Warganet Terus Serang 'Badut Asia', Spaso: Kalau Main Sekarang, Bali United Bisa ke Final
INDOSPORT.COM - Penyerang Bali United, Ilija Spasojevic, bicara kesulitan timnya ketika bermain pada kompetisi Piala AFC 2022 lalu.
Bali United dinilai belum menemukan performa puncak mereka karena jadwal kompetisi Asia bertepatan dengan kalender pramusim di Indonesia.
Kritikan terus mendatangi Bali United ketika kini sudah kembali menemukan bentuk permainan terbaik. Warganet di media sosial terus saja mengungkit kegagalan Serdadu Tridatu di Piala AFC 2022.
Pada ajang zona Asia Tenggara, Bali United gagal lolos meski berstatus tuan rumah. Bali United gagal lolos karena kalah produktivitas gol dari wakil Malaysia, Kedah Darul Aman.
Sebutan "Badut Asia" pun terus disematkan kepada Bali United. Mereka tak peduli ketika Bali United sudah menjadi raja di kompetisi Tanah Air lewat gelar Liga 1 2019 dan Liga 1 2021/2022.
Ilija Spasojevic pun angkat bicara tentang situasi sulit di Piala AFC 2022. Ia menyebut ajang itu sangat berat bagi Bali United karena sepak bola Indonesia baru memasuki preseason atau pramusim.
"Saya yakin kalau Bali United main sekarang di AFC, kita pasti sampai final. Memang kenyataannya kita harus terima kritik, tapi sulit sekali main di AFC saat preseason. Sementara tim-tim dari negara lain sudah main di kompetisi. Tidak mustahil, tapi sangat sulit," kata Ilija Spasojevic saat ditemui di Bandara Adi Soemarmo, Selasa (13/9/22) sore.
Spaso mengaku juga kecewa ketika mengingat lagi bagaimana performanya di Piala AFC 2022. Ia tak bisa mencetak satu gol meski ada beberapa kesempatan dalam tiga pertandingan.
Situasi sulit ini bukan saja dihadapinya. Saat berlaga pada fase grup lalu, Bali United secara tim maupun individu belum menemukan performa terbaik.
"Kita main saat preseason. Di preseason tidak ada tim yang siap, maka namanya preseason. Kalau sekarang kita bisa lihat sendiri, performa tim naik, performa individu naik. Semua pemain sekarang sudah main lebih bagus dari preseason," jelas Spaso.
1. Turunkan Berat Badan
Spaso pun bercerita bagaimana ia langsung menurunkan berat badan setelah Piala AFC 2022 lalu. Selama ini, Spaso menjaga berat badannya di angka 91 kilogram.
Spaso sempat berpikir bahwa berat 91 kilogram sudah ideal baginya. Apalagi pada musim lalu, Spaso bisa menjadi top skor Liga 1 dengan 23 gol.
"Dulu saya pikir saya sudah ada di berat badan yang ideal, karena di liga bisa jadi top skor. Ternyata saat di AFC kelihatan saya lebih butuh agility (kelincahan). Lalu, saya bicara sama ahli nutrisi, dia bilang 'kamu harus turunkan lima kilogram'. Saat itu saya kaget, tapi saya berusaha dan sekarang berhasil. Sekarang saya sudah 86 kilogram," papar pria bertinggi 187 sentimeter ini.
Sempat kesulitan pada dua laga awal Liga 1, Spaso melesat dalam tujuh partai berikutnya. Spaso mencetak tujuh gol dalam tujuh pertandingan. Kini, Spaso masuk dalam jajaran pencetak gol terbanyak di Liga 1 lagi.
"Sekarang feeling saya bagus sekali di lapangan. Saya umur 35 tahun, tapi saya merasa feeling saya lebih bagus daripada saat umur 25 tahun, karena bisa lari. Dari data GPS, saya lari hampir sepuluh kilometer setiap pertandingan," ungkap Spaso.
"Lihat di AFC, Piala Presiden, dua laga awal Liga 1, cukup kesulitan untuk striker, tapi dengan mental yang kuat, kerja keras dan percaya Tuhan, pasti ada hasil yang baik," lanjutnya.
2. Bangkit Setelah Dikritik
Bukan kali ini saja Spaso mengamuk setelah mendapat kritik pedas dari warganet. Pada Liga 1 2019 lalu, Spaso juga sempat menemui situasi sulit sebelum kemudian mengakhiri kompetisi dengan 16 gol.
Begitu pula pada Liga 1 2021/2022 lalu. Spaso menjadi top skor dengan torehan 23 gol. Kini, dengan modal tujuh gol pada pekan kesembilan, bukan tak mungkin capaian golnya bisa sama atau lebih banyak dari musim lalu.
"Saya menganggap kritik itu sebagai motivasi, bukan yang membuat saya bisa menyerah. Sudah berapa kali ada kritik, banyak orang berpikir Spaso sudah menurun, tapi tiba-tiba naik lagi," ucap Spaso.
Spaso ingin menjadi inspirasi untuk para pemain muda, khususnya di Indonesia. Usia tak bisa dijadikan patokan, kapan pemain sudah habis, kapan pemain masih produktif.
"Banyak pemain di usia 35 sudah mau selesai, tapi saya di usia 35 tahun pilih menurunkan lima kilogram. Saya mau jadi contoh bagi para pemain muda. Jangan karena umur, nanti kalau berumur bilang sudah habis, sebenarnya tidak habis kalau kerja keras. Makan sehat, tidur, istirahat, latihan. Umur itu sebuah angka," pungkas Spaso.