Liga Champions: 4 Blunder Jurgen Klopp yang Bikin Liverpool Dihajar Real Madrid dan Gagal Juara
INDOSPORT.COM – Liverpool kembali dikalahkan Real Madrid di final Liga Champions dan gagal juara. Hal ini dinilai tak lepas dari 4 kesalahan yang dibuat Jurgen Klopp di final.
Usai gagal juara Liga Inggris pada akhir pekan lalu, Liverpool mengalihkan fokus mereka ke final Liga Champions yang digelar Minggu (29/05/22) pukul 02.00 WIB.
Bertemu Real Madrid, laga final UCL musim ini diwarnai misi balas dendam dari kubu The Reds. Seperti diketahui, tim asuhan Jurgen Klopp itu dikalahkan Los Blancos 1-3 pada final musim 2017/2018.
Ketika itu, kekalahan Liverpool diwarnai cederanya Mohamed Salah usai berduel dengan Sergio Ramos, dan blunder ganda Loris Karius.
Mengandalkan trio Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Luis Diaz, The Reds menggempur pertahanan Los Blancos, tapi kesulitan menundukkan kiper Thibaut Courtois sudah membuat 4 penyelamatan hanya dalam waktu 20 menit.
Liverpool bahkan akhirnya kebobolan lebih dulu di injury time babak pertama lewat gol Karim Benzema. Untungnya, gol itu kemudian dianulir karena Benzema dinilai terjebak offside. Babak pertama final Liga Champions antara Liverpool vs Real Madrid pun akhirnya berakhir dengan skor imbang 0-0.
Di babak kedua, Liverpool masih mendominasi serangan. Namun, kubu Los Blancos mulai bisa keluar dari tekanan.
Puncaknya, di menit ke-59, dalam sebuah serangan cepat memanfaatkan kelengahan pertahanan The Reds, Real Madrid sukses membuka skor lewat Vinicius Junior, memanfaatkan umpan Federico Valverde.
Tersentak oleh gol tersebut, Trent Alexander-Arnold dkk meningkatkan tekanan. Namun, mereka tak bisa menundukkan Thibaut Courtois yang tampil apik dengan 9 penyelamatan. Laga pun berakhir dengan kemenangan Real Madrid 1-0 yang membawa mereka memenangi UCL untuk ke-14 kali.
Di sisi lain, dilansir Daily Star, ada setidaknya 4 kesalahan yang dibuat Jurgen Klopp, yang berujung pada kekalahan Liverpool dari Real Madrid di final Liga Champions. Apa saja? Berikut ulasannya:
1. Tempo dan Dominasi yang Sia-soa
Gagal Manfaatkan Dominasi
Disulut misi balas dendam, Liverpool tampil dominan di babak pertama. Mereka mendominasi penguasaan bola dan sukses menciptakan sejumlah peluang.
Dalam 20 menit pertama saja, mereka sudah memaksa kiper Madrid, Thibaut Courtois, melakukan 4 penyelamatan.
Secara total, The Reds bahkan melepaskan 24 tembakan sepanjang laga, tapi tak satupun berbuah menjadi gol. Kegagalan memanfaatkan dominasi ini menjadi bencana ketika Real Madrid berhasil menjebol gawang Alisson.
Di sisi lain, Jurgen Klopp pun seolah tak mampu menemukan strategi alternatif untuk menembus pertahanan Real Madrid.
Ketiga pergantian pemain dengan memasukkan Diogo Jota, Naby Keita, dan Roberto Firmino menggantikan Luis Diaz, Jordan Henderson, dan Thiago pun terbilang tak efektif.
Perubahan Tempo
Di babak pertama, Liverpool menerapkan permainan bertempo tinggi dengan pressing tinggi untuk menyulitkan upaya Real Madrid membangun serangan.
Bahkan gelandang Jordan Henderson pun beberapa kali tampak menekan Thibaut Courtois guna menyulitkan kiper Madrid itu memulai serangan.
Skenario ini pun berjalan cukup baik di mana sepanjang babak pertama Madrid tak mampu mengembangkan permainan dan terkurung di wilayah sendiri pada 45 menit pertama.
Sayangnya, memasuki babak kedua Liverpool malah mengendurkan tempo dan tekanan, sehingga Real Madrid mulai bisa mengembangkan permainan. Hal ini terlihat di gol Madrid, di mana Federico Valverde dibiarkan menyisir sayap kanan.
Setelah tertinggal, The Reds pun kesulitan untuk kembali menaikkan tempo sehingga terjebak pada permainan Madrid.
2. Lemah di Sayap
Gagal Antisipasi Duel Trent Alexander-Arnold vs Vinicius
Trent Alexander-Arnold memang menjadi salah satu senjata andalan Liverpool musim ini lewat torehan 2 gol dan 9 assist-nya. Namun, kelemahannya dalam bertahan menjadi sorotan beberapa waktu terakhir.
Jelang final Liga Champions, duel antaranya dirinya dengan Marcus Vinicius pun menjadi sorotan di mana kecepatan Vinicius diyakini bakal menimbulkan masalah bagi Alexander-Arnold.
Ancaman itu menjadi nyata ketika dini hari tadi Alexander-Arnold kerap membiarkan Vinicius bergerak bebas, sehingga tugas mematikannya diambil alih oleh Ibrahima Konate.
Petaka pun akhirnya terjadi di babak kedua. Ketika Real Madrid menguasai bola di tengah lapangan, Trent Alexander-Arnold justru tertarik pada pergerakan Karim Benzema sehingga Vinicius tak terkawal di sisi kanan pertahanan.
Akibatnya, pemain Brasil itu pun berdiri bebas untuk menyambut umpan mendatar Federico Valverde, dan mencetak gol kemenangan Real Madrid.
Duo Full Back Melempem
Di tangan Klopp, duo full back menjadi salah satu kunci serangan di mana keduanya dibiarkan aktif majuh ke depan dan menyalurkan bola ke kotak penalti.
Namun, kinerja Andy Robertson dan Trent Alexander-Arnold di laga final Liga Champions justru terbilang buruk dan akibatnya skema serangan andalan pun tak berjalan.
Trent Alexander-Arnold di kanan misalnya, meski mampu 9 umpan silang, hanya 2 yang mampu menemui sasaran.
Sementara itu Andy Robertson di kiri bahkan gagal melepaskan 1 pun umpan silang akurat, dari 5 percobaan yang dilakukan.
Klopp pun tak mencoba mengatasi situasi ini dan memilih mempertahankan kedua full back hingga 90 menit alih-alih menurunkan pemain alternatif.