Raphael Maitimo Resmi Gantung Sepatu, Langsung Banting Setir Jadi Agen Pemain?
INDOSPORT.COM - Pemain naturalisasi timnas Indonesia, Raphael Maitimo, resmi gantung sepatu dari dunia sepak bola. Dia menilai bahwa usianya sudah tidak muda, sehingga harus menyudahi karier.
Raphael Maitimo memang sudah menginjak usia 38 tahun. Beberapa klub besar Indonesia sudah pernah dibela pemain kelahiran Belanda ini.
Dia menjadi salah satu pemain kelahiran Belanda yang dinaturalisasi, tepatnya pada 2010. Maitimo mengajukan diri menjadi seorang Warga Negara Indonesia (WNI).
Proses dirinya menjadi WNI memakan waktu dua tahun hingga akhirnya pada 2012 dinyatakan sah dan diperbolehkan membela timnas Indonesia di Piala AFF 2012.
Meski sudah menjadi WNI, Raphael Maitimo baru menjajaki karier di Liga Indonesia dengan bergabung bersama Mitra Kukar edisi 2013.
Dari Mitra Kukar, Raphael Maitimo sempat membela Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Arema FC, Persib Bandung, Madura United, Persebaya Surabaya, PSIM Yogyakarta, PSM Makassar, Persita Tangerang, dan terakhir Barito Putera.
Maitimo juga sempat menjadi pilar timnas Indonesia. Kini, dia mengaku sudah pensiun dari dunia sepak bola, meski masih ada secuil keinginan merumput.
"Sebenarnya saya sudah pensiun. 95 Persen pensiun. Umur saya 38 tahun, saya sebenarnya masih bisa bermain.," ucap Maitimo ketika berbincang dengan INDOSPORT beberapa waktu lalu.
"Tapi, kalau saya menurut saya kans bermain saya sedikit dan saya takut tidak bisa berkontribusi untuk tim. Itulah yang terpenting bagi saya," tegasnya.
1. Kesibukan Baru
Setelah memutuskan pensiun sebagai pemain, Maitimo pun sudah memiliki gambaran terkait kesibukan dirinya nanti. Dia akan menjadi seorang agen pemain yang akan mencoba membawa pemain dari luar negeri ke Liga 1.
"Saya mau menjadi agen dan tetap di industri sepak bola. Saya mau jadi agen internasional tidak hanya di Indonesia mungkin juga bisa membantu sepak bola Indonesia dengan PSSI dan klub lain," tukas Maitimo.
Sekadar mengingatkan, Raphael Maitimo memperkuat timnas Indonesia saat federasi sedang mengalami dualisme sehingga kariernya tidak awet dalam ajang internasional.