3 Efek Terburuk Tragedi Stadion Kanjuruhan untuk Timnas Indonesia
INDOSPORT.COM - Hilangnya lebih dari 180 jiwa sudah seharusnya jadi tajuk utama tragedi di stadion Kanjuruhan pasca digelarnya partai Liga 1 Indonesia antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Akan tetapi tidak ada salahnya memperkirakan dampak dari kejadian naas ini terutama pada timnas Indonesia yang tengah menikmati tren apik bersama pelatih mereka, Shin Tae-yong.
Sejarah mencatat jika kematian yang ditimbulkan atas kerusuhan ini adalah yang terbanyak kedua setelah tragedi Estadio Nacional di Lima, Peru, pada 1964 silam.
Sebanyak 500 orang meninggal sementara 328 lain luka-luka namun sekali lagi kematian tidak seharusnya hanya menjadi statistik semata. Kematian akibat keributan di sepakbola harus sepenuhnya dihentikan.
Tidak heran jika nantinya otoritas yang lebih tinggi seperti AFC dan FIFA akan turun tangan dan ikut melakukanya penyelidikan.
Masih belum diketahui pasti namun sepertinya pembekuan sepakbola tanah air berikut timnas Indonesia bisa kembali dijatuhkan sebagai hukuman dan berikut 3 kerugian insran yang bisa diraskan.
1. Status Tuan Rumah Piala U-20 Dicabut
Indonesia dipercaya untuk menjadi penyelenggara ajang Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 mendatang dan hak istimewa ini otomatis akan dicabut bila FIFA memberi sanksi pembekuan.
Amat disayangkan karena selain kehilangan kesempatan langka, Indonesia juga akan merugi mengingat timnas mereka juga sudah melakukan banyak persiapan.
Shin Tae-yong sudah menempa bakat-bakat di level U-19 dengan baik dan bahkan mengantarkan mereka ke panggung Piala Asia U-20 untuk tahun depan.
Berbagai seleksi juga pemanggilan pemain keturunan dari Eropa pun sudah dilakukan. Para oknum pemicu tragedi Kanjuruhan sama saja merenggut impian para bibit bintang masa depan timnas Indonesia.
1. 2. Urung ke Piala Asia
Piala Asia sat ini adalah kompetisi tertinggi yang realistis untuk dikejar oleh timnas Indonesia dan hebatnya tiket untuk ikut serta di dua level sekaligus, senior dan U-20, mampu didapatkan.
Semuanya berkat jasa Shin Tae-yong. Meski kerap diragukan namun pelatih asal Korea Selatan tersebut justru bisa membuat pembuktian besar.
Jalan terjal ia lalui di kedua perjuangan tersebut. Di level senior, timnas Indonesia tergabung dalam grup sulit bersama Yordania, Kuwait, dan juga Nepal untuk kualifikasi putaran ketiga.
Tak disangka kelolosan sebagai salah satu runner-up terbaik bisa didapatkan Merah-Putih. Kendati kalah dari Kuwait di laga pertama namun dua rival lain bisa mereka kandaskan.
Sukses tersebut mengakhiri penantian 15 tahun timnas Indonesia untuk kembali ke Piala Asia. Edisi 2007 adalah kali terakhir mereka bisa ikut serta dna itupun via jalur tuan rumah.
Sementara itu timna Indonesia U-20 juga tidak kalah heroik walau lawan-lawan yang dihadapi di kualifikasi yakni Vietnam, Timor Leste, dan Hong Kong dinilai masih sepadan.
Akan tetapi dengan hanya ada satu garansi tiket, sapu bersih di tiga pertandingan jadi wajib hukumnya. Masalahnya di era Shin Tae-yong belum ada satupun kemenangan yang bisa diraih melawan Vietnam.
Ajaibnya Garuda Muda justru bisa menang dramatis atas The Golden Star Warriors di matchday terakhir. Sempat terlibat salin kejar, Marselino Ferdinan dan kolega unggul 3-2 saat peluit panjang dibunyikan.
Maka dari itu sangat disayankan jika nantinya tiket untuk ke Piala Asia dan Piala Asia U-20 2023 harus hangus karena insiden yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan para pemain.
Padahal sama sekali mereka belum merasakan buah utuh dari kerja keras mereka selama ini.
2. 3. Shin Tae-yong Bisa Pergi
Pembekuan dari FIFA biasanya akan berlangsung dalam hitungan tahun apabila memang dijatuhkan sebagai buah tragedi Kanjuruhan.
Praktis Timnas Indonesia juga tidak akan punya kegiatan sebelum hukuman tersebut dicabut atau selesai.
Mengingat kontrak Shin Tae-yong hanya tersisa kurang lebih satu tahun lagi sampai Desember 2023, maka ada kans pria 52 tahun itu akan angkat kaki.
Ia lebih baik memanfaatkan kejeniusannya dalam meracik taktik dan membangun tim di negara lain yang iklim sepakbola dan suporternya lebih sehat ketimbang Indonesia.
Pahit memang, namun itu harus diteriam fans Garuda apabila sampai terjadi. Shin Tae-yong sudah sangat profesional dalam menjalankan tugasnya namun publik sepakbola tanah air bahkan sulit untuk sekedar menjaga ketertiban.
Sukses yang ia dapatkan baik saat menukangi timnas Indonesia maupun Korea Selatan akan menjamin Shin Tae-yong tidak bakal sepi tawaran andai hengkang.
Negara-negara atau mungkin klub top Asia akan berebut mendapatkan tandatangan eks manajer Seongnam Ilhwa Chunma tersebut.
Sekali lagi tragedi Kanjuruhan sangat amat disayangkan kenapa harus terjadi entah siapapun akar penyebabnya.
PSSI padahal sudah bersiap memberkan tambahan durasi masa bakti Shin Tae-yong selama empat tahun demi memastikan masa depan timnas Indonesia tetap cerah.