Kepentok Perizinan, Piala Indonesia 2023/24 Bisa Batal Gara-gara Tahun Politik
INDOSPORT.COM - Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahjono, baru saja mengungkapkan alasan kekosongan Piala Indonesia tahun depan. Pertimbangan utamanya adalah kesulitan mendapatkan izin.
Awalnya, Piala Indonesia sempat dibahas dan harus jadi agenda tahunan sepak bola nasional. Tapi, ada opsi untuk ditiadakan berdasarkan hasil sarasehan beberapa waktu lalu.
Ada beberapa pertimbangan, salah satunya adalah kemungkinan sulitnya mendapatkan izin, apalagi akan ada agenda politik tahun depan.
Sebagai informasi, Piala Indonesia biasanya melibatkan klub dari Liga 1, Liga 2 dan Liga 3. Ibarat turnamen domsetik yang pemenangnya bisa mengantongi tiket tampil di kompetisi Asia, Piala AFC.
"Piala Indonesia sebenarnya sudah dibahas, idealnya ada," tutur Teddy Tjahjono saat acara diskusi untung rugi format baru kompetisi oleh SJFC di Jakarta, Rabu (31/5/23).
"Tapi tahun depan ada tahun politik jadi akan sulit dapat izin untuk liga dan Piala Indonesia bersamaan, jadi diputuskan ditiadakan. Mungkin setelah tahun politik selesai," cetusnya.
Piala Indonesia juga tidak digelar PSSI tahun lalu. Ketua Umum PSSI saat itu, Mochamad Iriawan, menyampaikan penyebab kejuaraan batal bergulir, yakni masalah waktu dan kesulitan mendapat sponsor.
PSSI mengaku kesulitan menentukan jadwal untuk menggelar Piala Indonesia. Sebab, kompetisi Liga 1 dan Liga 2 saat itu baru saja bergulir.
Awalnya, Piala Indonesia 2022 bakal diikuti sebanyak 64 klub terdiri dari 18 klub Liga 1, 28 klub Liga 2 dan 18 klub Liga 3. Pertandingan menggunakan sistem gugur.
Piala Indonesia terakhir digelar pada 2018-2019. PSM Makassar keluar sebagai juara setelah mengalahkan Persija Jakarta di final dengan skor 2-1 secara agregat (format home away).
PSM pun bermain di Piala AFC 2022. Tapi, langkah Juku Eja di Piala AFC terhenti setelah di final zona ASEAN kalah dari Kuala Lumpur FC dengan skor akhir 2-5.
1. Tak Mau Rugi
Sementara itu, Presiden Madura United, Achsanul Qosasih menilai Piala Indonesia harusnya digulirkan. Dengan demikian klub bisa memanfaatkan pemain, terutama kuota asing yang musim depan bertambah jadi 5+1.
Dengan banyaknya pemain asing, pria yang akrab disapa AQ itu mengatakan klub terhitung rugi karena membayar mahal jasa legiun asing hanya untuk satu kompetisi.
"Ada enam pemain asing, total ada 108 pemain asing dari 18 klub. Ada Rp108 miliar keluar sebulan misalnya gaji mereka 100 juta per bulan, jadi sayang kalau kompetisinya satu saja," ujar Achsanul Qosasi.
"Alangkah lebih baik jika ada Piala Indonesia, Piala Nusantara, Piala Presiden, atau Piala Ketum PSSI. Semacam itulah, biar pemain asing ini dipekerjakannya juga maksimal," tambahnya.
Di sisi lain, ketua umum PSSI, Erick Thohir juga belum bisa menjelaskan secara detail soal nasib Piala Indonesia musim depan. Jawabannya masih mengambang.
"Kalau kemarin berhenti, kita tahu banyak isu yang tidak terhindarkan. Itu bagian yang kita introspeksi," pungkas Erick Thohir.