Liga Italia: Gara-gara Sosok Ini, AC Milan Batal Gaet Gianluigi Buffon
INDOSPORT.COM - Dikenal sebagai kiper legendaris Liga Italia dan dunia, Gianluigi Buffon mengakui kariernya akan jauh berbeda dari sekarang andai menerima tawaran untuk bergabung dengan AC Milan di usia belia.
Namun, bujukan dari Ermes Fulgoni, yang saat itu menjabat pelatih kiper Parma, membuatnya justru lebih memilih akademi Si Biru-Kuning yang membentuknya menjadi salah satu penjaga gawang terbaik di eranya.
Buffon memulai kariernya bersama Parma, bergabung dengan akademi klub berjuluk I Gialloblu tersebut pada usia 13 tahun.
Setelah dipromosikan ke tim senior sejak usia 17 tahun, Buffon kemudian membantu Parma menjuarai Piala UEFA, Coppa Italia, dan Piala Super Italia pada 1999.
Gianluigi Buffon melanjutkan petualangannya dan makin bersinar bersama Juventus dan tim nasional Italia, sukses memenangi 10 titel Serie A Liga Italia plus Piala Dunia.
Tidak ada jaminan kariernya akan sama gemilangnya andai saat itu seorang Buffon lebih memilih akademi AC Milan ketimbang Parma, sehingga kini ia sangat berterima kasih kepada Ermes Fulgoni.
"Ermes Fulgoni memutuskan untuk mengubah hidup saya. Dialah yang membawa saya ke sini (Parma)," beber Buffon kepada La Salle Institute.
"Ketika saya masih kecil, saya hampir memutuskan untuk pindah dan bermain untuk AC Milan tapi kemudian saya datang ke Parma untuk trial. Saya ingat bahwa ketika teracuni oleh antusiasme Ermes. Tekad dan keceriaannya membuat saya berubah pikiran," cetusnya.
"Jika saya tidak bertemu dengannya, kehidupan olahraga saya akan berbeda, tetapi hampir tidak lebih baik dari yang saya jalani. Hari itu ia membuat saya terpesona dan sangat menyentuh saya," jelas Gianluigi Buffon.
"Dia memiliki cara melibatkan saya, cara kerja yang belum pernah saya lihat sebelumnya dan itu membuat saya bersemangat. Itu adalah faktor penentu dalam pilihan saya menuju Parma," tambahnya lagi.
1. Jatuh Hati pada Parma
AC Milan saat itu memang jauh lebih besar ketimbang Parma, namun Gianluigi Buffon belum tentu bisa berkembang di sana.
Di era 1990-an, l Rossoneri sudah punya kiper utama andalan dalam diri Sebastiano Rossi. Dia tidak menembus timnas Italia, namun cukup solid di level klub.
Rossi dalam 330 pertandingan mampu memberikan total 12 trofi untuk AC Milan termasuk lima Liga Italia dan satu Liga Champions.
Bisa jadi apabila Buffon nekat untuk menantang Rossi untuk satu tempat di bawah mistar ia akan kalah dan pada akhirnya kekurangan jam terbang yang berujung pada kegagalan berkembang.
Sehingga, Buffon akan selalu bersyukur karena takdir dan Fulgoni menuntunnya ke Parma. Sebuah klub yang pada akhirnya ia anggap sebagai rumah kedua.
2. Mengabdi di Usia Senja
Kini, Gianluigi Buffon sekali lagi mengabdikan dirinya kepada warna kebesaran biru dan kuning kendati usianya sudah 44 tahun.
"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, Parma selalu merasa menjadi bagian dari saya, kota yang istimewa, seperti tempat perlindungan saya," sambung Buffon lagi.
"10 tahun yang saya habiskan sebagai anak muda di sini adalah tahun-tahun terpenting dalam perjalanan saya dalam sepak bola," imbuhnya.
"Ketika saya kembali ke Parma, bahkan sebagai lawan sekalipun, saya merasa kembali ke tempat di mana saya merasakan penghargaan dan kasih sayang," pungkas eks Paris Saint-Germain itu.