Kisah Inspiratif 3 Anak Pantai di Timnas Indonesia, Ada Okto Maniani
INDOSPORT.COM - Banyak talenta dan bakat pesepak bola Liga 1 Indonesia yang lahir dari lingkungan sederhana, bahkan jauh dari iklim sepak bola. Salah satunya pesisir pantai.
Ada tiga pemain yang lahir dan besar dengan suasana yang identik dengan laut serta pantai. Tapi, berkat kerja keras dan kemauan serta tekat yang kuat, orang-orang ini akhirnya mampu menggapai kesuksesan.
Tiga pemain yang dimaksud adalah Muhammad Kanu, Hendro Siswanto, dan Oktovianus Maniani. Mereka berasal dari keluarga nelayan.
Tidak mudah bagi ketiganya untuk mencapai level terbaiknya saat ini. Ada yang harus merantau jauh dari keluarga saat awal-awal meniti karier.
Ketiga pemain tersebut juga pernah mendapat kehormatan membela timnas Indonesia, baik dari level kelompok umur maupun senior. Seperti apa kisah ketiga pemain tersebut? Berikut pembahasan INDOSPORT.
Mohammad Kanu Helmiawan
Gelandang Persis Solo ini datang dari keluarga sederhana. Ayahnya, Mohammad Helmi, merupakan seorang nelayan dan sang ibu, Sugiyanti, seorang ibu rumah tangga, tapi Kanu bertekad menjadi pesepak bola sukses.
Pemain berpostur 1,76 meter itu mengatakan kedua orang tuanya berperan besar dan terus memotivasinya, sehingga ia wajib membanggakan keluarga.
Muhammad Kanu lahir di Jakarta, 27 April 2001. Ia mengawali karier sepak bola pertama dengan bergabung ke SSB UMS Jakarta pada 2008. Setelahnya, ia pindah ke SSB Mutiara Cempaka Arcici dan Asiop Apacinti.
Pada 2016, Kanu masuk ke PPLP Sumatra Barat dan 2017 bergabung ke tim Persija U-19. Setahun berselang, dia lalu bergabung ke Borneo FC U-19 dan musim 2019 ke klub Liga 2, Babel United yang kemudian berubah nama menjadi Muba Babel United.
Pada 2021, Kanu kemudian bergabung ke Persis Solo dan sukses menjuarai Liga 2 lalu promosi ke kasta teratas. Tetapi, dia sempat dipinjamkan ke PSS Sleman ketika Liga 2 2021 berakhir dan baru kembali begitu Liga 1 2022-2023 dimulai.
Musim lalu, Kanu memmainkan 21 pertandingan dan mendapat tiga kartu kuning. Dia jadi starter dalam 13 pertandingan dan delapan kali masuk sebagai pemain pengganti.
Berlabel pemain serba bisa, baik sebagai gelandang maupun bek, Kanu sempat dipanggil ke timnas Indonesia U-19 pada 2021. Dia juga masuk seleksi timnas U-22 untuk SEA Games 2023, tapi tak dibawa ke Kamboja.
1. Hendro Siswanto
Hendro berasal dari dusun Rembes, Desa Gesikharjo, Palang, Kabupaten Tuban. Dusun yang jadi tempat lahir dan tumbuh merupakan salah satu sentra Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Keluarga Hendro juga bekerja sebagai nelayan.
“Sampai sekarang bapak saya juga masih melaut. Kadang kalau tidak ada kompetisi saya juga membantu bapak dan tetangga,” ucap Hendro Siswanto beberapa waktu lalu.
Gelandang berusia 33 tahun itu adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Wajiyan dengan almarhumah Kunasri. Hendro sedari kecil punya keinginan besar menjadi pesepak bola.
Keinginan yang begitu keras membuat orang tua Hendro memberikan dukungan penuh hingga akhirnya dia sukses seperti sekarang. Toh, hidup di daerah pesisir membuat karakternya tangguh dan keras, bahkan berpengaruh kepada gaya bermain.
Dari bermain-main di sekitar rumah, Hendro akhirnya berguru di SSB Semen Gresik Tuban. Setelah itu, ia memberanikan diri mencari peruntungan di luar Tuban.
Pada 2007, ayah tiga anak itu membela Persida Sidoarjo, lalu menyeberang ke Pulau Garam, Madura, dan bergabung dengan Persepam Pamekasan.
PON 2008 Kaltim menjadi babak baru bagi Hendro. Ia membawa Jawa Timur mempertahankan medali emas sekaligus membuka jalan menuju kompetisi tertinggi Indonesia.
Setelahnya, dia sempat bergabung ke PSIS Semarang (2008/09), Persiba Balikpapan (2009) dan Persela Lamongan (2010).
Hendro lalu mendapat tawaran dari Arema Indonesia yang saat itu berlaga di IPL 2011-2012. Hanya lima pertandingan, ia pindah ke Arema ISL, yang kini menjadi Arema Cronus, hingga berhasil mengantarkan tim ini menjadi juara Piala Bhayangkara 2016.
Pada 2021, Hendro memutuskan merantau ke Kalimantan Timur dan bermain untuk Borneo FC. Di Liga 1 2021 dan 2022, total dia telah memainkan 65 pertandingan dengan catatan satu gol dan dua assist untuk Pesut Etam.
Hendro pernah dipanggil membela timnas Indonesia U-19, timnas U-23, hingga tim senior. Debutnya bersama skuad Garuda senior terjadi pada 2013.
2. Oktovianus Maniani
Okto lahir dari keluarga nelayan dan mulai meretas mimpi di Desa Hamadi. Bakat bermain sepak bola diasah secara otodidak dengan berlatih rutin di pinggiran pantai.
Tekadnya jadi pemain profesional ketika itu adalah ingin mengubah nasib keluarga. Pasalnya, pesepak bola menerima bayaran mahal.
"Saya ingin bermain sepak bola karena banyak hal bisa dilihat oleh mata saya. Banyak senior yang punya kehidupan sejahtera dalam meniti karier di dunia sepak bola," ujar Oktovianus Maniani beberapa waktu lalu.
"Di situlah timbul rasa untuk menjadi pesepak bola profesional. Saya ingin mengubah nasib lewat olahraga yang saya cintai," imbuhnya.
Di usia yang terhitung muda, karier pesepakbola kelahiran 27 Oktober 1990 itu melesat cepat. Okto menjadi salah satu pemain bintang yang dipuja publik di Piala AFF 2010.
Okto membela skuad Garuda dalam 14 pertandingan dengan catatan dua gol. Dia bermain di Piala AFF, Kualifikasi Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia dan uji coba internasional.
Di level klub, Okto Maniani pernah membela PSMS Medan (2008), Persidafon Dafonsoro, Persitara Jakarta Utara (2009), Sriwijaya FC (2010), Persiram Raja Ampat (2011), Barito Putera (2013), Perseru Serui (2014), dan Borneo FC (2014).
Selain itu, ada Persiba Bantul (2014), Carsae FC (2016), Arema Cronus (2016), Persebo Musi (2017), Persewar (2019) dan PSBS Biak (2022) yang merasakan servis Okto.