Arab Saudi Bakal Perbolehkan Konsumsi Alkohol Jika Jadi Tuan Rumah Piala Dunia
INDOSPORT.COM - Arab Saudi dikabarkan siap perbolehkan konsumsi alkohol jika saja mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia pada edisi yang akan datang.
Menteri Olahraga Pengeran Abdulaziz bin Turki Al-Faisal mengatakan siap melakukan perbuahan. Ia juga menilai bahwa akan menjadi Islamofobia jika Arab Saudi dipaksa FIFA.
Arab Saudi sendiri dikabarkan siap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 mendatang. Negara tersebut akan bersaing dengan Yunani dan Mesir yang juga berambisi menjadi tuan rumah turnamen empat tahunan tersebut.
Negara Arab Saudi sendiri belum terhalang oleh pengawasan ketat terhadap hak asasi manusia (HAM) seperti yang dihadapi oleh Qatar selama menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Di Qatar sendiri, sebenarnya penjualan minuman beralkohol ada di beberapa bar di kota Doha. Hal itu menjadi sudah biasa lantaran meski mayoritas beragama Islam di sana.
Di sisi lain, Pangeran Abdulaziz merasa apabila Piala Dunia 2030 bisa dilaksanakan di Arab Saudi, maka hukum dan aturan yang berlaku wajib ditaati oleh semua orang yang datang.
Selain itu, permasalahan minuman beralkohol juga menjadi salah satu faktornya. Qatar yang melarang mendapat kritikan dari fans yang datang. Sponsor Piala Dunia 2022 yang memproduksi minuman beralkohol, Budweiser mengalami penurunan penjualan di Qatar.
Meski demikian, Pangeran Abdulaziz tetap pada pendiriannya. Jika Arab Saudi memiliki hukum dan aturan yang melarangnya, maka harus ditaati. Jika tidak ditaati jangan datang.
Selain itu, ketika ia ditanya oleh wartawan terkait pemaksaan aturan penyediaan alkohol pada sebuah turnamen, Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa itu bisa berubah karena Piala Dunia untuk semua orang.
"Jika Anda menentang itu, dan Anda tidak merasa seperti Anda akan menikmati waktu Anda datang, dan [jika] Anda tidak dapat menghormati aturan itu, maka jangan datang. Sesederhana itu," ujarnya.
1. Dibayangi Pelanggaran HAM
Diketahui bahwasanya negara Arab Saudi saat ini sedang berusaha menuju kemajuan dan berubah menjadi lebih baik setelah menghadapi beberapa kritik terkait pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Salah satu kasus yang paling kuat adalah pembunuhan jurnalis pembangkang Saudi yang bernama Jamal Khashoggi oleh para agen dari Riyadh.
Jurnalis Jamal Khashoggi sendiri meninggal karena dibunuh setelah ia memasuki konsulat kerajaan yang berada di Istanbul, Turki pada tahun 2018 silam.
Sang jurnalis dikabarkan berkontribusi pada kelompok HAM yang menentang rencana pembelian klub Newcastle United oleh Public Investment Fund (PIF) atau Dana Investasi Publik Arab Saudi.
PIF Arab Saudi sendiri dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salmen. Di sisi lain, Mohammed bin Salmen, menurut temuan intelijen Amerika Serikat telah menyetujui pembunuhan Khashoggi.
Meski intelijen Amerika Serikat mengemukakan pendapat tersebut, sang putra mahkota, Mohammed bin Salmen membantah dugaan tersebut. Ia menilai tuduhan tersebut tak berdasar.
Selain itu, jenazah Jamal Khashoggi juga tak pernah ditemukan dan mengarah pertanyaan bersar tentang kecakapan Arab Saudi untuk memiliki peran penting di bidang olahraga.
"Semua orang ngeri dengan apa yang terjadi dan semua orang mengutuknya di kerajaan. Apa yang dilakukan pemerintah di Saudi, mereka mengambil tindakan untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi," kata Pangeran Abdulaziz.
Sementara itu, FIFA memberi persyaratan bagi tuan rumah Piala Dunia adalah untuk tidak mendiskriminasi para kaum LGBT, seperti yang dilakukan Qatar.
Meski demikian, Pangeran Abdulaziz tidak akan mempermasalahkan hal itu selama mereka yang hadir di Arab Saudi untuk Piala Dunia menghormati aturan yang berlaku di sana.