x

Napak Tilas Liga Champions 2009/2010, Terakhir Kali Inter Milan ke Final dan Juara

Kamis, 18 Mei 2023 19:35 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
Inter Milan dipastikan menjadi tim pertama yang melaju ke final Liga Champions 2022/2023 pada Rabu (17/05/23) dini hari WIB. (Foto: REUTERS/Alessandro Garofalo)

INDOSPORT.COM - Inter Milan dipastikan menjadi tim pertama yang melaju ke final Liga Champions 2022/2023 pada Rabu (17/05/23) dini hari WIB.

Sukses mereka mengalahkan rival sekota, AC Milan, dengan agregat skor 3-0 membuat tim asuhan Simone Inzaghi tersebut akan menghadapi Manchester City pada partai puncak nanti.

Tidak ada yang mengira jika Inter Milan akan melaju sejauh ini di Eropa pada awal musim.

Terutama jika melihat undian fase grup mereka yang mengharuskan Nerazzurri harus berjumpa dengan Bayern Munchen, Barcelona, dan Viktoria Plzen.

Ditambah lagi kemampuan Inzaghi untuk memimpin tim juga selalu dipertanyakan bahkan sejak musim lalu yang jadi musim debutnya bersama Inter Milan sampai detik ini dimana tiga trofi mayor telah ia persembahkan.

Baca Juga

Akan tetapi pada akhirnya mantan bos Lazio itu kembali membuktikan dirinya memang pelatih jempolan. Ia adalah manajer pertama La Beneamata yang bisa membawa tim menuju ke final Liga Champions setelah Jose Mourinho pada 2009/2010 silam.

Hanya saja Inzaghi tetap tidak bisa membandingkan capaiannya dengan Mourinho. Terlalu banyak perbedaan di antara tim beda generasi tersebut.

Baca Juga

The Special One memimpin salah satu skuad paling dominan Inter Milan sepanjang masa dengan diperkuat bintang-bintang ternama macam Javier Zanetti, Dejan Stankovic, Lucio, hingga Julio Cesar.

Sementara itu Inzaghi tidak seberuntung itu. Nicolo Barella, Andre Onana, dan Lautaro Martinez memang pemain berkualitas namun level mereka masih jauh di bawah.

Namun tidak ada salahnya mengenang lagi kampanye sukses Inter Milan di Liga Champions 13 tahun lalu. Kisah dari para legenda dan pendahulu mereka mungkin bisa menginspirasi tim saat ini dan fans menatap final nan berat nanti.

Baca Juga

1. Bursa Transfer Brilian

Jose Mourinho, pelatih Inter Milan di Liga Champions 2009/2010

Seperti musim 2022/2023, sebelumnya tidak ada yang menjagokan Inter Milan sebagai favorit teratas untuk menjuarai Liga Champions 2009/2010.

Salah satu penyebabnya adalah kepergian striker utama Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona. Bomber Swedia itu berasalan jika dengan bergabung bersama Los Cules peluanganya untuk mengangkat trofi Kuping Besar akan semakin besar.

Akan tetapi Inter Milan beruntung punya Jose Mourinho. Bersama para petinggi klub, ia membuat bursa transfer musim panas 2009 yang bisa jadi petaka menjadi bursa transfer yang tak terlupakan.

Dalam negosiasi bersama Barcelona untuk Ibrahimovic mereka meminta untuk diberikan Samuel Eto'o, seorang penyerang kelas dunia yang kala itu dianggap sang raksasa Spanyol tidak lebih bagus ketimbang Ibrakadabra.

Pada akhirnya Eto'o justru bisa tampil tajam musim itu dengan sumbangan 16 gol. Hanya lima gol lebih sedikit dari Ibrahimovic di musim debutnya untuk Barcelona.

Baca Juga

Tidak cukup sampai di situ, Mourinho juga menggaet Diego Milito dari Genoa. Pada awalnya banyak yang heran kenapa Inter Milan mau mendatangkan striker 30 tahun dari klub papan tengah seharga 28 juta Euro namun semua tanda tanya ia bungkam dengan 30 gol plus gelar pemain dan bintang terbaik Italia.

Goran Pandev yang didatangkan gratis dari Lazio melengkapri trio lini serangan Inter Milan. Namun kepingan terpenting tim luar biasa ini tetaplah Wesley Sneijder, playmaker Belanda yang dibeli murah dari Real Madrid dengan hanya 18 juta Euro saja.

Baca Juga

Kwartet Eto'o, Milito, Pandev, dan Sneijder kemudian menjadi motor serangan Inter Milan sepanjang musim dan meskipun 2009/2010 adalah musim pertama keempatnya bermain bersama, namun chemistry instan langsung bisa terlihat.

Ditambah dengan para pion yang sudah lebih dulu stabil seperti Walter Samuel, Maicon, Javier Zanetti, Ivan Cordoba, Dejan Stankovic, Esteban Cambiaso, Julioc Cesar dan lain-lain, Mourinho punya skuad yang kedalamannya tidak main-main.

Walau demikian bukan berarti Liga Champions bisa mereka menangkan begitu saja. Masih ada halangan dari berbagai klub kuat termasuk Barcelona yang kala itu dianggap sebagai tim terbaik yang nyaris mustahil untuk dikalahkan dengan taktik tika-taka ala Pep Guardiola-nya.

Baca Juga

2. Underdog dari Awal hingga Akhir

Inter Milan saat merayakan kemenangan sebegai juara Liga Champions musim 2010

Sialnya Inter Milan sudah harus bersua dengan Barcelona kala mereka disatukan di Grup F. Bersama keduanya juga ada kapiun Rusia, Rubin Kazan, dan juara Ukraina, Dynamo Kyiv.

Namun Jose Mourinho masih bisa membawa Biru-Hitam lolos ke fase knock-out dengan bekal sembilan poin walau tidak bisa sekalipun mengalahkan El Barca.

Di 16 besar Mourinho diwajibkan untuk bereuni dengan klub lamanya, Chelsea, yang kala itu ditangani oleh Carlo Ancelotti dan tengah berada dalam jalur menjadi juara Liga Inggris.

Akan tetapi The Blues justru bisa diatasi dengan cukup mudah. Agregat 3-1 menjadi pengantar Inter Milan menuju perempat final dimana mereka juga bisa melewati hadangan CSKA Moscow (2-0).

Ujian kesiapan juara Inter Milan di Liga Champions baru hadir di semifinal dimana takdir kembali menjodohkan mereka dengan Barcelona. Tidak mau pengalaman pahit fase grup terulang, Mounrinho menggembleng skuadnya dengan baik sebelum big match digelar.

Baca Juga

Pada leg pertama yang dimainkan di Giuseppe Meazza, Barcelona sempat unggul lebih dulu via gol Pedro Rodriguez namun Wesley Sneijder, Maicon, dan Diego Milito memastikan skor akhir menjadi 3-1.

Hanya butuh hasil imbang di Camp Nou untuk lolos ke final, Mourinho kemudian memasang strategi bertahan total yang jadi andalannya. Begitu peluit panjang dibunyikan tanda akhir pertandingan dan papan skor hanya menunjukkan angka 1-0 untuk Barcelona, sang allenatore Portugal tidak kuasa menahan emosinya dan melakukan selebrasi masuk lapangan yang hingga kini terpatri di memori publik.

Baca Juga

Di final kemudian Inter Milan harus menghadapi Bayern Munchen asuhan Louis van Gaal yang lagi-lagi lebih difavoritkan. Akan tetapi lagi-lagi Jose Mourinho bisa keluar seagai pemenang dengan caranya sendiri.

Dengan Santiago Bernaebeu sebagai saksi, Inter Milan menaklukkan Bayern Munchen dengan skor 2-0 meski kalah dalam hal penguasaan bola 68% berbandung 32%. Bahkan kedua gol yang dicetak oleh Milito tersebut tercipta berkat dua tembakan tepat sasaran mereka sepanjang 90 menit.

Begitulah kisah bagaimana Inter Milan menjadi juara Liga Champions 2009/2010. Tantangan mereka di 2022/2023 akan jauh lebih sulit namun bukan mustahil Nerazzurri mereplika semuanya.

Baca Juga
Samuel Eto'oBarcelonaJose MourinhoLiga ChampionsBayern MunchenInter MilanWesley SneijderDiego Milito

Berita Terkini