FC Utrecht, Akademi Eropa yang Paling Banyak Sumbang Pemain untuk Timnas Indonesia
INDOSPORT.COM - Tanpa disadari, timnas Indonesia dan tentunya PSSI harus banyak berterimakasih pada FC Utrecht.
Tanpa jasa kesebelasan kasta teratas Belanda tersebut, mungkin Garuda tidak akan punya banyak pemain keturunan dan naturalisasi top.
Statistik membuktikan jika Utrecht adalah klub Eropa terbanyak yang akademinya sudah menyumbang banyak bintang untuk timnas Indonesia yakni lima pemain.
Warna kedua tim yang sama-sama identik dengan merah dan putih membuat koneksi tidak terduga ini semakin unik. Semoga saja di masa depan akan semakin banyak didikan Utrecht yang bisa membela timnas Indonesia.
Siapa sajakah mereka yang pernah mengenyam pelajaran sepakbola bersama De Domstedelingen dan kini membela tim kebanggaan Nusantara? Berikut ulasannya.
1. Irfan Bachdim
Meski bukan pemain naturalisasi seperti keyakinan publik pada awalnya, Irfan Bachdim adalah katalis masuknya talenta berdarah campuran maupun pemain naturalisasi ke timnas Indonesia.
Ia lahir di Amsterdam, Belanda, dan sebelum dididik akademi FC Utrecht dirinya sempat bersekolah di Ajax Amsterdam juga Argon namun bersama Utrecht lah kesempatan menembus tim utama dan merasakan debut senior Irfan peroleh.
Debutnya untuk Utrecht datang di musim 2007/2008 saat masih remaja dalam sebuah laga kandang Liga Belanda melawan VVV Venlo yang berakhir dengan kekalahan 1-4. Setelanya Irfan tidak pernah lagi dimainkan namun ia sudah punya cukup bekal untuk menjadi pesepakbola pro seutuhnya.
Sang penyerang versatile melanjutkan kariernya di Asia dengan merumput di Thailand, Jepang, dan tentunya Indonesia. Di saat bersamaan, Irfan juga memikat hati fans timnas Indonesia tiap kali dipanggil membela negara.
Kini di usia 34 tahun, ia tidak lagi punya garansi berkostum Merah-Putih namun sejak 2010 sebanyak 40 caps dan 11 gol telah dikoleksinya. Untuk selamanya Irfan Bachdim akan dikenal sebagai salah satu bintang blasteran terbaik yang pernah dimiliki negara ini.
1. 2. Stefano Lilipaly
Layaknya Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly juga tidak lahir di Utrecht melainkan Arnhem. Hanya saja bersama FC Utrecht ia berhasil ditempa menjadi pemain muda potensial dan dipromosikan ke tim utama.
Pemain yang kini berusia 33 tahun itu dulunya belajar di akademi DCG Amsterdam dan AZ Alkmaar sebelm bergabung dengan Utrecht di 2001. Sedekade berselang empat penampilan senior ia dapatkan di Liga Belanda dan bahkan satu gol berhasil Lilipaly amankan.
Lepas itu petualangan Iniesta Indonesia ini berlanjut ke divisi bawah negeri tulip bersama Almere City, Telstar, dan juga Cambuur. Pada akhirnya ia pun berujung juga di tanah air dengan tiga klub sudah ia bela yakni Persija Jakarta, Bali United, dan kini Borneo FC.
Lilipaly meski tidak lagi muda masih terus berusaha untuk menjadi andalan bagi timnas Indonesia. Dalam pemusatan latihan terbaru, namanya masih masuk dalam daftar pemain yang dianggap memuaskan Shin Tae-yong.
Karier internasionalnya mungkin tidak lagi panjang namun bintang berdarah Maluku ini jelas masih belum habis. Terutama karena insting gol dan kreativitasnya masih bisa terlihat.
3. Marc Klok
Di antara semua pemain yang ada di daftar ini, Marc Klok adalah satu-satunya pemain yang bisa membela timnas Indonesia karena proses naturalisasi murni tanpa adanya darah keturunan.
Klok jatuh hati pada Indonesia setelah bermain di Liga 1 sejak 2017 bersama PSM Makassar. Ia pun bertekad untuk melepas paspor Belanda miliknya dan siap tinggal selama lima tahun penuh untuk memenuhi syarat menjadi WNI.
Pada 2022 silam akhirnya pemain yang kini berkostum Persib Bandung itu memainkan laga perdananya untuk timnas Indonesia. Total 13 caps dan empat gol sudah ia kumpulkan dan jadi salah satu nama pertama yang Shin Tae-yong selalu sisihkan tempat dalam skuad.
Klok adalah pemain tengah yang pandai dalam mengatur tempo juga ahli saat diserahi tugas mengeksekusi bola mati. Semua itu hasil belajar dari akademi FC Utrecht sejak usia belia.
Meski hanya bisa sampai level U-21 saja, namun playmaker 30 tahun itu tetap berkembang menjadi atlet yang baik. Ia punya keberanian untuk betualang ke negara lain termasuk Inggris, Skotlandia, dan Bulgaria sebelum datang ke Indonesia.
2. 4. Shayne Pattynama
Saat artikel ini ditulis Shayne Pattynama memang belum melakoni debutnya bersama timnas Indonesia namun ia sudah resmi menjadi WNI per 2023. Ia sempat mendapat panggilan pada Maret tahun yang sama namun masalah administrasi jadi penghalanya dirinya untuk datang.
Namun Pattynama tidak perlu berkecil hati. Terlepas dari kelalaian PSSI dan pemerintah untuk memastikan jalannya mendapakan caps pertama tetap mulus, akan selalu ada kesempatan berikutnya.
Penggawa klub Norwegia, Viking FK, itu diyakini akan jadi opsi luar biasa penting bagi timnas Indonesia. Usianya pun baru 24 tahun yang artinya kariernya masih sangat panjang.
Pattynama pun masih aktif bermain di Eropa yang artinya kualitas sang sayap kidal tetap jauh di atas rata-rata pemain asli Indonesia. Uniknya, pemuda yang punya darah Maluku dari ayahnya yang menikah dengan wanita Belanda tersebut dulunya tidak sempat menjalani debut pro bersama FC Utrecht.
Kesulitan menembus tim utama pada 2019 silam, ia kemudian memilih hijrah ke Telstar. Bukan pilihan mudah karena ia sudah menghabiskan nyaris sepuluh tahun di sana dengan impian tampil di Stadion Galgenwaard yang penuh dengan fans.
5. Ivar Jenner
Seperti halnya Shayne Pattynama, Ivar Jenner adalah bagian dari gelombang baru masuknya pemain keturunan dari Belanda ke timnas Indonesia. Hanya saja wonderkid 19 tahun ini diprediksi akan punya karier yang jauh melampaui para pendahulunya.
Saat ini Jenner masih menjadi bagian dari akademi FC Utrecht dan bukan sebagai pemain biasa, namun salah satu bakat terbesar yang klub itu punya. Kontrak sampai 2024 dan telah sekali dipanggil ke Belanda U15 jadi buktinya.
Jenner adalah pemain dengan posisi gelandang sentral dan diproyeksi akan menjadi bintang kunci untuk Merah-Putih kelompok umur. Andai bermain sesuai harapan, maka dipastikan jalan menuju tim senior akan lapang terhampar.
Diharapkan kariernya bersama FC Utrecht akan awet hingga jenjang pro yang artinya talenta pemuda asli kelahiran Utrecht pada 10 Januari 2004 itu tertempa dengan baik.
Bahkan jika bisa Jenner nantinya bisa mengembangkan sayap dengan berlabuh ke salah satu klub liga top Eropa yang tentunya akan sangat menguntungkan timnas Indonesia. Hanya waktu yang bisa membuktikan.