Kilas Balik Timnas Indonesia di SEA Games 1991: Latihan Keras Berujung Emas
INDOSPORT.COM – Mengenang sepak terjang Timnas Indonesia saat terakhir kali meraih medali emas di cabang olahraga sepak bola, yakni pada SEA Games 1991.
Total sudah tiga dekade lebih lamanya Timnas Indonesia merayakan medali emas yang didapat pada pesta olahraga dua tahunan bertajuk SEA Games.
Raihan itu didapat pada pada SEA Games 1991 yang digelar di Filipina. Sejak saat itu, tim Merah Putih selalu gagal dalam usahanya meraih gelar juara.
Sejak terakhir meraih medali emas pada SEA Games 1991, Timnas Indonesia hanya mampu meraih empat medali perak dan tiga medali perunggu dalam 15 edisi setelahnya.
Hal ini pun menjadi catatan miris, mengingat Timnas Indonesia tertinggal jauh dari rival-rivalnya setelah terakhir kali meraih medali emas.
Usai meraih medali emas di SEA Games 1991, Timnas Indonesia tertinggal dari Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Dua nama terakhir bahkan masing-masing mampu membawa dua medali emas dalam 15 edisi terakhir.
Dengan kiprah tersebut, Timnas Indonesia di SEA Games 1991 pun ibarat menjadi legenda, karena keberhasilannya tersebut.
Apalagi perjalanan skuad Garuda untuk merengkuh medali emas di edisi ke-16 SEA Games itu didapat dengan cara yang tak mudah.
Kisah keberhasilan Timnas Indonesia saat itu selalu menjadi perbincangan, sehingga berbuah frasa bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil.
INDOSPORT pun akan mencoba mengenang sepak terjang Timnas Indonesia di SEA Games 1991 yang berhasil meraih medali emas, dan menjadi emas terakhir tim Merah Putih di ajang tersebut hingga saat ini.
1. Perjalanan Timnas Indonesia
Pada SEA Games 1991 silam, para kontestan masih menggunakan pemain senior atau tim senior masing-masing. Aturan menggunakan pemain muda baru diberlakukan 10 tahun kemudian atau 2001.
Meski diperbolehkan turun dengan pemain senior, pelatih Timnas Indonesia saat itu, Anatoli Fyodorich Polosin, justru membawa banyak pemain muda.
Dari 18 pemain yang dibawa, 10 pemain di antaranya saat itu adalah pemain muda seperti Widodo C Putro, Rochi Putiray, Peri Sandria, hingga Sudirman yang baru berusia 21 dan 22 tahun.
Sedangkan delapan pemain lainnya adalah pemain berlabel bintang seperti Robby Darwis, Ferril Hattu, Kas Hartadi, hingga Yusuf Ekodono yang jadi andalan di tim senior.
Pasca menentukan para pemain pilihannya, Polosin membawa 18 pemain Timnas Indonesia untuk melakoni pemusatan latihan.
Alih-alih berlatih taktik, pelatih asal Rusia itu justru menekankan latihan fisik secara intens, seakan ia menyadari bahwa kekurangan Timnas Indonesia itu adalah soal fisik.
Latihan fisik ekstra keras ini bahkan berbuah kisah unik, di mana sebagian pemain bahkan tak tahan, muntah-muntah, dan kabur dari pemusatan latihan.
Tapi latihan keras ini justru berbuah manis. Timnas Indonesia bisa tampil garang sepanjang SEA Games 1991 hingga meraih medali emas.
Tak tanggung-tanggung, Polosin bisa membuat Timnas Indonesia menyabet medali emas dengan status mentereng, yakni Unbeaten atau tak terkalahkan.
2. Unbeaten hingga Jadi Juara
Latihan keras dan perjudian Polosin membawa mayoritas pemain muda telah menunjukkan hasil sejak laga pertama SEA Games 1991.
Di laga pertama, dua pemain muda Timnas Indonesia, yakni Widodo C Putro dan Rochi Putiray, mampu mencetak gol kemenangan atas Malaysia.
Di laga kedua, giliran pemain senior Robby Darwis yang membawa Timnas Indonesia menang atas Vietnam lewat gol semata wayangnya.
Lalu di laga terakhir grup B, kombinasi pemain senior dan muda yakni Ferril Hattu dan Rochi Putiray membawa Timnas Indonesia Comeback atas tuan rumah Filipina.
Lolos ke semifinal dengan status juara grup B, Timnas Indonesia kemudian ditantang oleh Singapura. Bertanding di Rizal Memorial Stadium, tim Merah Putih berhasil menang.
Kemenangan ini didapatkan lewat adu penalti, setelah dua penendang Singapura, yakni Thambiah Pathmanathan dan Saaid Shukor gagal menuntaskan tugasnya.
Kemenangan ini mengantarkan Indonesia ke final dan menghadapi tim kuat yakni Thailand di partai puncak SEA Games 1991.
Di final ini, laga berjalan imbang selama waktu normal dan babak Extra Time, sehingga pertandingan dilanjutkan ke adu penalti.
Kiper Timnas Indonesia kala itu, Eddy Harto yang jadi pahlawan di semifinal, kembali menjadi pahlawan di final usai berhasil menepis eksekutor penalti Thailand ke-6, yakni Pairote Puangchan.
Tepisan tangan emas Eddy Harto, serta fisik yang telah ditempa saat pemusatan latihan, membawa Timnas Indonesia meraih medali emas dengan status Unbeaten atau tak terkalahkan.
Hebatnya, dari lima pertandingan yang ada, gawang Timnas Indonesia hanya dibobol sekali saja, yakni kala Erick Ibrahim didapuk sebagai kiper menggantikan Eddy Harto saat melawan Filipina.