Perihal Penyebab Kematian dalam Tragedi Kanjuruhan, Tim Gabungan Aremania Sepakat dengan TGIPF
INDOSPORT.COM - Tim Gabungan Aremania (TGA) menarik sejumlah kesimpulan setelah mengumpulkan sejumlah informasi dan bukti-bukti selama melakukan investigasi Tragedi Kanjuruhan.
Bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (Kontras), tim pencari fakta dari Aremania sepakat dengan kesimpulan yang diambil dari sisi pemerintah.
Sebagaimana diketahui, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam, Mahfud MD sudah mengumumkan bahwa penyebab kematian ratusan jiwa karena gas air mata.
"Kami meyakini bahwa penyebab kematian dari banyak korban adalah karena gas air mata," tutur Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kontras, Andy Irfan di Gedung KNPI Kota Malang, Jumat (14/10/22) malam WIB.
Ya, tembakan gas air mata dari pihak keamanan memang merubah situasi seusai Derby Jatim di Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya itu menjadi kacau balau.
Tembakan gas air mata itu lah yang kemudian memunculkan kepanikan luar biasa dari suporter, terutama di tribun selatan dan utara.
Ribuan suporter lalu tunggang langgang untuk mencari akses keluar stadion. Sedangkan ukuran dan jumlah pintu tidak sebanding dengan eskalasi massa.
Sehingga terjadi penumpukan, saling berdesakan dan berhimpitan di pintu. Akibatnya, banyak korban meninggal dunia setelah mengalami sesak napas.
"Ini sudah ada unsur kejahatan kemanusiaan, yang dilakukan oleh aparat yang dipersenjatai kepada orang sipil," Andy Irfan membeberkan.
1. Gas Air Mata Jadi Penyebab 132 Orang Meninggal Dunia
Sampai Kamis (13/10/22), Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mengumumkan bahwa total korban mencapai 754 orang, dengan 132 diantaranya meninggal dunia.
Kontras bersama Tim Gabungan Aremania (TGA) lantas menitikberatkan pada proses pengusutan terhadap sebab terjadinya tragedi, dalam hal ini adanya gas air mata.
Padahal, seharusnya pihak keamanan sudah mengerti bahwa penggunaan senjata itu sangat diharamkan dalam pengamanan pertandingan sepak bola.
"Kepolisian harus menjawab ini. Mengapa para personel yang ditugaskan sudah dipersenjatai dengan gas air mata sebelum pertandingan," ulas Sekjen Kontras, Andy Irfan.
Pihaknya mengacu pada pengalaman Aremania ketika 2018 lalu. Saat itu, pengamanan dengan gas air mata juga menimbulkan korban jiwa dan ratusan terluka.
"Jadi, kepolisian sebenarnya sudah tahu kalau gas air mata dilarang di sepak bola. Tidak ada alasan mereka tidak tahu aturan itu," pungkas dia.