Deretan Kebodohan Todd Boehly yang Bikin Chelsea Berantakan Musim Ini
INDOSPORT.COM – Raksasa Liga Inggris (Premier League), Chelsea, tengah berantakan musim ini. Carut-marut kondisi ini tak lepas dari kebodohan sang pemilik, Todd Boehly.
Awan hitam masih terus bersamayam di London Barat, tepatnya bersama salah satu klub papan atasnya, yakni Chelsea.
Hal ini menyusul kekalahan yang diderita tim berjuluk The Blues itu di pekan ke-30 Liga Inggris 2022/23 kala bertamu ke markas Wolverhampton Wanderers, Sabtu (08/04/23).
Dalam lawatannya kali ini, tim besutan Frank Lampard itu harus menelan kekalahan 0-1 dari tuan rumah lewat gol Matheus Nunes di menit ke-31.
Kekalahan itu pun terasa menyakitkan bagi Chelsea, mengingat hasil ini membuat The Blues harus tertahan di peringkat ke-11.
Apesnya, posisi ini justru mendekatkan Chelsea pada jeratan degradasi, menyusul raihan 39 poin dari 30 laga yang telah dimainkannya.
Torehan ini pun terbilang mengejutkan. Sebab, tim yang bermarkas di Stamford Bridge itu digadang-gadang akan menjadi kekuatan menakutkan.
Prediksi ini lahir karena aksi belanja jor-joran Chelsea di dua bursa transfer terakhir dengan biaya sebesar Rp5 triliun lebih.
Namun yang terjadi, Chelsea bukannya malah membaik dan malah justru memburuk, sehingga terpuruk di papan bawah klasemen.
Carut-marut ini tentu tak lepas dari kebijakan sang pemilik baru, yakni konsorsium Todd Boehly. Hampir semua kebijakannya membuat Chelsea berada dalam posisi mengenaskan. Apa saja kebijakan itu?
1. Ganti Pelatih 4 Kali Semusim
1. Memecat Thomas Tuchel
Carut-marut kondisi Chelsea, terutama di lapangan, tak lepas dari pemecatan tak berdasar yang dilakukan Todd Boehly kepada Thomas Tuchel.
Bukan rahasia lagi jika pemecatan yang dilakukan pada September 2022 lalu murni bukan karena performa Chelsea, melainkan intrik politik di tubuh manajemen.
Beredar kabar bahwa keputusan memecat ini dikarenakan Tuchel bagian dari rezim sebelumnya, Roman Abramovich. Ada pula kabar bahwa pelatih asal Jerman itu tak bisa diajak bekerjasama dengan pemilik baru.
Pemecatan ini pun terbukti fatal, karena laju Chelsea selepas kepergian Tuchel kian menjadi buruk. Maka tak heran jika pelatih berusia 49 tahun itu menyebut The Blues bukanlah klub yang ia kenal.
“Klub (Chelsea) telah berubah sepenuhnya. Karena klub saat ini telah jauh berbeda ketimbang saat saya masih ada di sana,” ujar Tuchel.
2. Tak Punya Visi soal Pelatih
Pemecatan Tuchel dan penunjukkan Graham Potter dalam waktu singkat membuktikan bahwa Todd Boehly melakukan blunder besar.
Pasalnya, pergantian ini terjadi di tengah musim dan Graham Potter bukanlah pelatih dengan nama besar dan kepribadian hebat untuk memimpin tim sekelas Chelsea.
Parahnya lagi, Todd Boehly memberikan kontrak lima tahun kepada Graham Potter. Sehingga, wajar rasanya jika harusnya ia bersabar terhadap pilihannya itu, karena pelatih yang bersangkutan akrab dengan proyek.
Namun, ia dan konsorsiumnya memilih memecat Graham Potter dan menggantikannya dengan Frank Lampard yang tak punya kiprah apik saat menukangi Chelsea.
Tercatat, Todd Boehly memiliki rapor merah dengan memiliki empat pelatih selama semusim, yakni Tuchel, Graham Potter, Bruno Saltor, dan Frank Lampard, yang membuktikan dirinya terus melakukan blunder.
2. Terlalu Jor-joran ke Pemain Muda
3. Aktif Berbelanja
Todd Boehly dan konsorsiumnya datang dengan visi apik, yakni mengandalkan pemain muda yang punya jam terbang tinggi untuk masa depan.
Tak ayal mereka rela mengeluarkan dana besar guna mendatangkan pemain-pemain muda yang tengah naik daun ke Chelsea.
Sebut saja Enzo Fernandez, Mykhaylo Mudryk, Noni Madueke, Wesley Fofana, Joao Felix, Benoit Badiashile, dan sederet pemain lainnya.
Selain itu ada pula sederet pemain matang lainnya yang punya nama besar seperti Raheem Sterling, Marc Cucurella, dan Kalidou Koulibaly.
Aktifnya Todd Boehly berbelanja pun membuat skuad Chelsea menumpuk, sehingga membuat pelatih manapun akan kesulitan menentukan skuadnya.
4. Terlalu Andalkan Darah Muda
Karena belanja yang aktif ini, Chelsea pun saat ini berisikan para pemain muda tanpa adanya banyak pemain senior yang bisa membimbingnya.
Hal ini pun menjadi kesalahan elementer Todd Boehly yang memilih berpaku pada proyeknya, ketimbang menyadari bahwa Chelsea tak pernah mengenal proyek sehingga bisa menjadi tim besar dan bermental juara.
Pemain muda memang baik untuk masa depan. Tapi pemain senior juga dibutuhkan untuk menyeimbangkan skuad dan menjaga keharmonisan ruang ganti.
Sayangnya, Todd Boehly melakukan blunder dengan memutuskan menjalankan proyeknya secara cepat dan merusak struktur serta filosofi yang dimiliki Chelsea di era Abramovich.
Hal-hal ini pun membuat Chelsea kini berada dalam titik nadir dan akan jadi pembelajaran penting bagi Todd Boehly beserta konsorsiumnya dalam petualangan perdananya sebagai pemilik klub sepak bola.