Refleksi Soal Tragedi Kanjuruhan, Eks PSM Makassar Sebut Liga 1 Butuh Keamanan Tingkat Tinggi
INDOSPORT.COM – Mantan pemain klub Liga 1, PSM Makassar, Bruce Djite, merefleksikan pengalaman bermain di Indonesia, di tengah tragedi Kanjuruhan selepas laga Arema FC vs Persebaya.
Seperti diketahui, dunia sepak bola Indonesia tengah berduka karena tragedi yang menimpa kompetisi Liga 1 selepas pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut berakhir 2-3 untuk kemenangan Bajul Ijo dan dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Selepas pertandingan, kondisi justru berubah menjadi kacau usai ada dua pitch invader atau supporter yang masuk ke dalam lapangan.
Namun, kejadian ini justru disikapi dengan kemarahan aparat kepolisian yang kemudian terlibat kerusuhan dengan suporter hingga menelan ratusan korban jiwa.
Bahkan, korban dari kejadian Tragedi Kanjuruhan di Liga 1 ini mencapai 174 orang dan disebut-sebut menjadi tragedi terbesar kedua di dunia sepak bola.
Sebelumnya, tragedi sempat terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 1964 dan menewaskan 328 korban jiwa.
Perhatian dunia internasional kemudian tertuju pada tragedi Kanjuruhan yang terjadi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada hari Sabtu (01/10/22) silam.
Beberapa pihak bahkan menyayangkan dan prihatin dengan kejadian yang terjadi di Liga 1 tersebut.
Salah satunya adalah mantan pemain timnas Australia, Bruce Djite yang angkat bicara soal pengalamannya bermain di Liga 1 bersama dengan PSM Makassar.
1. Bruce Djite Sayangkan Tragedi Kanjuruhan
Bruce Djite memang sempat direkrut PSM Makassar sebagai penyerang asing Asia dan membela tim berjuluk Juku Eja ini pada 2018.
Namun demikian, mantan pemain yang kini menjadi Direktur Sepak Bola di klub Liga Australia (A-League) Adelaide United ini mau memberikan pengalamannya dalam sebuah wawancara bersama media negeri Kanguru, ABC.
“Sungguh memprihatinkan, tentu saja ini kejadian mengerikan dan ini sebuah tragedi dalam dunia sepak bola yang menjadikan banyak pemberitaan di mana-mana,” ujar Djite.
“Sejujurnya, saya tidak kaget dengan apa yang diucapkan oleh banyak pemangku kepentingan di sana. Fan sepak bola Indonesia benar-benar fanatik dan memerlukan perlindungan keamanan kelas tinggi untuk di stadon dan di luar stadion.”
“Jadi, saya sempat merasa pertandingan tidak aman, tetapi ada banyak orang yang membawa keluarganya menonton di stadion. Saya melihat hal itu,” imbuh Djite.
Lebih lanjut, Bruce Djite mengungkap bahwa sebenarnya sebelum pertandingan ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemangku kepentingan untuk mengamankan sebuah pertandingan sepak bola, terutama di Liga 1.
“Tentu saja ini sudah diantisipasi, tetapi ada gairah tinggi dari fan sepak bola yang tentu ini mengagetkan bagi kita semua,” ujar Djite.
2. Eks PSM Makassar Harapkan Investigasi Lebih Lanjut
“Ini perlu investigasi lebih lanjut terkait dengan risiko yang terjadi dalam tragedi ini dan saya kira ungkapan dari Presiden Indonesia, Joko Widodo cukup mewakili pernyataan bahwa ini kejadian serius.”
“Saya harap ini bisa jadi pelajaran untuk memperbaiki infrastruktur dalam sepak bola Indonesia agar ekosistem menonton sepak bola semakin ramah bagi para fan dan anak-anak, apalagi akan ada Piala Dunia 2022 nanti ,” imbuh Bruce Djite.
Buntut dari tragedi Kanjuruhan antara Arema FC vs Persebaya, PT LIB selaku pemegang regulasi kompetisi Liga 1 memutuskan menghentikan sementara kompetisi dalam sepekan ke depan,
Baca Selengkapnya: Buntut Tragedi Kanjuruhan, PSM Harap PSSI dan PT LIB Ambil Sikap Tegas