Menanti Kembalinya 3 Derbi Terpanas ke Pentas Liga 1 Indonesia
INDOSPORT.COM – Termasuk PSS vs PSIM, Liga Indonesia terkenal memiliki banyak derbi-derbi panas dalam kompetisinya, sayangnya sejumlah derbi tersebut lama absen karena beda kasta antara tim rival.
Di belahan dunia manapun, sepak bola merupakan olahraga paling digemari banyak orang. Sepak bola tak membedakan asal-usul, status sosial hingga umur seseorang.
Bahkan, sepak bola tak sekedar menjadi tontonan biasa. Layaknya pendukung Barcelona yang memandang sepak bola sebagai sebuah entitas atas iden, bahkan sepak bola tak jarang melibatkan gejolak batin.
Selain itu, sepak bola ternyata sudah menjadi identitas bagi kelompok, kota, daerah maupun politik yang dianut para suporternya. Seperti pertentangan AC Milan dan Inter Milan yang dipisahkan pandangan politik dan sosial.
Dengan semakin kuatnya identitas kelompok yang dibawa dalam sebuah pertandingan sepak bola. Tentu akan membuat pertandingan tersebut semakin berintensitas tinggi, lebih-lebih pertandingan yang melibatkan dua tim sekota.
Apalagi dengan datangnya suporter beraliran ‘ultras’ maupun ‘hooligans’ ke stadion. Kedua ideologi memang terkenal keras bahkan cenderung 'tutup mata' saat mendukung tim jagoannya.
Hal itu termasuk baru di Indonesia, meski tak menutup kemungkinan telah ada sejak lama setelah tontonan Liga Italia dan Inggris datang ke layar kaca. Namun, setelah internet masuk, arus informasi yang muncul tak lagi bersifat ekslusif.
Setelah itu barulah muncul tren suporter 'garis keras' di Indonesia, mereka membentuk identitas kelompok dan membawa semangat kedaerahan. Hal itu akan memuncak ketika gengsi antar dua kubu saling beradu.
Tentu hal itu menambah semarak dalam pertandingan sepak bola yang menarik untuk ditonton. Bahkan terkadang pertandingan akan berjalan begitu kerasa baik di lapangan dan luar lapangan.
Hal itu akan menjadi jauh lebih berbahaya ketika ada pertandingan yang mempertemukan dua tim dari kota maupun daerah yang sama. Pertandingan ini biasanya disebut 'derby' atau 'derbi'.
1. Derbi-derbi Panas di Liga Indonesia
Selain itu, secara bahasa, pertandingan yang mempertemukan dua rival dari satu kota maupun satu daerah bisa disebut sebagai ‘derbi’ atau ‘derby’. Ada banyak pertandingan derbi yang ada di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Pertandingan derbi di Indonesia sangat menarik, atmosfer di stadion sepak bola ketika mempertemukan beberapa tim ini bahkan jadi yang terpanas di Asia Tenggara.
Penuh semarak dukungan, saling adu kreatifitas namun bisa berubah 360 derajat tak kala mempertemukan dua tim rival yang berasal dari satu kota mapun daerah yang sama, inilah sisi menarik derby dalam sepak bola.
Berikut tiga derby yang wajib kalian tonton meski hanya sekali dalam seumur hidup yang ada di liga Indonesia. Meski ketiganya tak akan berlangsung dalam waktu dekat, bahkan baru bisa disaksikan beberapa tahun lagi.
Derbi Tangerang
Meski telah lama vakum di persepakbolaan Indonesia, pertandingan yang mempertemukan dua tim sepak bola asal Kabupaten Tangerang memang patut untuk di nantikan. Kedua tim bertemu terakhir kali pada edisi Liga Indonesia 2007.
Setelahnya sepak bola Tangerang seakan berjalan mundur, bahkan pada tahun 2012 lalu, MUI Tangerang sampai mengharamkan aktivitas sepak bola. Karena hal itu Persita terpaksa keluar dari Stadion Benteng Tangerang.
Klub berjuluk La Viola itu baru kembali bermain di Tangerang setelah mereka memiliki stadion baru, tepatnya setelah larangan MUI pada tahun 2018 telah dicabut. Setelah ada komitmen dari dua kelompok suporter.
Kini keadaan sepak bola Tangerang berangsur membaik, Persita Tangerang telah berada di kasta teratas sepak bola Indonesia. Sayangnya, Persikota Tangerang masih merajut promosi dari Liga 3 setelah kepemilikan klub beralih ke tangan Prilly Latuconsina.
Derbi Jakarta
Persija Jakarta mungkin pernah jadi satu-satunya wajah sepak bola Jakarta sebelum ada Persitara. Namun, Persitara lahir pada tahun 1979, setelah itu otomatis warna Jakarta tak lagi merah atau oranye saja, sebab ada warna biru di Utara Jakarta.
Datang sebagai tim baru tak menghalangi upaya Si Pitung dalam merusak hegemoni Persija Jakarta di Ibu Kota. Berawal dari Utara Jakarta, kedatangan Persitara langsung membuat panas pihak Macan Kemayoran.
Ditambah dengan fakta bahwa Persitara lahir dari produk politik yang menginginkan ada klub lain selain Persija Jakarta. Persitara dulu bernama Persija Timur Utara, sebelum akhirnya berubah menjadi Persitara Jakarta Utara pada tahun 1985.
Perseteruan antara Persija dan Persitara diyakini makin meruncung sebab ada pandangan yang mengatakan bahwa Macan Kemayoran jadi anak 'emas' Pemerintah Daerah. Kondisi berbeda justru dialami saudara mudanya.
Dengan segala kisah masa lalu yang ada tentu berakibat pada tensi pertandingan yang tak terbendung di lapangan maupun di luar lapangan. Kedua suporter bagaikan air dan minyak. Ketika dua tim bertemu pihak Kepolisian selalu kerepotan.
Sayangnya pertandingan kedua tim ini tak lagi mentas lebih dari 10 tahun terakhir. Kedua tim dipisahkan oleh keadaan yang lucunya tetap sama. Persija seakan jadi anak emas Ibu Kota sedangkan Persitara masih berkutat di kasta bawah.
2. Derbi Yogyakarta
Pertandingan akbar selama empat tahun sekali, mungkin fakta itu cukup menggambarkan betapa berhati-hatinya Kepolisian dan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) menyusun berbagai upaya untuk meredam iklim panas antar keduannya.
Sebagai Informasi, dalam 12 tahun terakhir, kedua tim asal Yogyakarta ini hanya tiga kali dipertemukan di wilayah dan grup yang sama. Pertemuan pertama terjadi pada babak awal Divisi Utama musim 2009/2010, kedua pertandingan berakhir rusuh.
Berselang empat tahun, kedua tetangga ini kembali dipertemukan saat PSS dan PSIM kembali dalam satu grup di Divisi Utama musim itu. Tentu sudah bisa ditebak, pertemuan keduanya kembali berakhir mencekam di Maguwoharjo pada leg pertama.
Memasuki musim Liga 2 tahun 2018, lebih dari tiga tahun yang lalu, kedua tim akhirnya kembali bertemu, meski sempat mendatangkan polemik pertandingan yang bertajuk ‘derbi’ Yogyakarta berhasil diwujudkan.
Namun di akhir kompetisi pertemuan PSIM dan PSS ini meninggalkan cerita kelam bagi sepak bola Indonesia. Meski tak berada dalam grup yang sama, kedua kelompok suporter asal Kota Jogja dan Kabupaten Sleman ini kerap bentrok.
Mungkin hal itu yang membuat Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta ‘pelit’ mengeluarkan izin keramain pertandingan antar kedua tim. Bahkan hal itu sampai merembet ke level pertandingan kelompok umur di Piala Soeratin.