Bukan Solusi, Persis Solo Kritisi Opsi Lanjutan Liga 1 Pakai Sistem Bubble
INDOSPORT.COM - Asisten pelatih Persis Solo, Rasiman, menilai sistem bubble bukanlah pilihan tepat untuk melanjutkan Liga 1 Indonesia 2022-2023. Sepak bola nasional tidak akan belajar dan hanya menunda-nunda permasalahan.
Sistem bubble menjadi salah satu opsi untuk melanjutkan kompetisi dan terbukti tepat ketika sepak bola Indonesia berjalan di tengah ancaman pandemi Covid-19 edisi 2021-2022.
Maka, ketika Tragedi Kanjuruhan menewaskan 133 suporter dan dua anggota Polri, sistem bubble menjadi opsi terdepan. Sepak bola kembali bergulir tanpa ada penonton.
Terkait opsi ini, Rasiman menilai sistem bubble hanya menjadi solusi jangka pendek. Saat Tragedi Kanjuruhan diharapkan menjadi titik balik, kompetisi juga wajib dijalankan seperti 11 pekan awal.
"Kalau bubble, artinya kami tidak akan belajar dari persoalan karena yang menjadi persoalan itu apa. Menyelesaikannya kan juga harus adil. Kalau bubble, kan masalahnya kami juga kena imbasnya," kata Rasiman.
Sistem bubble membuat setiap tim bersalah dan harus bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan. Padahal, kericuhan itu hanya melibatkan satu laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Sistem bubble membuat semua tim, termasuk Persis Solo, menjadi terhukum karena tidak bisa didukung suporter setianya secara langsung di sisa Liga 1 2022-2023.
"Harusnya dalam hal ini harus fair karena ini bukan kesalahan secara general, tapi kesalahan diakibatkan sebuah pertandingan. Kalau pakai bubble, apa poinnya? Katakanlah klub yang mendapat sanksi tidak boleh ada penonton," jelas Rasiman.
Rasiman berharap ketika kompetisi berjalan normal, setiap klub menjadi belajar dari Tragedi Kanjuruhan. Barangsiapa membuat kesalahan, maka klub akan menanggung hukuman yang berat.
Arema FC sendiri sudah dihukum komite disiplin (Komdis) PSSI tak boleh menyelenggarakan laga dengan penonton. Laga kandang Arema FC juga harus dilakukan dengan jarak 250 kilometer dari Kota Malang.
"Harapan saya, nanti setiap klub menjadi hati-hati, karena kalau sampai ada pelanggaran yang sama, klub akan kena punishment. Kalau ini tidak dijalankan ya ini seperti menunda permasalahan, tidak menyelesaikan permasalahan," papar Rasiman.
1. Pelajaran Berharga
Rasiman sendiri cukup senang bahwa suporter Persis Solo selama ini tak pernah turun ke lapangan. Padahal, mereka pernah merasakan kekalahan di kandang.
Suporter Persis Solo hanya menggelar demo beberapa hari setelah laga. Menurut Rasiman, hal itu lebih baik dan demokratis ketimbang turun ke lapangan setelah pertandingan.
"Pelajaran buat Solo juga untuk ke depannya bahwa suporter kami tahu, ketika melakukan kesalahan, klub akan mendapat hukuman. Kebiasaan ini membuat semua orang harus hati-hati," ucap Rasiman.
"Mudah-mudahan semua pihak belajar. Jangan sampai kita abuse dengan rule of the game. Kalau memang penonton tidak boleh masuk lapangan ya jangan masuk. Kalau prosedur pengalaman sebuah pertandingan harus ABC ya harus ABC, jangan ada D," lanjut Rasiman.
Maka, sikap Rasiman sama seperti para petinggi Persis Solo. Rasiman ingin lanjutan kompetisi Liga 1 tetap digelar dengan penonton, serta sanksi untuk Arema FC tetap berjalan.
Kelanjutan Liga 1 2022-2023 nanti harus menjadi pembelajaran, bukan saja untuk klub, melainkan juga suporter dan pihak keamanan.
"Jangan hanya klub saja yang diminta belajar. Masuk lapangan telat satu menit saja dendanya banyak banget. Semua pihak harus belajar, suporter, pengamanan, penyelenggara pertandingan harus belajar untuk menjalankan rule of the game," harap Rasiman.
Persis Solo sendiri tak sekadar berbenah secara internal. Mereka turut belajar dari klub elite Johor Darul Takzim (JDT) soal penyelenggaraan pertandingan dalam kunjungan ke Malaysia, 9-18 November.