Diduga Lalai Sebabkan Kematian Diego Maradona, 8 Staf Medis Terancam 25 Tahun Penjara
INDOSPORT.COM - Sebanyak delapan staf medis akan diadili atas dugaan tindak kriminal berupa kelalaian dalam kematian Diego Maradona. Hal ini berdasakan putusan pengadilan yang diumumkan pada Rabu (22/6/22).
Dalam dokumen setebal 236 halaman, hakim yang bertanggung jawab atas kasus tersebut mempertanyakan adanya perilaku disengaja atau kelalaian dari masing-masing terdakwa dalam kematian Maradona.
Menurut hakim, kematian legenda terbesar Argentina itu disebabkan oleh kelalaian si perawat yang meninggalkannya hingga meninggal selama proses rawat inap di rumah.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggal yang ditetapkan untuk persidangan staf atas kematian Diego Maradona pada 2020 silam tersebut.
Maradona meninggal pada usia 60 tahun saat masa pemulihan dari operasi otak karena pembekuan darah setelah puluhan tahun berjuang dari kecanduan alkohol dan kokain.
Pesepak bola era 1980-an yang dijuluki “El Pibe de Oro” tersebut ditemukan tewas di tempat tidurnya dua minggu setelah dioperasi.
Saat itu ia berada di sebuah rumah di lingkungan eksklusif Buenos Aires, tempat ia dibawa setelah keluar dari rumah sakit. Maradona kemudian dinyatakan meninggal karena serangan jantung.
Hingga pada 2021, muncul sebuah panel atau dewan medis yang ditunjuk untuk menyelidiki kematian Maradona. Mereka berada di bawah perlindungan jaksa penuntut umum Argentina.
Hasil diskusi dewan medis itu menyimpulkan bahwa perawatan yang diberikan kepada mantan pemain Boca Juniors itu penuh dengan “kejanggalan dan ketidakberesan”.
Mereka percaya bahwa Diego Maradona akan memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup jika menjalani perawatan sesuai prosedur dan memadai di fasilitas medis yang sesuai.
1. Sengaja atau Lalai?
Para ahli menyatakan bahwa pengasuh Maradona telah mengabaikan pemain keturunan Italia itu dalam perawatannya hingga sang legenda mengembuskan nafas terakhirnya.
Pada Maret lalu, para dewan medis bertemu untuk menganalisis tuduhan bahwa staf medis Diego Maradona tidak merawatnya secara intensif.
"Tindakan staf medis yang bertugas menangani DAM (Diego Armando Maradona) tidak memadai dan sembrono," kata laporan dewan medis tertanggal 30 April 2022.
Laporan itu mengatakan bahwa kesehatan Maradona semakin menurun hingga ia sekarat selama kurang lebih 12 jam sebelum kematiannya, sekitar tengah hari pada 25 November.
"Ia menunjukkan tanda-tanda yang jelas akan waktu penderitaan yang berkepanjangan, jadi kami menyimpulkan bahwa pasien tidak dipantau dengan benar mulai pukul 00:30 pada 25/11/2020," tulis laporan itu.
Terdakwa dalam kasus ini antara lain adalah ahli bedah saraf dan dokter keluarga Leopoldo Luque, psikiater Agustina Cosachov, psikolog Carlos Diaz, koordinator medis Nancy Forlini, dan empat orang lainnya termasuk dua perawat.
Jaksa telah meminta agar para terdakwa tersebut diadili atas dasar pembunuhan karena kelalaian. Mereka terancam hukuman mulai dari 8 hingga 25 tahun penjara.
Investigasi sendiri telah dibuka menyusul pengaduan yang diajukan oleh dua dari total lima anak Maradona terhadap Luque, yang mereka salahkan atas penurunan kondisi ayah mereka setelah operasi.
Hingga akhir hayatnya, bintang Barcelona, Napoli, dan Sevilla itu menderita komplikasi berupa gangguan hati, ginjal, dan kardiovaskular.
2. Maradona The Golden Boy
Diego Maradona telah dianggap sebagai salah satu pesepakbola terhebat dalam sejarah. Ia menjadi idola bagi jutaan orang Argentina setelah menginspirasi negara Amerika Selatan itu untuk memenangkan Piala Dunia kedua mereka pada tahun 1986.
Kematiannya tentu mengejutkan para penggemarnya di seluruh dunia. Puluhan ribu orang mengantri untuk melewati peti matinya yang terbungkus bendera Argentina di istana presiden di Buenos Aires di tengah tiga hari berkabung nasional.