ā˜°
x

Final Liga Champions Pertemukan Inter Milan vs Man City, Ajang Edin Dzeko Buktikan Diri

Kamis, 18 Mei 2023 22:03 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
Begitu Manchester City dipastikan mengisi slot tim kedua final Liga Champions 2022/2023 menghadapi Inter Milan, banyak perhatian yang teruju pada Edin Dzeko. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo

INDOSPORT.COM - Begitu Manchester City dipastikan mengisi slot tim kedua final Liga Champions 2022/2023 menghadapi Inter Milan, banyak perhatian yang teruju pada Edin Dzeko.

Bomber gaek I Nerazzurri itu dulunya adalah salah satu bintang The Citizens periode 2011-2015 dan tentunya punya banyak kisah dan memori di sana.

Dzeko sendiri cukup antusias dalam menyambut reuni lapangan pertamanya dengan sang mantan klub.

Melalui akun Twitter resminya, pemain internasional Bosnia-Herzegovina tersebut memberi kode tidak sabar untuk memainkan partai final Liga Champions yang rencananya digelar pada 11 Juni mendatang di Ataturk Olympic Stadium, Turki.

"Sampai jumpa di Istanbul @ManCity," begitu bunyi pesan singkat Dzeko yang ia unggah pada Kamis (18/05/23) itu.

Baca Juga

Secara usia, Dzeko memang tidak lagi muda. Striker jangkung tersebut sudah menginjak usia 37 tahun. Umur yang sangat senja bagi ukuran pemain profesional di liga top Eropa apalagi untuk yang akan tampil di partai sebesar final Liga Champions.

Akan tetapi tetap ada kemungkinan besar ia akan menjadi pemain utama bagi Inter Milan nantinya untuk menjebol pertahanan Manchester City.

Baca Juga

Musim ini Edin Dzeko masih sangat produktif dengan membukukan 14 gol dan lima assist dari 48 penampilan di segala ajanh yang sekaligus membuktikan jika level kebugarannya pun terbilang mengagumkan.

Salah satu gol terpenting Dzeko di 2022/2023 adalah ketika membuka keunggulan timnya atas AC Milan pada leg pertama semifinal Liga Champions.

Dzeko jelas belum habis kendati masa emasnya mungkin sudah lama terkikis. Di final nanti ia akan coba membuktikan pada Manchester City jika mereka sudah mensia-siakan salah satu nomor 9 terbaik dunia.

Baca Juga

1. Selalu Dibawah Bayang-bayang Aguero

Sergio Aguero

Kisah Edin Dzeko bersama Manchester City dimulai pada Januari 2011 kala sang kesebelasan kaya raya membelinya dari VfL Wolfsburg seharga 27 juta Pounds.

Penampilan gemilangnya bersama Die Wolfe yang berbuah 85 gol, 35 assist, dan satu trofi Liga Jerman dalam empat musim saja membuat The Citizens rela merogoh kocek dalam-dalam. Bahkan nomor punggung 10 juga diberikan.

Tidak tanggung-tanggung, ia langsung dijadikan duet utama bagi Carlos Tevez meski skuad asuhan Roberto Mancini juga punya opsi 'wah' lain dalam diri Emmanuel Adebayor dan Mario Balotelli.

Mengingat ia bergabung di tengah musim dan perlu menyesuaikan diri dengan banyak hal, enam gol yang Dzeko bukukan dari 21 partai kompetitif masih terbilang bagus. Apalagi di bulan yang sama dengan kedatangannya ke Etihad Stadium predikat pemain terbaik bulanan Manchester City bisa disabetnya.

Musim itu Dzeko belum berhasil mengantarkan Manchester Biru menjuarai apapun kecuali Piala FA namun ada optimisme di 2011/2012 raihan yang lebih baik bisa dicapai. Tentu dengan sang Berlian Bosnia sebagai tumpuan.

Baca Juga

Kepergian Adebayor ke Tottenham di musim panas seolah semakin menguatkanĀ  firasat jika manajemen akan lebih memusatkan permainan pada Dzeko namun justru Sergio Aguero dari Atletico Madrid merapat dengan banderol 36 juta Euro.

Mancini pun lebih memilih untuk memasang Aguero di lini depan lebih sering ketimbang Dzeko. Nama pertama punya 39 start di semua ajang yang berbuah 30 gol dan menjadi top skor tim di akhir musim. Sementara itu Dzeko tetap bisa jadi tersubur kedua berkat 19 gol dari 26 start.

Baca Juga

Dzeko pun lama-kelamaan kian akrab dengan julukan super sub berkat kontribusi apik yang kerap ia hantarkan dari bangku cadangan. Meski konotasinya positif namun panggilan tersebut membuat telinga Dzeko panas dan bukan sekali dua kali saja ia menyatakan dengan tegas hanya mau menjadi striker utama dan bukannya ban serep Aguero.

"Saya belum pernah jadi super sub sebelum datang ke City. Saya selalu bermain menit pertama dan bikin banyak gol," ungkap Edin Dzeko pada The Guardian pada medio musim 2012/2013.

"Duduk di bench membuat saya frustasi terutama jika performa sedang bagus tapi saya punya motto untuk selalu siap kapan saja demi tim," tambahnya lagi.

Baca Juga

2. Putuskan Hijrah dan Takjubkan Italia

Edin Dzeko di Inter Milan. REUTERS-Ciro De Luca

Kondisi bak anak tiri Edin Dzeko di Manchester City bila dibandingkan dengan Sergio Aguero maupun penyerang lain yang jadi rekannya bahkan diakui sendiri oleh Micah Richards yang juga menjadi penggawa The Sky Blues masa itu.

Richards yang kini aktif tampil di layar kaca sebagai pundit sedikit menyesali karena Dzeko kerap terlupakan. Bahkan momen paling ikonik Manchester City kala mengunci titel Liga Inggris 2011/2012 dalam partai vs Quees Park Rangers pun sebenarnya ada peran besar Dzeko namun gol dramatis Aguero lebih diingat kebanyakan orang.

"Edin pemain brilian. Pribadi paling baik yang pernah saya temui. Saya rasa ia pasti tidak senang karena saat orang bicara soal City semuanya akan mengenai Aguero. Semua orang cinta Balotelli, semua orang suka Tevez, namun Dzeko selalu jadi nomor dua," beber Richards pada CBS Sports.

"Contohnya di pertandingan melawan QPR. Memang ada momen magis Aguero namun Dzeko mencetak gol penyama skor lebih dulu. Gol yang luar biasa vital," imbuhnya kemudian.

Merasa jika dirinya tidak akan bisa berkembang secara maksimal di Manchester City, Dzeko kemudian memutuskan untuk hijrah ke Italia pada bursa transfer musim panas 2015 dan nomor punggung 10 miliknya pun diambil Aguero. Klub pertama yang ia tuju adalah AS Roma.

Baca Juga

Bersama Serigala Ibukota, ia bertahan selama enam musim dan tidak satupun yang dilewatkan tanpa mencetak dua digit gol. Di 2016/2017 predikat top skor Liga Italia bahkan digondolnya berkat torehan 29 lesakan.

Per 2021/2022, Dzeko kemudian menyebrang ke Inter Milan. Kendati saat menjejakkan kaki ke kota mode usianya sudah mulai mendekati kepala empat, namun ketajamannya tetap belum hilang juga.

Baca Juga

Kini sudah dua musim beruntun rekor minimal 10 golnya tiap musim di Italia masih bisa terjaga dalam kostum biru dan hitam ala La Beneamata. Bukan tidak mungkin pada musim depan kontraknya akan diperpanjang untuk setahun lagi.

Sekali lagi, Edin Dzeko memang sudah memasuki senja karier dan fisiknya tidak lagi sekuat dulu namun kematangan isi kepalanya masih bisa menjadi senjata berbahaya.

Di final Liga Champions nanti, Manchester City sebaiknya mewaspadai ambisi sang mantan striker untuk membuktikan diri. Baik dipasang sebagai starter, atau dijadikan super sub.

Baca Juga
Manchester CityLiga ChampionsInter MilanEdin DzekoSergio Aguero

Berita Terkini