x

Bedah Kualitas Kai Havertz, Amunisi Sempurna untuk Tambah Daya Ledak Arsenal

Selasa, 20 Juni 2023 16:45 WIB
Editor: Juni Adi
Selebrasi Kai Havertz dalam laga Liga Inggris antara Chelsea vs Wolverhampton Wanderers.

INDOSPORT.COM - Kai Havertz disinyalir bakal segera bergabung dengan klub Liga Inggris, Arsenal pada bursa transfer musim panas ini. Bagaimana kualitas sang pemain?

Raksasa Liga Inggris (Premier League), Arsenal, dikabarkan sudah sangat dekat untuk merekrut pemain terbuang Chelsea, Kai Havertz, di bursa transfer 2023.

Kai Havertz telah memperkuat Chelsea sejak 2020, setelah ia meninggalkan Bayer Leverkusen. Ia pun ikut andil dalam perolehan beberapa trofi The Blues seperti Liga Champions 2020/21, UEFA Super Cup 2021, dan Piala Dunia Klub 2021.

Namun sayangnya, beberapa waktu terakhir ia mulai tersisih dari skuat utama Chelsea. Sehingga, Havertz pun diyakini bakal menerima pinangan dari klub lain di bursa transfer.

Selama ini, ada dua klub besar yang santer dikaitkan dengan Havertz. Mereka adalah Bayern Munchen dan Arsenal. Namun ternyata, Munchen sendiri diyakini mundur.

Baca Juga

Sebab, raksasa Bundesliga Jerman itu sama sekali belum melakukan upaya untuk mendekati Havertz. Sehingga, kandidat terkuat saat ini hanyalah Arsenal.

Melansir dari Tribal Football, sang gelandang sudah bersedia untuk merumput di Emirates. Bahkan, Arsenal sendiri dikabarkan siap untuk memenuhi permintaan Chelsea.

Baca Juga

Sebelumnya, The Blues mematok Havertz dengan harga yang cukup tinggi, yakni 75 juta poundsterling atau sekitar Rp1,4 triliun.

Kini, The Gunners dikabarkan siap untuk menemui pihak Chelsea dan menyatakan kesediaan mereka untuk membayar dengan nominal sesuai tuntutan The Blues.

Lebih lanjut, pertemuan antara dua klub London itu dijadwalkan pekan depan. Namun, detail waktunya belum diketahui saat ini.

Arsenal dikabarkan sudah mencapai kesepakatan gaji dengan Kai Havertz, yakni 200 ribu poundsterling per pekan. Besar kemungkinan sang pemain segera merapat ke Emirates Stadium. Lantas bagaimana kualitasnya?


1. Profil Kai Havertz

Pemain Chelsea, Kai Havertz saat melindungi bola dari rebutan pemain West Ham United di Liga Inggris.

Kai Havertz berasal dari keluarga yang menggemari sepak bola. Ia lahir di sebuah desa bernama Mariadorf yang terletak di utara Aachen, Jerman. Alasan mengapa dirinya masuk ke dunia sepak bola adalah karena sang kakek.

“Kakekku adalah orang yang membawaku ke sepak bola. Dia membantuku mengambil langkah pertama (dalam karier). Tentunya ayahku dan saudaraku juga berkontribusi. Semua di keluargaku sangat tergila-gila dengan bola,” ujar Havertz.

Havertz masuk ke dunia sepak bola dengan bergabung klub Alemannia Mariadorf yang merupakan klub yang dimiliki sang kakek. Pada umur 10 tahun, ia lantas bergabung akademi klub Bundesliga 2, Alemannia Aachen.

Bersama Aachen, ia hanya bertahan satu tahun saja. Hal ini lantaran kemampuannya yang di atas rata-rata sehingga Leverkusen menariknya.

“Kai (Havertz) bermain bagi Alemmania Aachen U-12. Dia lebih muda setahun dibanding rekan dan lawannya. Saya tak ingat betul bagaimana jalannya pertandingan, tapi dia (Havertz) mencetak tiga gol saat timnya kalah 8-3 dari kami,” ujar pelatih tim muda Leverkusen, Slawoir Czarniecki.

Alhasil, pada 2010, Leverkusen menariknya dan membinanya. Progresnya sebagai pemain pun terbilang apik, di mana ia bisa membawa tim U-17 Leverkusen menjuarai liga U-17 pada 2014 dengan 18 gol dari 26 pertandingan.

Setelah tampil impresif, sembilan bulan kemudian Havertz mendapat kesempatan debut dengan tim utama saat melawan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park. Sejak saat itu, namanya perlahan terus meroket.

Salah satu raksasa Liga Inggris, Chelsea, pun kepincut untuk merekrutnya pada bursa transfer panas 2020 lalu dengan mahar 80 juta euro. 

Bersama Chelsea, kemampuannya semakin meningkat. Ia menjadi salah satu kunci keberhasilan The Blues merebut gelar Liga Champions keduanya pada musim 2020/2021.


2. Kualitas Kai Havertz

Kai Havertz berduel dengan Pasca Struijk di laga Leeds United vs Chelsea (21/08/22). (Foto: Reuters/Carl Recine)

Mulai dari perbedaan peran hingga penggunaan taktik yang salah ala Frank Lampard, kala itu sang legenda klub menggunakan 4-3-3.

Kai Havertz diminta bermain dengan dua posisi berbeda, penyerang kanan dan gelandang tengah. Sayang, keputusan tersebut salah karena performa Kai tak maksimal.

Padahal secara formasi dan kebutuhan taktikal, skema yang diterapkan Lampard tidaklah salah sepenuhnya. Betul bahwa posisi natural Havertz adalah gelandang serang. 

Namun, ketika Kai Havertz ditangani oleh Peter Bosz yang masuk sebagai pelatih Bayer Leverkusen pada 2018–19, dirinya berkembang sebagai pemain yang amat versatile alias serba bisa.

Formasinya sama 4-3-3 tetapi yang menjadi rahasia keberhasilan Bosz mengeluarkan kemampuan Kai Havertz adalah pemahaman terhadap ruang.

Kelebihan pelatih asal Belanda yang paham terhadap memaksimalkan ruang dalam tiap taktiknya, sehingga Kai Havertz berkembang.

Bersama Lampard itu tidak terjadi. Pertama, karena perannya amat terbatas. Di sisi lain, gaya bermain Chelsea-nya Lampard cenderung rigid. Ini mereduksi kreativitas dan pergerakan Havertz di lapangan.

Hingga akhirnya Lampard pergi dan digantikan oleh Thomas Tuchel, pelatih yang juga berasal dari negara yang sama, Jerman.

Tuchel menempatkan Havertz sebagai penyerang tengah dalam skema 3–4–2–1. Dari sana ia mendapat peran false nine, bahkan cenderung punya kebebasan bergerak.

Posisi yang lebih dekat dengan gawang dan kebebasan yang dia peroleh tampaknya membuat performa Havertz meningkat berkali-kali lipat.

Kai Havertz bisa bergerak ke mana saja di area penyerangan, menciptakan peluang, bahkan coba menembak langsung ke arah gawang.

Musim lalu ia membuat 47 penampilan untuk Chelsea di semua ajang dan mencetak 9 gol serta 1 assist. Berdasarkan kualitas itu, Mikel Arteta diharapkan bisa memberikan peran false nine kepada Kai Havertz di Arsenal nanti, sehingga kemampuannya tetap terjaga.

ArsenalLiga InggrisBerita Liga InggrisKai Havertz

Berita Terkini