Memori Fase Grup Piala AFF 2010, Kemenangan Langka Timnas Indonesia atas Thailand
INDOSPORT.COM - Piala AFF 2010 memang hanya berakhir dengan predikat runner-up bagi timnas Indonesia namun tetap patut dikenang karena adanya sukses penaklukkan Thailand.
Kala itu timnas Indonesia sedang diliputi harapan besar untuk menjadi raja Asia Tenggara untuk kali pertama.
Pasalnya ada amunisi tambahan berupa seorang bintang naturalisasi bernama Cristian Gonzalez, bomber subur kelahiran Uruguay yang memilih membela Garuda setelah bermain di Liga Indonesia dan melegenda di sana.
Juga ada Irafn Bachdim, pemain versatile keturunan berdarah Belanda itu akhirnya menjalani turnamen pertama dalam warna Merah-Putih.
Namun Alfred Riedl selaku pelatih kepala tidak hanya diberkati dengan duet Gonzalez dan Irfan saja di lini depan.
Ia juga banyak memanggil pemain-pemain muda berbakat seperti Okto Maniani, Ahmad Bustomi, Yongki Aribowo, Tony Sucipto, dan Kurnia Meiga.
Nama-nama tersebut dipadukan dengan para veteran berpengalaman macam Maman Abdurahman, Hamka Hamzah, Firman Utina, Bambang Pamungkas, juga Mohammad Nasuha, dan Muhammad Ridwan.
Budi Sudarsono pun sebenarnya bisa ikut ke Piala AFF 2010 namun striker berjuluk Si Piton itu harus mundur karena cedera.
Optimisme fans timnas Indonesia membumbung tinggi usai membantai Malaysia (5-1) dan Laos (0-6) di fase grup.
Hanya saja Thailand yang tengah menjalani turnamen buruk masih menyisakan rasa gentar jelang pertemuan di Gelora Bung Karno, 7 Desember 2010.
1. Bepe jadi Kunci
Wajar mengingat dari 11 pertemuan sebelumnya, timnas Indonesia hanya bisa mencuri dua kemenangan dari Thailand.
Namun asa untuk mengalahkan The War Elephants membumbung usai skuad asuhan Bryan Robson tersebut hanya bisa meraih dua poin dari dua pertandingan grup pertama mereka di Piala AFF 2010.
Thailand diimbangi oleh Laos dan Malaysia yang di atas kertas bukan lawan sepadan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh pergantian generasi yang tengah dialami oleh Negeri Gajah Putih. Saat itu Teerasil Dangda dan Theerathon Bunmathan yang kini menjadi pemain besar masih menjadi rising star U-23.
Memang masih ada Teeratep Winothai namun para bintang mereka seperti Kiatisuk Senamuang atau Worrawoot Srimaka sudah mundur dari tugas kenegaraan.
Ketakutan publik pecinta sepakbola tanah air pada Thailand sempat terbukti kala Thailand dapat memecah kebunutuan setelah skor 0-0 bertahan di babak pertama.
Pemain bertahan Suree Sukha melepas tembakan voli yang tidak dapat dihadang oleh kiper Markus Haris Maulana tepat saat waktu menunjukkan menit ke-69.
Dalam posisi timnas Indonesia tertinggal, Alfred Riedl kemudian meutuskan untuk memasukkan Bambang Pamungkas yang sepanjang turnamen hanya jadi pelapis.
Striker yang akrab disapa Bepe tersebut masuk dan mengambil alih ban kapten dari Firman Utina dan seketika nasib pun berbalik untuk timnas Indonesia.
Semuanya berawal dari pelanggaran Panupong Wongsa pada Cristian Gonzalez di kotak penalti Thailand memasuki sepuluh menit terakhir dan wasit pun langsung menujuk titik putih.
2. Balikkan Keadaan
Bambang maju sebagai eksekutor dan tanpa kesulitan menaklukkan kiper Sinthaweechai Hathairattanakool.
Meski hasil imbang 1-1 sudah cukup bagi timnas Indonesia maju ke semifinal Piala AFF 2010 sebagai juara grup, namun hal itu masih belum cukup bagi para pemain di lapangan.
Tekanan terus diberikan sampai pada akhirnya Thailand kembali membuat blunder berbuah penalti saat injury time sudah dekat.
Wongsa lagi-lagi menjadi biang kerok bagi Changsuek karena ia menghalau crossing Arif Suyono dengan tangannya. Sang bek pun menerima kartu merah dari pengadil.
Bambang lagi-lagi memberanikan diri untuk menendang dan usahanya untuk kali kedua berbuah gol kemenangan untuk timnas Indonesia.
Akhirnya timnas Indonesia sukses melaju ke babak selanjutnya dengan rekor sempurna sedangkan Thailand tanpa diduga gugur meski dua tahun sebelumnya menjadi runner-up Piala AFF.
Kenangan ini seharusnya bisa menjadi motivasi bagi timnas Indonesia di Piala AFF 2022.
Meski bermain di Gelora Bung Karno, namun anak-anak asuh Shin Tae-yong bukanlah favorit di hadapan Thailand.
Thailand adalah juara bertahan namun bagi timnas Indonesia tidak ada yang mungkin.
Timnas Indonesia punya cukup materi untuk menang. Jordi Amat dan kolega memiliki kombinasi bakat dan pengalaman yang ideal demi menjuarai Piala Dunia 2022.