Masa Lalu Kelam Vidic yang Nyaris Buat Dirinya Batal Jadi Legenda Manchester United
INDOSPORT.COM - Mantan bek hebat Manchester United, Nemanja Vidic punya kisah masa lalu kelam yang nyaris membuatnya batal menjadi pemain sepak bola.
Bila fans Manchester United ditanya siapa bek terbaik yang pernah memperkuat Setan Merah, mungkin banyak yang akan menjawab nama Nemanja Vidic.
Tidak salah memang menyebut nama pemain asal Serbia sebagai salah satu palang pintu terbaik yang pernah memperkuat Manchester United.
Bersama dengan Rio Ferdinand, Vidic mampu membuat pertahanan Manchester United menjadi seperti benteng kokoh yang sulit ditembus lawan-lawannya.
Sejak diboyong Sir Alex Ferguson dari Spartak Moscow dengan mahar 7 juta poundsterling, Vidic perlahan tapi pasti mampu menjadi andalan di pertahanan Manchester United.
Tidak percaya? Lihat saja data yang ditunjukkan selama melakoni 211 laga bersama Manchester United di pentas Liga Inggris.
Dilansir dari OptaJoe, Vidic sepanjang kariernya bersama Manchester United mampu menorehkan 83,4 persen akurasi umpan, 11,7 clearances, dan rata-rata 4,8 memenangkan duel udara.
Terlepas dari kariernya yang gemilang bersama Manchester United, perjalanan Vidic sebagai seorang pemain sepak bola tidaklah mudah dan penuh perjuangan.
Berikut INDOSPORT coba merangkum perjalanan karier dari Vidic, bek tangguh Manchester United yang terkadang tak segan 'mengorbankan' tubuhnya demi mencegah lawan mencetak gol.
1. Masa Kecil Penuh Perjuangan dan Tragedi
Nemanja Vidic lahir pada 21 Oktober 1981 di sebuah kota kecil pinggiran Serbia bernama Titovo Uzice, yang saat itu masih jadi bagian Yugoslavia. Uniknya, jumlah penduduk kota kelahiran Vidic saat itu bahkan kurang dari kapasitas stadion Old Trafford.
Ia sendiri lahir dari pasangan Dragoljub dan Zora. Demi memenuhi kebutuhan hidup Vidic dan saudara-saudaranya, Drajoljub bekerja sebagai buruh pabrik tembaga. Sementara Zora juga memilih ikut bekerja dengan menjadi juru ketik di sebuah bank lokal.
Terpengaruh dari sang kakak Dusan yang lebih dulu terjun ke sepak bola, Vidic juga ikut-ikutan ingin menjajal dunia kulit bundar. Saat masih berusia delapan tahun, ia pun sudah tergabung di tim junio Jedinstvo Uzice.
Empat tahun berselang, Vidic memutuskan untuk hengkang ke tim rival, Sloboda Uzice, yang menjadi pintu gerbang baginya menunju karier profesional, lantaran setelahnya ia memperkuat Red Star Belgrade.
Usia Vidic saat menandatangani kontrak pertamanya bersama Red Star Belgrade baru 14 tahun. Namun, performanya yang bagus membuat Vidic selalu rutin mengisi starting XI.
Karier dan masa depan Vidic di sepak bola sempat mendapat hadangan besar pada akhir September dan awal Oktober 2001 silam. Di saat dunia masih terngiang dengan tragedi 911 di Amerika, Vidic mengalami sebuah tragedi yang tak akan pernah dilupkan.
Saat sedang berlatih untuk pertandingan selanjutnya Red Star Belgrade, rekan satu tim dan teman baik Vidic, yakni Vladamir Dimitrijevic tak sadarkan diri. Sempat mendapat perawatan medis, nyawa Vladimir pada akhirnya tak terselamatkan.
Kehilangan teman baik yang sudah berjanji akan bersama-sama bersinar menjadi pukulan telak bagi Vidic. Ia bahkan dikabarkan sudah ingin berhenti menjadi pemain sepak bola.
Beruntung, saat itu Zoran Filipovic, pelatih Red Star Belgrade saat itu langsung turun tangan dan memberi perhatian ekstra ke Vidic agar tidak berhenti menjadi pemain sepak bola.
"Ia mengalami kesulitan secara psikologis dan selama dua sampai tiga bulan ia sangat depresi," ujar Zoran dikutip dari biography online.
2. Bangkit dan Sukses di Manchester United
Setelah berhasil move on dari kematian sahabat yang ia sayangi, Vidic kembali menampilkan permainan terbaiknya. Hasilnya, ia sukses mempersembahkan Piala Yugoslavia 2001/02.
Setelahnya, ia juga membawa Red Star Belgrade meraih dua trofi juara pada musim 2003/04, yakni juara Liga Serbia dan Montenegro serta Piala Serbia dan Montenegro.
Dari situ ia melanjutkan petualangannya ke klub Rusia, Spartak Moscow. Detail transfer Vidic sendiri tidak diketahui secara pasti, namun ada yang menyebut jika dia adalah pemain termahal yang pernah diboyong Spartak Moscow.
Namun, hanya semusim bersama Moscow, Vidic mendapat hadiah natal terbaik dalam hidupnya. Ya, pada 25 Desember 2005, ia resmi diperkenalkan sebagai pemain baru Manchester United yang masih diasuh Sir Alex Ferguson.
Jangka sebulan sejak resmi diperkenalkan, tepatnya pada 25 Januari 2006, Vidic memulai debut pertamanya menjadi pemain pengganti, menggantikan Ruud van Nistelroy di semifinal Piala Liga Inggris 2005/06 melawan Blackburn Rovers.
Ada satu kisah menarik yang dilakukan oleh Vidic saat menjadi pemain Manchster United, yang berkaitan dengan mendiang sahabatnya, Vladamir Dimitrijevic.
Salah satu surat kabar Serbia, Hoboctn membuat sebuah berita yang menjelaskan bahwa Vidic ternyata masih sering membantu keluarga almarhum Vladimir, khususnya sang ayah yang mengalami krisis finansial.
Disebutkan suatu hari Vidic meminta ayah Vladimir untuk membuka rekening. Setelah melakukannya, Vladimir sangat terkejut karena ada uang sebanyak 126 ribu euro (sekitar Rp2,2 miliar) di dalamnya.
Uang itu sendiri dikirim oleh Vidic sebagai bentuk penghormatan pada sahabatnya yang telah berpulang tersebut.
Di Manchester United, Vidic menjelma menjadi 'tembok' yang sulit untuk ditembus pemain lawan. Duetnya bersama Rio Ferdinand membuat Setan Merah saat itu menjadi sulit yang punya pertahanan kuat.
Kerja keras Vidic selama di Manchester United tersebut pun berbuah manis. Meski kaki sampai mukanya pernah berdarah-darah, ia punya banyak prestasi yang bisa dibanggakan.
5 gelar juara Liga Inggris, 3 trofi Piala Liga Inggris, 5 piagam Community Shield, satu trofi Liga Champions, dan satu gelar juara Piala Dunia Antar Klub merupakan bukti bahwa Vidic pernah merasakan kejayaan bersama Manchester United.
Sayangnya, harapan Vidic agar bisa pensiun di Old Trafford tak bisa tercipta. Ia memutuskan hijrah ke Inter Milan setelah tak mendapat perpanjangan kontrak. Ia pun kemudian memutuskan pensiun pada 2016 lalu.
Itulah kisah perjuangan Vidic yang awalnya dihadapkan dengan tragedi namun berakhir dengan kebangkitan menuju prestasi juara.