Zlatan Ibrahimovic adalah Pemain Cadangan Terbaik yang Pernah Dimiliki AC Milan
INDOSPORT.COM - Zlatan Ibrahimovic memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola. AC Milan jadi klub terakhirnya tetapi ia kebanyakan dicadangkan sebelum berpisah dengan si kulit bundar di Liga Italia.
Zlatan Ibrahimovic akhirnya resmi dinyatakan hengkang dari San Siro ketika jendela bursa transfer musim panas dibuka. Hal itu membuat AC Milan menyiapkan pesta megah.
Sebelumnya, AC Milan memang telah diyakini tidak akan memperpanjang kontrak Zlatan Ibrahimovic yang akan berakhir pada 30 Juni 2023.
Hal tersebut tidak terlepas dari komplikasi cedera yang dialami oleh Zlatan Ibrahimovic, yakni lutut, betis, hingga hamstring.
Terlebih lagi, usia dari Ibrahimovic telah berada di angka 41 tahun. Sehingga, akan sulit baginya untuk mengikuti tempo permainan cepat AC Milan.
Melansir dari laporan Fabrizio Romano di akun media sosial Twitter resminya, Zlatan Ibrahimovic akan meninggalkan AC Milan pada 30 Juni 2023.
Bomber berpaspor Swedia tersebut sebenarnya juga pernah memperkuat AC Milan hampir satu tahun, terhitung dari 28 Agustus 2010 hingga 30 Juni 2011.
Jika ditotalkan, Ibrahimovic telah membela AC Milan selama lebih kurang 4 tahun, mengingat dia kembali ke AC Milan dari LA Galaxy pada 2 Januari 2020 lalu.
Zlatan Ibrahimovic sejauh ini berkontribusi untuk AC Milan dengan menyumbangkan 93 gol dan 35 assist dari 163 laga yang dilakoni di semua ajang.
Selain itu, Ibrahimovic berhasil mempersembahkan 2 trofi Liga Italia (2010-2011 dan 2021-2022), serta Piala Super Italia 2011-2012.
Sebelum meninggalkan lapangan hijau selamanya, Ibrahimovic mencatatkan empat penampilan musim ini dengan menyumbang 1 gol, sebelum ia lebih banyak duduk di bangku cadangan dan berkutat dengan cedera.
1. Zlatan Ibrahimovic Cadangan Terbaik
Bagi Zlatan Ibrahimovic, membela AC Milan sebelum pensiun musi ini adalah periode keduanya. Ia datang dari Los Angeles Galaxy pada Januari 2020 lalu secara gratis.
Pria asal Swedia ini yang sudah tidak lagi muda karena datang di usia 38 tahun, dianggap sudah habis. Namun siapa sangka, sekembalinya berkarier ke Eropa lagi, Ibrahimovic justru membuat kejutan.
Ia memberikan dampak besar bagi AC Milan saat itu, dengan mencetak 10 gol dalam 18 pertandingan paruh musim di Liga Italia.
Kehadiran Ibra juga memberikan motivasi untuk tim bangkit dari performa buruk, dan membantu adaptasi bagi sejumlah pemain muda karena pengalamannya.
AC Milan hanya kalah dalam dua pertandingan Serie A dari 21 pertandingan di paruh kedua musim 2019-2020 dan merebut tiket Liga Europa, finis di urutan keenam dengan 66 poin.
Di musim selanjutnya 2020-2021, Ibrahimovic malah tampil menggila. Dia bisa menyarangkan 15 gol dalam 19 penampilan di Liga Italia.
Leao, Hernandez, Sandro Tonali dan Pioli sendiri, antara lain, tidak pernah menyembunyikan pentingnya Ibra dalam perkembangan Milan pada beberapa tahun belakangan.
"Dia memberikan energi positif kepada tim. Mentalitasnya selalu ingin menang, tetapi ketika mengalami kekalahan langsung membalasnya dalam sesi latihan. Dia adalah pemain spesial," ujar Tonali dikutip dari Football Italia.
“Terkadang saya berbicara sedikit dan banyak mendengarkan, tetapi Zlatan memiliki kepribadian yang hebat.”
Usia yang sudah tidak muda lagi sangat rentan bagi pesepakbola menderita cedera. Alhasil, Ibrahimovic pun harus berdamai dengan kondisi tubuhnya dalam beberapa waktu belakang, hingga memutuskan pensiun.
Meski banyak membela klub besar Serie A, Inter Milan dan Juventus, Ibrahimovic justru sangat berkesan membela AC Milan. Periode pertamanya terjadi di musim 2010-2011, dengan menyumbang scudetto saat itu.
Ibra memiliki DNA Milan yang mengalir di nadinya. Dia mengetahui sejarah Rossoneri dan mental juara ketika dia kembali ke klub pada tahun 2020 dan tau apa yang perlu dia lakukan untuk menularkannya ke rekan setimnya.
Pengaruh Ibra di ruang ganti terlihat dalam pidatonya pasca pertandingan di Stadion Mapei usai Rossoneri mengangkat trofi Scudetto musim 2021-2022.
Pria berusia 41 tahun itu menghabiskan paruh kedua 2021-22 karena masalah lutut, sehingga harus menjalani operasi pada Mei.
Dia tidak pernah benar-benar pulih dan hanya memainkan empat pertandingan musim ini, mencetak satu gol melawan Udinese .
Zlatan Ibrahimovic memang bukan bintang paling cemerlang di tim, terutama selama beberapa musim terakhir.
Tetapi sentuhan keajaiban pada periode keduanya di Milan telah mengubah sejarah Rossoneri secara drastis, mengubah tim tanpa identitas menjadi tim yang haus akan kemenangan.
Buktinya, musim ini mereka mampu bersaing ketata di pentas Eropa, Liga Champions, karena bisa melangkah hingga babak semifinal sayang dihentikan oleh Inter Milan sebelum mencapai final.