Kisah Ten Hag yang Jarang Diketahui, Tolak jadi Crazy Rich Belanda Demi Bisa Latih Manchester United
INDOSPORT.COM - Sempat diragukan karena start buruk di Liga Inggris (Premier League), kini Erik ten Hag kini kian bisa buktikan jika ia pantas menukangi Manchester United.
The Red Devils kini tengah menikmati tren apik bersama manajer anyar asal Belanda mereka.
Pada Rabu (04/01/23) dini haru lalu, United baru saja menggebuk Bournemouth dengan skor 3-0 di pekan ke-19 Liga Inggris.
Kemenangangan tersebut membuat Marcus Rashford dan kolega kini berada di empat besar klasemen sementara dengan 35 poin.
Dengan jumlah pertandingan lebih sedikit, tidak ada gap poin dengan Newcastle United di tangga ketiga. Manchester United kian terlihat impresif mengingat Manchester City pun hanya berjarak tiga angka saja meski berada di posisi kedua.
Buah dari keputusan manajemen klub untuk menunjuk Ten Hag sebagai juru taktik mereka pun akhirnya mulai terasa manis.
Mantan bos Ajax Amsterdam perlahan tapi pasti membangunkan raksasa tidur dalam klubnya sekarang. Rahasianya? Punya kuasa besar.
Lahir dari keluarga kaya di Belanda, Ten Hag tidak datang ke United untuk mencari gaji besar dan materi.
Ia bahkan sudah bisa hidup makmur tanpa berkecimpung di industri sepakbola jika mau meneruskan usaha keluarga yang memang sudah dipersiapkan untuknya.
Menurut laporan dari The Mirror, ayah dari Erik ten Hag adalah pemilik perusahaan real estate, firma finansial, dan sejumlah usaha lain.
1. Sepakbola Buat Ten Hag Tolak Warisan Orangtua
Namun Ten Hag sejak awal sudah bertekad untuk tidak berpangku tangan menunggu warisan orangtuanya dan memilih mengejar ambisinya sendiri, sepakbola.
Kans menjadi konglomerat bergelimang harta dengan masa depan terjamin ia tinggalkan tepat setelah ia memutuskan menjadi penggiring kulit bundar yang kemungkinan suksesnya sangat kecil.
Hanya saja Ten hag ternyata bisa sukses menjadi pemain pro. 100% kariernya dihabiskan di Belanda bersama De Graafschap, FC Utrecht, RKC Waalwijk, dan terutama FC Twente.
Setelah pensiun tepat dua dekade lalu, pria yamg kini berusia 52 tahun itu belum juga jengah dengan sepakbola. Kiprahnya di lapangan hijau diteruskannya dengan beralih menjadi manajer.
Pengalaman menukangi Go Ahead Egales, tim cadangan Bayern Munchen, FC Utrecht, dan Ajax Amsterdam kemudian bisa membawa Erik ten Hag ke Liga Inggris untuk mengasuh Manchester United.
Meski dikenal sebagai salah satu kesebelasan terbesar di dunia, namun United sejak 2013 mengalami penurunan prestasi. Banyak pelatih setelah Sir Alex Ferguson pensiun mengklaim jika gerak mereka di Old Trafford sangat terbatas sehingga tidak bisa meraih sukses.
Ten Hag tahu betul soal masalah ini sehingga memberikan syarat pada United jika ia hanya ingin datang ke kota pelabuhan andai diberi kontrol ekstra layaknya saat bersama Ajax.
Permintaan tersebut disanggupi oleh klub dan akhirnya Ten Hag bisa perlahan mengobati borok mengakar di tubuh United.
Tidak cuma diberi wewenang untuk mendisiplinkan skuad senior seperti kala mendepak Cristiano Ronaldo pasca timbul perpecahan, sosok yang mudah dikenali berkat kepala plontosnya itu juga siap terjun untuk mengasuh tim akademi.
Ya, benar. Anda tidak salah baca karena Ten Hag secara sukarela meminta untuk dijadikan juga manajer bagi tim U-23 Manchester United guna mempermudah menjebatani pemain muda promosi ke tim utama dengan menanamkan filosofi gubahannya sejak dini.
2. Dedikasi Tinggi
Sebenarnya hal itu bukan hal aneh mengingat di Ajax Amsterdam pun Erik ten Hag juga sudah menaruh perhatian lebih pada tim akademi. Bahkan jika punya waktu ia menyempatkan untuk menyaksikan laga U-8 dan U-9 di sela-sela kesibukannya sebagai manajer tim senior.
"Di Manchester United, tim U-23 sudah terpisah dari akademi namun para pemainnya bukan anggota tim senior. Cukup unik. Itulah kenapa saya turun tangan ke sana seperti di Ajax Amsterdam," beber Ten Hag.
"Di sana tim U-23 ada di bawah tanggung jawab manajer. Dengan demikian laju pemain muda ke tim senior lebih lancar. Tentu saja para pelatih utama di sana masih punya sejumlah kebebasan namun saya punya kuasa untuk menentukan banyak hal,"
"Contohnya menempatkan seorang pemain di posisi tertentu untuk seberapa lama. Ini sesuatu yang asing bagi Manchester United namun sudah saya diskusikan sejak lama dengan pihak klub," tambahnya lagi.
Mungkin akan ada kritik yang tertuju pada Ten Hag nantinya karena ia menolak untuk fokus dengan mengangkat performa tim senior namun sang juru taktik sudah punya cukup pembuktian sejauh ini.
Manchester United kini tengah menikmati keangkeran Old Trafford dimana dalam tujuh pertandingan terakhir di sana tujuh kemenangan pula bisa didapat. Empat nirbobol bisa dianggap sebagai bonus.
Ditambah lagi Setan Merah juga masih bertahan di semua kompetisi yang diikuti pada musim ini yakni Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga Inggris, dan Liga Europa.
Memang masih terlalu dini untuk menilai hasil kerja Ten Hag namun bohong bila ada yang bilang kreasinya di Manchester tidak menjanjikan.
Saat ini masih ada gap sembilan poin dari Arsenal, namun Manchester United tidak mustahil bisa menjadi juara Liga Inggris 2022/2023. Perlu diingat bahwa sejauh ini The Gunners baru sekali kalah dan itu disebabkan oleh The Red Devils.
Patut dinantikan bagaiman kelanjutan karier Erik ten Hag, si anak gedongan, di Manchester United. Apakah ia benar akan jadi the second coming of Sir Alex Ferguson atau hanya penambah panjang daftar nama yang gagal mengikuti jejak sukses sang manajer legendaris.