Sahabat Pemain Muda, Aji Santoso Cerita Momen Temukan Potensi Ricky Kambuaya
INDOSPORT.COM - Pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso, bukannya anti pemain senior. Namun, mengandalkan skuat muda di Liga 1 Indonesia 2022-2023 memberi kebanggaan tersendiri.
Persebaya termasuk tim yang mengambil langkah berani di Liga 1. Mereka banyak mengorbitkan para pemain muda yang belum punya jam terbang.
Keputusan Aji Santoso sejauh ini berbuah manis. Prestasi Persebaya tak bisa dianggap sepele, yaitu runner-up Liga 1 2019 dan mejeng di posisi kelima musim lalu.
Prestasi itu juga berbuah kontribusi untuk timnas Indonesia. Awak Persebaya laris manis 'diborong' Shin Tae-yong, antara lain Ernando Ari, Rizky Ridho, Koko Ari, Rachmat Irianto, Rizky Kambuaya, hingga Marselino Ferdinan.
Dari nama-nama itu, Kambuaya dan Irianto sudah tak bersama Persebaya. Lagi-lagi, klub tak terpancing dengan pemain bintang sebagai pengganti Kambuaya dan Irianto.
Persebaya Surabaya memanggil pulang pemain muda, Brylian Aldama, yang sempat berkarier di Kroasia. Persebaya juga merekrut Andre Oktaviansyah dan Alta Ballah yang tak kalah muda.
Sejauh ini, Persebaya berada dalam jalur yang bagus. Meski kehilangan hampir semua pilar inti musim lalu, Persebaya masih bisa nangkring di posisi delapan.
Aji Santoso pun membeberkan pilihan memanggil para pemain muda ke Persebaya. Langkah itu merupakan bentuk visi misi klub untuk jangka panjang.
"Saya bukannya tidak suka pemain senior. Saya juga suka pemain senior, saya juga suka pemain yang berpengalaman. Cuma Persebaya kan melihatnya jangka panjang," kata Aji Santoso, Kamis (1/9/22).
1. Kebanggaan Tersendiri
Aji Santoso menilai ada kebanggaan tersendiri ketika mengorbitkan para pemain muda Persebaya Surabaya di Liga 1. Dia puas melihat perkembangan anak-anak asuhnya.
"Kalau saya bisa memunculkan pemain muda minim pengalaman yang belum pernah merasakan Liga 1, bahkan Liga 2. Kalau saya bisa mengorbitkan dia sebagai seorang pemain, itulah kebanggaan seorang pelatih," tutur Aji Santoso.
"Kalau kita bisa lihat talenta muda, kita bisa lihat dia punya potensi bisa berkembang dan menjadi kenyataan, tentu menjadi kepuasan seorang pelatih," lanjut Aji Santoso.
Aji Santoso senang ketika Ricky Kambuaya dan Koko Ari bisa dipanggil timnas Indonesia. Begitu pula dengan para pemain muda lain yang jadi generasi baru tim Garuda.
"Contohnya seperti Kambuaya dan Koko, siapa yang dulu lihat mereka, tidak ada, tapi alhamdulillah bersama Persebaya, kemudian bersinar," papar Aji Santoso.
"Sungguh kebanggaan seorang pelatih, menemukan bakat-bakat muda, yang belum punya pengalaman, bisa berkembang, artinya saya bisa bantu dari prestasi dan kehidupan sosial mereka. Itu merupakan kebanggaan bagi saya," imbuhnya.
2. Tentang Ricky Kambuaya
Aji Santoso masih ingat bagaimana ia melihat potensi besar dalam diri Ricky Kambuaya. Ia hanya melihat sang pemain melakukan dua sentuhan dengan bola, untuk mengambil keputusan merekrutnya.
"Jelas kita ambil pemain dari kualitas. Kedua, bagaimana pemain ini punya visi yang bagus. Kualitas dan visi bermain sepak bola itu level yang paling tinggi, di atasnya skill. Itulah yang saya lihat dulu di Kambuaya. Hanya dua sentuhan," ucap Aji.
"Saya lihat waktu dia main sebagai pemain pengganti. (Sentuhan) yang pertama, cara pegang bola itu sama dengan cara berpikir saya, oh bolanya ke sana," lanjutnya.
"Kalau sekali lagi dia dapat bola dan pegangnya benar, sesuai pemikiran saya, itu saya ambil. Dua-duanya ternyata sama, padahal dia di televisi saya di luar. Akhirnya saya berani mengambil keputusan. Anak ini main bolanya bagus," tandas Aji Santoso.
Ricky Kambuaya kini punya prestasi. Ia merupakan pemain kunci Timnas Indonesia era Shin Tae-yong. Lalu, keadaan ekonominya juga terangkat karena ia disebut-sebut sebagai salah satu pemain lokal termahal di Persib Bandung.