Kisah Tasmania Berlin, Klub dengan Rekor Abadi di Bundesliga Jerman: Mustahil Disamai Bayern Munchen
INDOSPORT. COM - Tasmania Berlin bukanlah nama klub sepak bola Jerman yang mahsyur dalam skala internasional. Namun di negara asalnya, tim ini punya catatan rekor yang hampir mustahil disamai oleh siapapun.
Bahkan tim raksasa Bundesliga Jerman sekelas Bayern Munchen, rasanya juga tak akan sanggup mendekati, apalagi mengulang pencapaian Tasmania Berlin.
Kehidupan Tasmania Berlin sebagai klub sepak bola amat jauh dari torehan prestasi mentereng. Sejak tahun 1978, mereka hanya berkutat di divisi bawah, paling bagus hanya sampai kasta ketiga saja.
Kalau soal koleksi trofi juara, sebenarnya ada yang masuk ke lemari piala Tasmania Berlin. Musim 1996/97 dan 2018/19, Tasmania Berlin berhasil merajai kompetisi Verbandsliga Berlin.
Sekedar informasi tambahan, Verbandsliga Berlin cuma merupakan ajang divisi keenam di struktur persepak bolaan Jerman. Tentu bukanlah sesuatu yang menarik untuk dibahas.
Eksistensi Tasmania Berlin kini berada di NOFV-Oberliga Nord, kompetisi kasta kelima sepak bola Jerman. Masih bukan suatu hal yang menarik sebagai bahan bahasan.
Namun kalau berkaca jauh lebih ke belakang lagi, tepatnya musim 1965/66, Tasmania Berlin pernah mencatatkan sesuatu yang spesial. Kala itu mereka mendapatkan rezeki tak terduga sehingga bisa merasakan menghiasi kasta tertinggi Bundesliga Jerman (sampai sekarang belum bisa diulangi lagi).
Kiprah Tasmania Berlin sepanjang ikut serta dalam Bundesliga Jerman 1965/66 amatlah buruk. Tasmania Berlin langsung terdegradasi akibat mendekam di posisi juru kunci klasemen akhir.
Walau demikian, ada sebuah rekor yang dipecahkan Tasmania Berlin. Menariknya, sampai sekarang belum ada satu tim manapun yang bisa menyamai atau melewati rekor mereka.
Bayern Munchen yang terkenal sebagai tim top penguasa Bundesliga Jerman, bahkan tak sanggup mendekati rekor Tasmania Berlin. Artinya, rekor yang dipegang Tasmania Berlin rasanya hampir mustahil disamai siapapun.
1. Pertama Kali Promosi ke Bundesliga Jerman
Sekitar tahun 1965 sampai 1966, Indonesia sedang bergejolak akibat isu partai komunis PKI. Bila gejolak di Indonesia amat serius, Jerman memiliki pergulatan yang lebih santai (tapi tetap serius), yaitu sepak bola.
Bundesliga Jerman 1965/66, Tasmania Berlin berhak bermain dalam kompetisi kasta tertinggi. Sekedar catatan, momen itu merupakan satu-satunya pengalaman Tasmania Berlin di Bundesliga Jerman, sampai sekarang belum lagi dapat mereka ulangi.
Kesempatan demikian datangnya bukan karena Tasmania Berlin merajai kompetisi kasta kedua kemudian promosi ke kasta tertinggi. Tiket Bundesliga Jerman mereka genggam justru ditenggarai sebuah rezeki tak terduga yang datang berkat peraturan kompetisi.
Singkat cerita, Tasmania Berlin kala itu masihlah berbentuk klub sepak bola amatir. Mereka dipercaya main di Bundesliga Jerman untuk menggantikan slot yang aslinya dimiliki klub kota Berlin lainnya, Herta Berlin.
Bundesliga 1965/66 adalah musim ketiga sejak kompetisi pertama kali dibentuk. Musim sebelumnya, Herta Berlin menduduki peringkat 14 dari 16 tim peserta, alias masuk zona degradasi bersama Karlsruher SC dan Schalke 04.
Sistem degradasi hasil kompetisi musim 1964/65 tiba-tiba ditiadakan lantaran Bundesliga hendak menambah jumlah tim pesertanya. Akan tetapi, lisensi Herta Berlin sebagai klub peserta harus dicabut karena terbukti bersalah melanggar aturan. Herta Berlin kedapatan memiliki pengeluaran gaji yang melebihi peraturan salary cap Bundesliga kala itu.
Otoritas Bundesliga lantas mencari tim pengganti Herta Berlin. Bundesliga membidik klub yang latar belakangnya juga berasal dari Berlin.
Pertama-tama, otoritas Bundesliga menunjuk Tennis Borussia Berlin selaku jawara ajang Berlin-Liga (kompetisi sepak bola di kota Berlin yang kini menjadi kompetisi kasta keenam Jerman). Namun Tennis Borussia Berlin sadar diri bahwa kualitas mereka tak layak berlaga di Bundesliga, sehingga mereka menolak penunjukkan ini.
Selanjutnya Bundesliga melirik tim runner-up Berlin-Liga, Spandauer SV. Lagi-lagi, tawaran ditolak dengan alasan yang serupa.
Bundesliga tetap ngotot mencari tim asal Berlin. Maklum, kala itu perwakilan tim dari Berlin yang jadi pusat politik Jerman sangat penting bagi keberlangsungan kompetisi.
Langkah berikutnya yang diambil adalah menunjuk peringkat ketiga Berlin-Liga. Tim yang menduduki peringkat tiga kebetulan ialah Tasmania Berlin.
Enggan menyia-nyiakan kesempatan, Tasmania Berlin menerima ajakkan Bundesliga. Terjadilah musim 1965/66 Tasmania Berlin berlaga di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Jerman.
2. Terciptanya Rekor Abadi Tasmania Berlin
Datang ke Bundesliga 1965/66 dengan status tim amatir, bukanlah perkara mudah bagi para penggawa Tasmania Berlin. Seisi skuat Tasmania Berlin tidak sepenuhnya berprofesi sebagai pesepak bola, mereka pun diharuskan meninggalkan pekerjaan utamanya demi berlaga di Bundesliga.
"Klub ingin kami melepaskan pekerjaan kami dalam semalam," kenang Hans-Günter Becker, yang menjadi kapten tim.
"Saya kemudian menginformasikan atasan saya di kantor bahwa saya hanya bisa bekerja setengah hari," lanjutnya.
Perubahan besar memang terjadi dalam tubuh tim, segalanya mendadak dikemas secara profesional. Bahkan Tasmania Berlin berani memberikan kontrak kepada pemain top era itu, Horst Szymaniak, yang notabene eks bintang Inter Milan dan jebolan Timnas Jerman Piala Dunia 1958.
Heran juga mengapa Horst mau menerima kontrak tersebut. Percayalah, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Pele, atau Maradona sekalipun, tak akan mampu tampil maksimal dengan tim amatir di kompetisi profesional.
Tak heran kalau surat kabar setempat meluncurkan artikel yang menyindir keputusan Horst. Isi artikel menyebut Horst 'bermain tidak pada tempatnya'.
Laga pembuka kompetisi, Tasmania Berlin bersua Karlsruhe di Olympiastadion Herta. Laga tersebut konon dihadiri sekitar 81 ribu orang penonton.
Pertandingan tanpa diduga berjalan manis untuk Tasmania Berlin. Papan skor akhir laga menunjukkan kemenangan Tasmania Berlin 2-0. Kedua gol kemenangan Tasmania Berlin diborong pemain bernama Wolf-Ingo Usbeck.
Optimisme tentu muncul berkat kejutan laga perdana. Namun yang terjadi selanjutnya amat miris dan cenderung begitu memalukan.
Tak sampai bulan November 1965, Tasmania Berlin hancur lebur dikalahkan secara beruntun oleh Borussia Mönchengladbach, Hamburg, Hannover, Cologne dan Nuremberg. Parahnya, jumlah kebobolan Tasmania Berlin menyentuh angka 28 gol.
Pelatih yang bertugas sejak awal musim, Franz Linken, mengundurkan diri pasca Tasmania Berlin dihancurkan Cologne 6-0. Posisi Franz Linken selanjutnya digantikan Heinz-Ludwig Schmidt.
Tapi Heinz-Ludwig Schmidt akhirnya tahu betapa tidak kompetennya skuat yang dimiliki Tasmania Berlin. Dua laga awal menjalankan tugas, Heinz-Ludwig Schmidt mendapati kenyataan selalu kalah, kebobolan 12 gol, tanpa bisa mencetak satu gol pun.
Penonton yang datang ke Olympiastadion Hertha untuk menyaksikan Tasmania Berlin kemudian merosot drastis. Kalau di laga pembuka ada sekitar 81 ribu penonton, pada bulan Januari 1966 dalam laga kontra Borussia Mönchengladbach, jumlah suporter yang datang turun sebanyak 99% atau hanya 857 orang saja.
Kondisi demikian ternyata menjadi rekor pertandingan Bundesliga dengan jumlah penonton tersedikit sepanjang masa (dalam situasi normal sebelum pandemi Covid-19). Rekor pertama dipecahkan Tasmania Berlin. Ya, kami menyebut rekor pertama, sebab ada rekor-rekor lain yang nantinya ikut dipecahkan.
Meski jumlah penontonnya sedikit, Tasmania Berlin berhasil menciptakan kejutan dengan menahan imbang Borussia Mönchengladbach 0-0. Hal yang jelas memalukan bagi Borussia Mönchengladbach, sebab kala itu tim diperkuat pemain-pemain bintang seperti Gunter Netzer dan Berti Vogts.
"Saya belum pernah melihat tim saya bermain begitu buruk," kata pelatih Gladbach, Hennes Weisweiler tentang ketidakmampuan timnya untuk mengalahkan Tasmania Berlin.
Memasuki bulan Maret 1966, Tasmania Berlin menerima salah satu kekalahan paling menyakitkan dalam sejarah Bundesliga, dibantai 0-9 oleh Meidericher SV (sekarang dikenal sebagai MSV Duisburg). Beberapa minggu setelah dibantai Meidericher SV, Tasmania Berlin kalah dari Eintracht Frankfurt 0-3.
Kekalahan dari Eintracht Frankfurt membuat jumlah kebobolan Tasmania Berlin mencapai angka 100 gol, padahal musim belum berakhir. Sampai sekarang, belum ada tim Bundesliga Jerman yang pernah menderita kebobolan gol sebanyak ini.
Rangkuman besarnya, setelah kemenangan laga perdana, Tasmania Berlin selalu gagal menuai kemenangan dalam 31 laga secara beruntun. Mereka baru bisa menang lagi dalam laga pekan ke-33 kontra Borussia Neunkirchen yang berakhir 2-1. Tambahan, tak bisa menang beruntun 31 laga adalah rekor sepanjang masa Bundesliga (rekor berikutnya).
Klasemen akhir musim, Tasmania Berlin menempati juru kunci dan otomatis terdegradasi. 34 laga yang dimainkan, Tasmania Berlin cuma mengoleksi 8 poin, hasil 2 menang, 4 imbang, dan 28 kekalahan, serta kebobolan 108 kali.
Catatan keseluruhan Tasmania Berlin sepanjag musim 1965/66 menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Bundesliga. Kami sudah bilang, tim hebat sekelas Bayern Munchen pun pasti mustahil mendekati apalagi memecahkan rekor milik Tasmania Berlin.
Tim yang paling mendekati hanya Schalke 04 untuk rekor puasa kemenangan terlama. Bila Tasmania Berlin menderita puasa kemenangan sebanyak 31 laga beruntun, Schalke menorehkan 30 laga.
Kisah Schalke sejatinya tercipta pada dua musim berbeda yang digabungkan, 2019/20 dan 2020/21. Artinya, tetap tak ada tim di kompetisi kasta tertinggi manapun yang bisa menderita puasa kemenangan 31 kali beruntun dalam semusim seperti Tasmania Berlin.