Mencekam! Bek Asing Persebaya Gambarkan Cerita Sisi Lain dari Tragedi Kanjuruhan
INDOSPORT.COM – Tragedi Kanjuruhan, hampir sebulan berlalu. Kini sebuah cerita dari sisi lain insiden mematikan tersebut diungkapkan oleh seorang pemain Persebaya Surabaya, Leo Lelis.
Tragedi Kanjuruhan, yang terjadi pada 1 Oktober 2022, terjadi usai pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Kala itu suporter tuan rumah nekat turun ke lapangan pascapertandingan lantaran kecewa setelah Arema FC dikalahkan Persebaya dengan skor 2-3.
Situasi berubah tak terkendali saat petugas polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton yang memicu ratusan korban meninggal dunia.
Kejadian ini begitu mengiris hati semua anggota tim, baik pemain dan staf ofisial. Tidak hanya untuk kubu Arema FC namun juga kubu Persebaya Surabaya.
Hal ini terungkap dalam sebuah video berdurasi dua jam yang diunggah Persebaya Surabaya di kanal resmi Youtube pada Rabu (26/10/22) kemarin dan meraup lebih dari 500 juta penonton.
Awalnya, tim Persebaya datang ke Malang tanpa memiliki firasat apa pun. Mereka mengusung misi tiga poin untuk pertama kalinya di Kanjuruhan dalam 32 tahun.
Namun, lain dari laga Derby Jatim sebelumnya, tim Persebaya saat itu mendapatkan pengamanan berlapis dari Poltabes, Brimob dan Big Force Surabaya.
Para pemain yang awalnya berangkat naik bis tim kemudian berganti membonceng kendaraan taktiks (rantis) rantis atau barakuda sebelum memasuki kot Malang.
Hal ini rupanya menjadi pengalaman baru bagi beberapa penggawa Persebaya Surabya, salah satunya bek tengah asal Brasil, Leo Lelis.
1. Barakuda Tim Persebaya Dilempari, Mobil Dibakar di Luar Stadion
“Jadi jadi saya menikmati saat itu, itu pengalaman baru untuk saya, dan saya paham, jika saya pergi ke pertandingan dengan rantis maka ini bukan bercanda, sesuatu sangat serius terjadi di sini,” ujar Leo Lelis.
Suasana mencekam mulai terasa saat tim Persebaya memasuki Kanjuruhan. Suporter Arema yang berada di luar stadion menunjuk jari tengah, memukul-mukul rantis, dan memaki-maki.
Psywar pun juga dirasakan tim Persebaya saat pemanasan di lapangan Kanjuruhan. Suporter Arema yang sudah memenuhi area tribun menyanyikan chans rasis dan kebencian.
Namun, para pemain Persebaya tak ambil pusing. Mereka tetap fokus ke pertandingan dan akhirnya memenangkan laga melawan rival bebuyutan mereka.
“Saya tidak paham apa yang mereka (suporter Arema) nyanyikan, tetapi saya bisa melihat wajah mereka penuh kebencian,” ujar Leo Lelis.
Memastikan kemenangan atas tim tuan rumah, para pemain Persebaya rupanya memilih tidak melakukan selebrasi di lapangan. Mereka diminta langsung masuk ke ruang ganti.
“Perasaan saya campur aduk karena kami sangat senang, saya tidak sabar untuk kembali ke Surabaya, dan merayakan dengan Bonek dan Bonita,” lanjutnya.
Di ruang ganti, para pemain sempat berselebrasi menari-nari, berteriak kegirangan, bahkan ada pemain yang berpelukan sambil menangis saking bahagianya.
Tetapi, euforia itu hanya berlangsung singkat karena para pemain hanya diberi waktu lima menit untuk berberes dan kembali masuk kendaraan barakuda di luar stadion.
“Tapi setelah kita dapat waktu 5 menit untuk mengganti pakaian, perasaan saya berubah saya punya perasaan buruk, saya tidak pernah membayangkan ini,” lanjut Lelis.
Saat masuk ke Baracuda kekhawatiran Leo Lelis dan rekan-rekannya akhirnya terkuak. Situasi di luar Stadion Kanjuruhan sudah chaos lantaran suporter Arema FC mengamuk.
Iring-iringan Baracuda berisi para pemain Persebaya dilempari benda-benda asing oleh suporter lawan. Bahkan, Leo Lelis sempat terkejut dengan api yang membayar sebuah kendaraan.
“Saya melihat api cukup besar di depan Baracuda, sekitar 30 meter," jelasnya.
Singkat cerita, Leo Lelis dan kawan-kawannya mermasa leda setelah rombongan pemain dan tim pelatih bisa keluar dari Stadion Kanjuruhan dengan selamat dan langsung pulang ke Surabaya.