alex Ferguson mangkat dari jabatan sebagai manajer.
Dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer, harus dibuat kesulitan menangani ego dan kamar ganti pemain.
Tantangan ini akan menjadi tantangan pertama Ten Hag sebagai pelatih Man United, yakni membuat para pemainnya tunduk dan patuh terhadapnya.
Jika Ten Hag tak bisa meng-handle para pemain ‘selebritis’ di kubu Man United, maka kegagalan siap menerjangnya saat menduduki jabatan pelatih Setan Merah.
2. 2. Ekspekstasi Fans yang Berlebihan
Ekspektasi yang tinggi dari para fans atau pendukung Man United bisa saja menjadi penyebab Ten Hag gagal total selama melatih di Old Trafford.
Begitu besar ekspektasi pendukung Man United tercermin sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson. Di tiap pelatih yang datang, hampir seluruhnya dibebani ekspektasi menjadi juara.
Mungkin hanya Louis van Gaal dan Jose Mourinho saja yang mampu memenuhi ekspektasi itu. Tapi bukan berarti keduanya bebas dari kritikan dan kecaman dari para pendukung.
Kritikan dan kecaman ini selalu hadir saat para pendukung datang menonton langsung di Old Trafford. Hal ini pun lantas membuat pelatih mengalami pemecatan seperti David Moyes dan Solskjaer.
Dalam karier kepelatihannya, Ten Hag hampir tak pernah dibebankan ekspektasi atau target. Secara mengalir, ia mampu membawa timnya menjadi kompetitif dan bahkan menjadi pemenang.
Sebagai contoh, tak ada yang menduga Ten Hag bisa membawa Go Ahead Eagles promosi di musim pertamanya dan tak ada yang menyangka ia bisa menembus Liga Europa bersama FC Utrecht.
Bahkan saat menembus semifinal Liga Champios 2018/19, tak ada yang menjagokan Ajax saat bertemu Real Madrid di babak 16 besar dan Juventus di babak perempat final. Semua ini berhasil dicapai tanpa adanya ekspektasi.
Jadi, mampukah para pendukung Man United bersabar dan tak begitu saja menaruh ekspektasi berlebihan kepada Ten Hag agar tak gagal?
3. 3. Tak Ada Pengalaman di Level Teratas
Sepanjang karier kepelatihannya, Ten Hag hanya berkutat di Belanda saja. Dengan kata lain, sebagian besar pengalamannya berasal dari negeri Kincir Angin.
Memang Ten Hag pernah berkarier di Jerman. Namun, di sana ia hanya menukangi tim Bayern Munchen II atau tim akademinya saja.
Ten Hag pun punya pengalaman di Liga Champions. Tapi itu tak menjamin, seperti halnya Unai Emery yang datang ke Arsenal dengan pengalaman segudang, kemudian juga dipecat.
Minimnya pengalaman yang dimiliki Ten Hag ini bisa menjadi bumerang saat dirinya mengambil jabatan penting di tim sekelas Man United
Berkaca dari persaingan yang ada, Ten Hag akan berhadapan dengan pelatih sekelas Pep Guardiola, Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, dan Antonio Conte, deretan pelatih yang punya pengalaman di level tertinggi.
Keempatnya juga punya mental juara yang besar, sehingga akan membuat Ten Hag kesulitan saat bersaing di kancah Liga Inggris.
Dengan kondisi skuat Man United saat ini dan ekspektasi besar dari fans, Ten Hag harus punya pengalaman dan mental segudang untuk mengatasi tekanan-tekanan di Old Trafford.