Kenapa Mendatangkan Nagelsmann Tidak Akan Selesaikan Masalah Chelsea Begitu Saja?
INDOSPORT.COM - Julian Nagelsmann belum genap dua pekan didepak dari posisi manajer Bayern Munchen namun kini ia dikaitkan dengan klub raksasa Liga Inggris, Chelsea.
Menyusul performa buruk yang tidak kunjung bisa diperbaiki secara meyakinkan oleh pelatih mereka saat ini, Graham Potter, The Blues merasa jika sang juru taktik muda asal Jerman cocok dijadikan pengganti.
Sejak memulai kariernya sebagai manajer tim senior pada 2016 silam bersama Hoffenheim, pamor Nagelsmann dari tahun ke tahun selalu menunjukkan kenaikan.
Pria yang harus pensiun dini sebelum bisa menjadi pemain profesional tersebut mulai menarik perhatian kala ia mampu menyelematkan Hoffenheim dari relegasi musim 2015/2016 Liga Jerman.
Ajaibnya di musim selanjutnya Der Blau langsung Nagelsmann bawa finis di empat besar sekaligus mengunci tiket ke Liga Champions 2017/2018.
Pada 2018/2019 masih bersama Hoffenheim, Julian Nagelsmann menjadi pelatih termuda di ajang tersebut dalam usia 31 tahun 58 hari. Julukan Mini-Mourinho pun semakin melekat padanya.
Semua sukses dini tersebut membuat RB Leipzig tertarik menjadikannya manajer dan sejak 2019/2020 namanya terdaftar sebagai nakhoda Die Roten Bullen.
Dua musim di Red Bull Arena cuma membuat Nagelsmann meraih dua kali kelolosan ke babak gugur Liga Champions plus sekali menembus final DFB-Pokal namun itu semua sudah cukup membuat Bayern Munchen mau mempekerjakannya.
2021/2022 menjadi kampanye perdananya di Bavaria namun dua titel dalam bentuk Piala Super Jerman dan Liga Jerman langsung masuk dalam CV pria yang dulunya bermain sebagai bek sentral tersebut.
Sayang di musim kedua, musim ini, Nagelsmann justru dipecat di tengah musim meski Bayern masih punya peluang juara di Liga Jerman maupun Liga Champions plus dengan rataan kemenangan 71,4% yang mana termasuk statistik elite bagi Die Roten sekalipun.
1. Warisi Masalah Pelik
Performa yang dianggap mulai tidak stabil ditambah dengan isu tidak lagi bisanya menguasai ruang ganti dan sejumlah gosip miring internal lain jadi alasan Bayern Munchen menendang Julian Nagelsmann yang sudah rela mereka tebus dengan rekor dunia, 25 juta Euro.
Namun itu bukan jadi soal karena Nagelsmann rumornya akan segera punya pekerjaan baru sebagai bos Chelsea.
Hanya saja pekerjaan tidak mudah sudah harus menunggu laki-laki 35 tahun itu di Stamford Bridge. Meneruskan tongkat estafet dari Graham Potter bukan sesuatu yang sepele.
Bukan karena Chelsea berisikan pemain yang tidak kompeten, justru sebaliknya. London Biru dipenuhi bintang-bintang berharga mahal hasil jor-joran Todd Boehly selaku pemilik baru.
Di 2022/2023 saja mereka sudah melakukan 16 pembelian mayor dengan dana yang dihabiskan mencapai lebih dari 600 juta Euro!. Logikanya Chelsea akan bertambah kuat namun nyatanya tidak semudah itu.
Semua orang juga tahu untuk membangun skuad yang bagus tidak hanya dibutuhkan pemain mahal dan berkualitas namun juga koneksi di antara mereka yang baik. Tidak ada gunanya menumpuk superstar yang tidak bisa melebur dalam satu taktik.
Ini masalah yang dialami oleh Potter. Tidak ada yang meragukan kecerdasannya saat masih melatih Brighton and Hove Albion namun begitu datang ke Chelsea seolah ia kehilangan otak encernya.
Potter kemungkinan besar tidak begitu paham dengan kualitas pemain yang Boehly berikan padanya namun itu bukan salah sang manajer Inggris. Isu beredar jika semua pemain tersebut datang atas keinginan manajemen dan bukan tim kepelatihan sehingga wajar sulit untuk dikalibrasikan.
Terlebih Potter bukan (atau belum punya) nama besar yang dengan mudah bisa merebut respek dari para pemain. Ia sama sekali belum pernah meraih trofi kala bekerja di lima liga top Eropa.
Nagelsmann akan dipaksa untuk membereskan semua ini jika benar nanti ia benar-benar digaet Chelsea. Pamor yang lebih tinggi ketimbang Potter mungkin bisa membantunya namun itu bukanlah jaminan.
2. Chelsea Harus Siap Gagal di Sisa Musim Ini
Seperti pelatih kebanyakan, Julian Nagelsmann butuh untuk didampingi pemain-pemain yang sudah pernah ia tangani atau setidaknya pahami gaya bermainnya untuk bisa dengan cepat mengimplementasikan strategi.
Di Bayern Munchen ia beradaptasi dalam waktu singkat karena pengalamannya di Liga Jerman membuatnya mengerti karakteristik para penggawa FC Hollywood.
Ditambah lagi ia juga bisa bereuni dengan Marcel Sabitzer dan Dayot Upamecano yang menjadi andalannya di RB Leipzig. Andai bertahan sedikit lebih lama mungkin ia pun berkesempatan untuk mendapatkan Konrad Laimer yang pada bursa transfer musim panas mendatang juga bakal merapat.
Kemudahan yang sama tidak akan Nagelsmann dapatkan bersama Chelsea. Ia belum pernah sekalipun melatih di Liga Inggris yang punya iklim serta gaya kompetisi yang jauh berbeda.
Chelsea belum tentu bisa membelikan para pemain yang ia inginkan karena sudah terlanjur habis-habisan untuk Graham Potter. Jika musim depan tidak lolos ke Liga Champions maka dompet Si Biru akan semakin terkuras dan dana untuk belanja pun kian menipis.
Maka dari itu baik manajemen maupun suporter Chelsea sama sekali tidak bisa berharap magis instan bisa tercipta di bawah Nagelsmann. Setidaknya sampai ia dibiarkan menjadi manajer untuk satu musim penuh.
Ada baiknya Todd Boehly bersabar saja dengan Potter sampai 2022/2023 usai meski itu artinya kans menembus kompetisi Eropa musim depan sirna.
Kontak awal dengan Nagelsmann di saat bersamaan tetap dilakukan untuk mencegah sang manajer dicomot oleh klub lain.
Bukan rahasia banyak kesebelasan top pasti menginginkan servis dari sang Mini-Mourinho seperti Real Madrid, Tottenham Hotspur, maupun klub Liga Jerman lain.
Begitu tiba di Stamford Bridge, Chelsea tidak boleh untuk mengulang kesalahan yang sama yakni menghujani Julian Nagelsmann dengan pemain yang tidak ia butuhkan. Cukup Graham Potter saja yang kariernya mereka olengkan karena kebijakan transfer membabi buta.
Baca berita sepakbola dan olahraga lainnya di Google News