Performa Mulai Meningkat, Arema FC Keluhkan Wasit yang Tak Fair
INDOSPORT.COM - Arema FC memang telah menerima secara sportif atas hasil imbang 1-1 saat menghadapi Persis Solo di laga Liga 1 Indonesia di Stadion Maguwoharjo Sleman, Rabu (15/03/23).
Namun, masih ada hal yang mengganjal di benak tim dengan julukan Singo Edan itu, yakni terhadap kualitas wasit yang memimpin laga.
Sebagaimana diketahui, poin penuh yang seharusnya bisa dibawa pulang Arema FC harus buyar seketika karena keputusan krusial wasit.
Ginanjar Rahman Latief selaku pengadil lapangan hijau, memberi penalti yang cukup kontroversial pada menit 67 kepada Persis Solo.
Padahal, dari sejumlah tayangan ulang, nyaris tidak ada pelanggaran yang dilakukan Rizky Dwi Febrianto saat mengawal Samsul Arif.
Jelas, situasi ini sangat dikeluhkan oleh Arema FC. Perjuangan dan kerja keras pemain seolah sia-sia akibat sanksi penalti kontroversial itu.
"Kasihan anak-anak yang sudah berjuang. Pertandingan melawan Persis Solo berjalan sangat bagus," beber Manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas.
"Bagaimana kondisi mental pemain sudah mulai naik, bagus, tapi dicederai oleh kepemimpinan wasit seperti itu," tambah dia.
Karena penalti itu, tiga angka yang berada di depan mata harus melayang. Fernando Rodriguez sukses mengeksekusi penalti pada menit 67.
Arema FC pun harus menerima kenyataan berbagi 1 poin meski sempat unggul melalui gol Dendi Santoso sejak menit 26.
1. Padahal Performa Meningkat
Arema FC memang cukup layak untuk mengeluhkan kualitas wasit yang memimpin sejumlah laga di Liga 1 musim ini.
Pasalnya, klub menilai performa Johan Ahmat Farizi dkk sudah mulai meningkat dalam beberapa laga terakhir.
Dikhawatirkan, cara memimpin wasit seperti ketika ditahan imbang 1-1 Persis Solo Rabu (15/03/23) bisa mempengaruhi motivasi pemain.
"Intinya, perangkat pertandingan merugikan tim kami. Bahaya kalau seperti ini terus," ungkap Manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas.
"Rugi di sini adalah ketika tim sudah mulai naik lagi (motivasi dan performa), tapi hars drop lagi karena kepemimpinan wasit," sambung dia.
Dan yang paling dikhawatirkan, adalah tingginya tensi emosi pemain yang bisa berpangruh negatif terhadap tingkat kedisiplinan.
Dengan pengaruh sejumlah keputusan tak tegas wasit, pemain menjadi gampang tersulut emosi yang berujung kerugian terhadap sanksi kartu.
Indikasinya tampak dengan keluarnya 7 kartu dalam laga Arema FC versus Persis Solo. Wasit mencabut 6 kartu kuning dan 1 kartu merah.
"Kalau wasitnya tidak tegas seperti itu, pemain kedua tim bisa emosi. Jadinya para pemain seperti diadu," kritik Wiebie.
"Korbannya ya pemain. Kalau wasit lebih tegas, tidak mungkin ada gesekan," owner klub Liga 3, NZR Sumbersari FC itu menambahkan.