x

Jurgen Klopp 'Resmi' Tinggalkan Formasi Sukses 4-3-3, Inilah Plus Minus Sistem Baru Liverpool

Rabu, 5 Oktober 2022 11:46 WIB
Editor: Ilham Oktafian
Jurgen Klopp resmi meninggalkan formasi andalannya, 4-3-3 dan beralih ke pola 4-2-3-1. Berikut plus minus sistem anyar Liverpool.

INDOSPORT.COM - Jurgen Klopp resmi meninggalkan formasi andalannya, 4-3-3 dan beralih ke pola 4-2-3-1. Berikut plus minus sistem anyar Liverpool.

The Reds julukan Liverpool memang telah resmi meninggalkan pola 4-3-3. Formasi yang sudah dipakai Jurgen Klopp selama beberapa tahun.

Baca Juga

Formasi tersebut terbilang sukses. Bagaimana tidak, dengan pola itu The Reds mampu membawa sejumlah trofi bergengsi.

Mulai dari Liga Inggris, Liga Champions, Piala Dunia Antar Klub hingga FA Community Shield. Tak heran jika kemudian, pola tersebut seakan melekan pada diri Liverpool era Klopp.

Namun, pola tersebut mulai goyang setelah musim ini The Reds ditinggal oleh Sadio Mane yang memutuskan bergabung dengan Bayern Munchen.

Baca Juga

Hengkangnya Mane langsung memberi dampak signifikan dalam pola tersebut. Pasalnya, penggantinya, Darwin Nunez bukan tipikal pemain yang sama dengan Mane.

Mantan penyerang Benfica tersebut merupakan sosok striker murni atau akrab disapa sebagai pemilik nomor 9 dalam dunia kulit bundar. 

Alhasil, Liverpool mengalami rentetan hasil negatif saat memaksakan formasi 4-3-3 dengan memainkan Darwin Nunez di lini depan.

Baca Juga

Tak heran jika Liverpool terseok-seok di papan tengah, tepatnya tabel kesembilan dan kian menjauh dari persaingan gelar.

Namun, kini Klopp melakukan gebrakan dengan meninggalkan pola tersebut demi memaksimalkan Darwin Nunez. Pada laga Liga Champions kontra Rangers pada Rabu (05/10/22). Berikut plus minus sistem anyar Liverpool.


1. Kelebihan

Darwin Nunez saat laga Liga Champions antara Liverpool vs Ajax Amsterdam

1. Banyak Opsi Menyerang di Lini Depan

Dalam laga kontra Rangers, Liverpool memainkan pola 4-2-3-1 dengan menurunkan Darwin Nunez di posisi ujung tombak, ditopang oleh Diogo Jota, Luis Diaz serta Mohamed Salah.

Praktis, ada 4 pemain yang bertipikal menyerang di lini depan. Hal ini membuat serangan Liverpool lebih bervariasi. Mulai dari sisi sayap maupun tengah.

Baca Juga

Di sampingi itu, dengan menurunkan 4 juru gedor sekaligus, para pemain belakang lawan harus ekstra kerja keras untuk memutus aliran bola.

2. Trent Alexander-Arnold Tak Telat Turun

Entah punya pengaruh atau tidak, sejak Liverpool mengganti pola 4-3-3 ke 4-2-3-1, Trent Alexander-Arnold tak lagi telat membantu pertahanan.

Bisa jadi, hal itu dipengaruhi lini serang Liverpool yang menumpuk. TAA kini tak perlu intens membantu penyerangan mengingat Mohamed Salah punya partner baru yakni Diogo Jota yang dipasang persis di belakang Darwin Nunez.

Baca Juga

3. Belum Bisa Ditebak Lawan

Liverpool cukup diuntungkan dapat menjajal formasi anyar 4-2-3-1 saat bentrok dengan tim sekelas Rangers.

Bagaimana tidak, The Reds jelas berada di atas Rangers. Artinya, Klopp masih dapat kesempatan untuk menyempurnakan formula tersebut.

Di samping itu, dengan melawan Rangers Liverpool masih bisa membenahi pola baru agar tak ditebak oleh lawan.

Baca Juga

Diketahui jika formasi lama Liverpool sudah bisa dipatahkan oleh lawan, salah satunya melalui permainan counter attack.

Dengan skema tersebut Liverpool kerap kerepotan.Namun kini dengan pola anyar The Reds masih bisa mengejutkan lawan.


2. Kelemahan

Aksi Darwin Nunez di laga Liverpool vs Rangers FC (05/10/22). (Foto: Reuters/Carl Recine)

1. Masih Belum Padu

Meski menuai beberapa kelebihan, namun formasi anyar Liverpool juga meninggalkan catatan tersendiri. Di antaranya yakni belum padunya antar pemain.

Dalam laga kontra Rangers Rabu (05/10/22) lini depan The Reds masih tampak bingung dalam mengatur posisi. Bahkan, Darwin Nunez dan Luiz Diaz sempat bertubrukan.

Baca Juga

Hal itu mengindikasikan jika para pemain Liverpool belum bisa menterjemahkan ide Klopp. Di samping itu, para wingback Liverpool juga beberapa kali salah paham dengan pemain depan. Klopp tampaknya harus segera menuntaskan masalah tersebut jika tidak ingin formasi anyarnya ini dicap gagal.

2. Mandul di Depan Gawang

Dengan memainkan 4 pemain bertipikal menyerang, lini serang The Reds menjadi lebih ganas. Namun, justru hal itu membuat Liverpool menyia-nyiakan banyak peluang.

Terbukti, saat melawan Rangers, Liverpool total melesatkan 23 kali tembakan ke arah gawang, namun hanya 10 yang on target.

Baca Juga

Bahkan, 2 gol yang dibukukan The Reds tercipta lewat situasi bola mati. Artinya, The Reds masih belum bisa memaksimalkan peluang sebaik mungkin.

3. Mendominasi Penguasaan Bola tapi Meninggalkan Umpan Pendek

Dengan pola anyar, Liverpool tampaik  begitu dominan dalam urusan penguasaan bola. Entah sang lawan terlalu inferior namun The Reds selalu dekat dengan bola.

Namun anehnya, The Reds malah meninggalkan kombinasi umpan pendek. Jika bertemu lawan yang unggul bola atas, jelas itu bisa menjadi bumerang bagi Liverpool.

Baca Juga

4. Butuh Adaptasi

Setuju atau tidak, dengan pola ini Liverpool masih butuh adaptasi. Pasalnya, meski menang 2-0 namun secara keseluruhan penampilan The Reds masih belum memuaskan.

Saat ini, Klopp butuh waktu untuk menyempurnakan pola barunya. Sayangnya, Livepool tak punya kemewahan untuk berbenah. Padatnya jadwal membuat Klopp harus segera menemukan formula mutakhir agar formasinya ini bisa mengulang kesuksesan 4-3-3.

LiverpoolLiga ChampionsJurgen KloppRangers F.C.Glasgow Rangers

Berita Terkini